Selasa, 14 Mei 2019

30 HRDC day 9: Nomor Satu


Tenang ini bukan tentang nomor satu atau nomor dua kok, bukan tentang memenangkan satu atau dua, bukan tentang politik yang lagi ramai dipertontonkan, bukan. Ini nomor satu yang lain, yang hanya receh tapi semoga bisa jadi jejak, bahwa saya nomor satu, tapi memilih nomor dua. Upz...
Oke, kita tinggalkan paragraf di atas. Tentang nomor satu yang saya maksudkan adalah, segala sesuatu yang pertama kali  saya rasakan, pertama kali menghampiri, pertama kali dalam hidup. Dan saya yakin segala yang pertama adalah spesial. Spesial karena pasti memiliki kisahnya masing-masing. Berdasarkan hal itu, si nomor satu, maka saya ingin membahas beberapa hal yang menurut saya spesial, dan mungkin saya akan menggantungkan satu tanya di bagian akhir tulisan ini, bagaimana dengan kamu? Apa yang menjadi spesial tentang nomor satumu?
Baiklah...
#Anak ke-satu
Saya anak pertama dari lima bersaudara,
baru memiliki adik setelah umur tujuh tahun. Saya ingat saat itu orang tua masih bekerja sebagai petani. Maka karena masih seorang diri, orang tua sering kali memboyong saya untuk bermalam di kebun. Pokoknya kemanapun Mama' (ibu) pergi, saya pun ada di sana. Sedikit derita anak pertama mungkin saat adiknya sudah lahir, dan perhatian tak lagi tertuju full kepadanya. Rasanya jadi galau, anak anak galau. Itu sih, dan kamu apa senasib denganku?
#Cucu ke-satu
Tak banyak yang saya ingat perihal perlakuan Kakek dan nenek saya, baik dari bapak dan Mama' ke saya. Yang paling melekat adalah, Nenek suka ngasih uangnya. Kebayang dong senangnya jatah belanja hari hari bertambah. Bisa beli apa saja yang disuka. Walau bukan cucu pertama dari keseluruhan cucu Kakek nenek, tapi saya adalah cucu pertama dari orang tua saya. Ngerti ngga ya? Ya sudahlah. Lanjut saja.
#Masuk Sekolah
Dulu di kampung saya tidak ada taman kanak-kanak, sedangkan saat itu orang tua mau memasukkan saya ke TK. Di kampung tetangga TKnya ada, tapi itu artinya saya harus berpisah dengan orang tua. Anak TK berpisah dengan orang tua untuk kali pertama, kebayang dong sedihnya. Hampir tiap malam didera sedih, ketakutan, lalu diam diam menangis di depan jendela milik keluarga. Saat itu saya dititip du rumah saudara Bapak. Sedihlah, sampai masih terasa sedihnya kalau keingat masa masa itu.
Orang tua sangat ingin anaknya lebih dalam pendidikan, maka setelah tamat sekolah dasar, orang tua mengirim saya untuk mondok ke sebuah pesantren yang terletak jauh dari rumah. Wah, bukan main marahnya saya, dalam hati, soalnya tak berani menolak. Yang terbwait dalam hati kala itu adalah: Orang tua ngebuang saya nih (parah kan?). Padahal sih tahu, biat orang tua baik, ingin anaknya mendalami pelajaran agama, biar terjaga dari dunia luar.
Saat awal tinggal di pesantren, hampir tiap malam menangis, rindu juga takut menjadi satu. Saya memang sangat penakut, bahkan sampai saat ini masih suka ngayal yang bikin merinding sendiri.
#Masuk Kuliah
Pertama kali mau tes masuk universitas, saat itu Bapak mengantar saya ke kota untuk ikut tes. Perjalanan saat itu ditempuh kurang lebih delapan jam dengan mengendarai mobil. Berangkat habis isya dari kampung, tiba menjelang subuh. Saya sangat ingat, saat itu Bapak hanya mengantarkan sampai ke depan kosan sepupu, setelah menurunkan barang, bapak pun pamit dan kembali pulang dengan mobil yang mengantar kami. Allahuakbar, begitu spesialnya seorang anak.
#Skiripsi
Tentang skripsi, saya pikir semua yang pernah kuliah hingga tuntas pasti pernah merasakan pusingnya ngerjain skripsi.
Mulai dari biaya, menemui dosen yang tipenya macam, maunya beda beda, sampai ujian skripsi yang bikin deg degan. Saking ribetnya, menurut saya, saat itu sampai bilang ke diri sendiri, saya ngga mau berurusan dengan dunia per-skripsian lagi. Cukup sekali. Hihi.
#Kerja
Alhamdulillah salah satu yang saya patut syukuri adalah, setelah selesai wisuda bisa langsung masuk dunia kerja, jadi guru honorer di salah satu sekolah suasta. Karena saya memang suka sama anak anak, suka ngajar anak anak, maka tak menjadi soal untuk langsung terjun bekerja. Ya, walau saat itu gaji masih tiga bulan sekali, bahkan pernah enam bulan baru gajinya cair. Dunia ngajar saya lakoni di dua tempat berbeda. Lain kali ingin berbagi juga tentang kedua sekolah tersebut. Spesial? Tentu, sebab saya banyak belajar di sana.
#Cinta
Saya tipe orang yang kalau suka bisa lama, tapi mudah suka lagi, gampang kagum sama orang orang hebat, tak jarang sakit hati karena jatuhnya keseringan. Cinta
sepihak bagi saya sudah hal biasa, cukup dengan mengatakan rasa, lega, ditolak, galau, move on, jatuh lagi. Tak sebanyak itu sih, masih bisa dihitung jari, namun benar benar berlabuh hanya pada satu orang. Ehmm...
#Menikah
Menikah setelah menanti sekian lama, dengan orang yang sama, rasa yang sama, harapan yang sama. Alhamdulillah hanya sekali melalui proses untuk menikah, tak semudah mengutarakan niat menikah pada keluarga, proses menuju ibadah seumur hidup itu memiliki rintangannya sendiri. Pun akhirnya menikah, dan Alhamdulillah sangatlah bahagia bersama yang dicinta.
#Punya Anak
Memasuki tahun kedua pernikahan, saya dan suami dikaruniai seorang bayi laki-laki. Walaupun dengan sebuah perjuangan yang tak disangka sangka, saat itu niatnya lahiran normal, apa daya takdir Allah berkata lain. Dokter saat itu mengharuskan saya oprasi (lain kali pengen juga cerita tentang prosesnya).
Banyak hal yang terjadi pertama kali dalam hidup, beberapa hanya terjadi satu kali. Tapi insyaAllah, selalu berdoa, nomor dua yang  menang. Aamiin. 😄
bagaimana dengan kamu? Apa yang menjadi spesial tentang nomor satumu?
Demikian sehelai tinta.

Madata, 9 Ramadhan 1440H
#Day9
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah

Sumber gambar: @betyal_4

10 komentar:

  1. yang pertama yang berkesan dan tak akan pernah terlupakan seumur hidup

    BalasHapus
  2. Pertama dan baru, begitulah nomor satu��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup! Baru gitu jadi berasa spesial.

      Hapus
    2. Satu emang spesial. Pertama dan kadang menjadi kejutan.

      Hapus
    3. Iya mba, terkejut yang membahagiakan atau malah sebaliknya.

      Hapus
  3. Setiap insan pasti ada yang pertama kalinya. Jadi takut gmna rasanya malam pertama di kubur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga kita siap ya mba kalau sampai pada saat itu.

      Hapus

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)