Memasuki pertengahan Ramadhan. Sungguh tidak terasa. Seperti baru kemarin bersiap siap menyambut Ramadhan, sekarang sudah pertengahan saja. Nanti, menjelang akhir Ramadhan, tau tau sudah ditinggalkan bukan suci ini.
Masih ingat tahun lalu, setengah dari Ramadhan aku tidak berpuasa, dikarenakan hamil. Sekarang saat adek usia tiga bulan, suami juga minta tidak terlalu sering puasa, takut ASI berkurang. Dan, tepat hari kesepuluh puasa, aku akhirnya tidak puasa. Adek sakit, dia sedikit demam. Mungkin karena lagi aktif aktifnya tengkurap, lehernya juga belum terlalu kuat menahan beban, kepalanya. Maka, saat diurut, tangisannya pecah.
Sebenarnya bukan mau bahas ASI, atau si adek melainkan sesuatu yang lebih menggoda. Yup! Terlebih menjelang akhir akhir Ramadhan. Godaan makin kuat, bukan godaan buka puasa dikarenakan perut keroncongan. Ini godaan mata.
Salah satu yang habisin hasil keringat saya saat masih kerja adalah belanja. Mulai dari jilbab, gamis, walau makanan lebih sering menggoda sih. Tapi yang paling terlihat numpuknya adalah gamis dan jilbab. Entah sudah berapa banyak jilbab segi empat yang saya punya, dari yang polos sampai kembang warna warni. Gamis pun demikian, makin ada duitnya, makin lapar juga mataku buat memiliki.
Terlebih jaman sekarang, tidak mesti capek capek buat nyari di pasar, di mall-mall. Tinggal tiduran di rumah, buka hp, buka aplikasi jualan, melayanglah isi kantong. Uhk!!! Kebiasaan itu berlanjut pas saya masih kerja. Pas barang pesanan datang seneng banget, tapi pas isi dompet kian menipis, gundah pula lah hati.
Tak heran, saat pindahan, aku pulang kampung, ikut suami, barangnya sangat banyak. Beberapa baju terpaksa di pulangkan ke rumah orang tua, jilbabnya dijual murah kembali. Sedih, tentu saja, hanya saja lemari tak lagi muat menampung segala beban.
Lalu setelah menikah? Sedikit demi sedikit kebiasaan belanjaku berubah. Aku tak kerja lagi, penghasilanku pribadi tak lagi ada, dan isi lemari juga sudah penuh. Kalau mau belanja pun mikirnya bisa sampai berhari-hari, kadang kehabisan barang saat kelamaan mikir. Kalau sudah kehabisan begitu, kadang menyesal, kadang pula malah bersyukur uangnya ngga kepakai.
Kalau diingat ingat, untuk gamis dan jilbab, bisa dihitung jari berapa kali beli. Eh, tapi keinginan mata berpindah ke daster, baju tempur ibu ibu. Ya ampun, kalau ingat kebiasaan, jadi miris sendiri. Kok mataku bisa semudah itu ya tergoda. Padahal, tempatnya sudah tidak ada, ngga butuh butuh amat pula. Jadi ingat pesan Bapak, sejak dahulu kala, "Kalau mau belanja itu dipikir, aku butuh, apa cuman mau saja?".
Sebagai seorang istri, saat ini lebih fokus ke suami dan anak, Alhamdulillah sudah jaranglah belanja baju bajuan. Apa lagi sejak punya bayi, matanya berpindah ke baju bayi, perlengkapan bayi. Eh, tapi mesti hati hati juga sih, takut kalap mata sama perlengkapan bayi, ntar diborong juga lagi. Astagfirullah.
Berdasarkan pengalaman di atas, semestinya lah aku tahan tahan diri, jaga mata, jaga pengeluaran yang tidak terlalu dibutuhkan. Lebih berpikir lagi tentang hanya 'mau' barangnya atau 'butuh' barangnya. Kalau mau tok, ya sebisa mungkin abaikan mata. Namun kalau butuh, mesti dipikirkan baik baik, butuh banget atau pura pura butuh. Bagaimana Buk Ibuk?
Eh tapi, itu di Instagram ada gamis manis, murah pula, sudah ada jilbab plus cadarnya, bagus buat lebaran.
Upz!!!!
Upz!!!!
Madata, 13 Ramadhan 1440H
#Day14
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
Sumber gambar: @betyal_4
#Day14
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
Sumber gambar: @betyal_4
lapar yang sudah ditahan adalah lapar mata :)
BalasHapusIya mba, terutama perempuan, susah banget nahan mata. Hikz
HapusKlo ke pasar tutup aja matanya mbak, biar nggak laper lagi hehe
HapusItu dia, pasarnya pindah ke HP, Instagram, Facebook, WA, jadi mana bisa tutup mata.
HapusWkwkwk ngaca banget kelar baca ini. Jadi malu sama diri sendiri. Ga bisa jaga hawa nafsu banget sama barang belanjaan. Astagfirullahaladzim.
BalasHapusSaya juga hati-hati banget buat belanja didahulukan punya anak2 bahkan buat saya sama suami gampang lah bisa nanti aja itu.
BalasHapus