Pembahasan eksklusif nih, tentang bolong yang itu. Alhamdulillah sekarang sudah mulai menghitung mundur bulan Ramadhan. Bahagianya sebab masih bisa puasa pun sedang menyusu. Sedihnya, ya... Sebentar lagi bulan nan ditunggu-tunggu setiap tahunnya akan berpamit.
Perihal menyusui, benar-benar sebuah perjuangan luar biasa bagiku. Jauh jauh hari sebelum Ramadhan sudah dibekali pesan sama mertua, supaya makan banyak sayuran, minum airnya. Biar ASI melimpah buat si kecil. Dan ternyata saat memasuki Ramadhan kemarin, sangat terasa perbedaan puasa tanpa menyusui dan saat menyusui. Laparnya cepat, dobel pula. Pun begitu, Alhamdulillah bisa bertahan puasa, paling pas buka minum airnya bisa bergelas gelas, sampai ngga sadar belum makan yang berat berat, perutnya udah penuh.
Memasuki hari kesepuluh Ramadhan kemarin, akhirnya tumbang juga. Adek sakit, suami maksa buat ngga puasa. ASI juga terasa mulai berkurang, tak sebanyak biasanya. Padahal sebenarnya suami sudah wanti wanti agar selang seling puasanya. Namun saya bertahan buat tetap puasa, dan benar saja, ASI mulai berkurang. Sekali sedot sama adek saja langsung kempes penampungannya. Pas puasa kesepuluh itu, bolonglah puasaku.
Sebenarnya tidak begitu lapar, apa lagi di kampungku hawanya lumayan dingin pas malam, siang tetap panas sih. Namun karena malam hari hawa dingin, walhasil saya minum airnya tak sebanyak kalau di kampung suami, karena pun malam di sana tetap panas. Justru, siang hari, yang harusnya saya minum banyak, jadi tidak minum kan karena puasa.
Bolong kedua pun berlanjut dihari ke14 Ramadhan. Murni mengikuti instruksi suami, untuk jangan berpuasa. Alasan beliau melarang, aku pernah cerita kalau adek menyusu kok biasa sakit, nah kata mertua, itu pertanda ASI berkurang. Jadilah bolong puasanya sudah dua hari. Belum juga haid, jadi kemungkinan bolong bisa sampai sepuluh hari.
Masyaallah.
Begitu spesialnya seorang perempuan, terlebih seorang ibu. Segalanya dimudahkan oleh Sang Khalik. Mulai dari mengandung, tahun lalu, demi menjaga janin yang baru memasuki trimester pertama, saya pun tak puasa hampir separuh bulan Ramadhan. Selanjutnya pas menyusui, seorang ibu kembali diringankan. Demi sang buah hati tercinta.
Saya pribadi merasa masih sangat jauh dari predikat ibu yang baik, demi si adek, namun berkat keringanan keringanan yang Allah anugerahkan kepada seorang perempuan, ibu, sedikit demi sedikit saya belajar menjadi ibu yang lebih baik lagi. Insyaallah belajar itupun akan berkelanjutan. Aamiin.
Baiklah demikian segores tinta dariku. Lantas kamu, iya kamu, yang lagi baca tulisan singkat ini, SUDAH BERAPA YANG BOLONG?
Madata, 18 Ramadhan 1440H
#Day18
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
#Day18
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
2 hari mbk.haid datang hehe
BalasHapusHehehe, berkahnya perempuan. Ada liburnya.
HapusBanyak hehe
Hapus