Sabtu, 11 Mei 2019

30 HRDC day 6: Pernah 'Merasa' Berjaya

Siang yang terik pemirsah. Adek bayi lagi tidur nyenyak, pasalnya habis buka puasa siang ini, dia memilih melanjutkan mimpinya dalam ayun otomatis. Emaknya yang awalnya ngantuk, tetiba dapat ide. Hal hal kecil sih, karena sebenarnya yang saya tuliskan hanya berupa pengalaman pengalaman kecil. Yang tentunya dialami sendiri, atau dialami orang orang terdekat. Maka hasilnya tak terlalu berat untuk dibaca. Malah terkesan curhatan. Tapi semoga tetap ada yang bisa diambil dari tulisan tulisan ini, minimal menghibur pembaca.

Tentang menulis, saya tipe orang pendiam pada awalnya, namun kalau sudah akrab jadi ribut, nyolot, menggurui kadang kadang, sok bijak sedikit sedikit, bercanda tapi garing, sadis sekali kali. Tentunya pada orang yang sudah saya anggap sangat akrab. Kalau terhadap orang baru, saya memilih banyak diam, membaca situasi. Maka tak heran tak begitu banyak teman saya, paling itu itu saja, namun yakinlah, saya tidak pernah menutup diri untuk berkawan, hanya saya pendiam saja, awalnya.

Nah, dengan sikap yang demikian itu, pas awal kuliah, saya memilih masuk organisasi yang tak menuntut saya untuk banyak bicara, soalnya bisa keringat dingin nantinya, maka saya pilihlah organisasi kepenulisan. Alhamdulillah bertemu senior senior yang baik hati. Saat itu saya lagi semangat semangatnya menulis. Habis menulis dikirmlah ke salah satu koran lokal di kota tempat saya kuliah saat itu. Alhamdulillah berkali kali patah hati karena gagal terbit. Malah punya senior, dan teman teman yang terbit. Bagusnya, saat itu saya malah semakin tertantang, loh... Kok mereka terus, saya kapan? Saking semangatnya, kalaupun tulisan saya ditolak ya saya kirim lagi dong. Biar saja, keras kepala. Ya nambah tulisan baru juga sih buat dikirim lagi. Sampai akhirnya berbuah manis, sampai sekarang kalau ingat tulisan terbit di koran tuh bahagianya tidak bisa dibayangkan. Merona pipi sepanjang hari. Terbawa mimpi pula. Terlebih saat itu karena ada honor tulisannya, sedikit tapi berarti.

Saat itulah saya merasa berjaya, bahagia, menulis dan terus menulis, sampai lulus kuliah, masih aktif menulis. Tapi setelah memasuki dunia kerja, semangat nulis mulai turun, perlahan. Oh, sempat naik saat ditempat saya mengajar, saat itu banyak siswa yang pengen belajar menulis cerita anak, saya kirimkan ke koran lokal cerita cerita mereka, dan terbit. Nah, bangga dong saya. Itu hanya bertahan di tahun tahun pertama mengajar. Tahun kedua dan selanjutnya redup lagi bahkan mati suri. Sampai menikah pun menulis sudah tak lagi jadi kebiasaan. Sangat sulit memulainya.

Bersyukur adanya #30HRDC jadi berasa memulai kembali. Semangat kembali, jadi pemula yang berapi api kembali. Walau waktu menulisnya tak akan sebanyak saat masih kuliah dulu, tapi tetap bahagia. Semoga berkelanjutan. Selamanya.

Sebab sebenarnya, menulis bagiku sama dengan menghapuskan penat satu persatu. So, teman teman sesama pejuang #30HRDC SEMANGAT!

Mari berjaya yang sebenarnya!
Demikian seteguk tinta.
Madata, 6 Ramadhan 1440H
#Day6
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah

6 komentar:

  1. Senengnya bisa dapat honor dari menulis. sama saya juga seperti itu dulu saat ikut organisasi jurnalistik. nulid apapun rubrik di majalah sekolah dapat honor.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah pernah merasakannya. Walau tak seberapa tapi bahagianya luar biasa.

      Hapus
  2. Keren mbk, kenapa ya orang yang suka nulis cenderung introvert? Soalnya saya juga gitu, pendiam dan susah bergaul

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheh mungkin salah satu kelebihan buat nutupin kekurangan kali ya mba. Setidaknya dunia Maya kita yang pendiam bisa ribut juga hihihi.

      Hapus
    2. Iya, ya. Lebih senang nulis drpd ngomong. Kadang ngomong itu terasa melelahkan

      Hapus
    3. Melelahkan dan saya pribadi kurang pede ngomong depan orang banyak mba.

      Hapus

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)