Jumat, 10 Mei 2019

30 HRDC day 5: Diary Mantan (Bag.2)

Je, dia laki laki baik yang kemudian
mengenal cinta. Walau sebelumnya pernah pacaran, tapi tak pernah seserius perasaannya pada Nov. Je berkisah setalah kuberondong pertanyaan. Dan saat berkisah, nada benci sangat terasa. Ah Je, perihal cintamu kenapa malah tentang benci?

Na: Jadi, tentang Nov, bagaimana dia?
Je: Apanya?
Na: Bagaimana kamu mengenal Nov?
Je: Lewat Facebook.
Na: Lalu cara menembaknya bagaimana?
Je: Ya... Lewat FB juga (polos sekali, ya memang saat itu FB baru baru menjamur)
Na: Dia terima begitu saja?
Je: Tidak.
Na: Kenapa?
Je: Dia punya pacar.
Na: Lantas kamu tetap menginginkannya?
Je: Iya, dan disitulah bodohnya aku. (Wajah Je sedih, setidaknya itu yang aku tangkap)
Na: Lalu bagaimana?
Je: Setelah dia putus, kami jadian.
Na: Lewat fb?
Je: Ya.
Na: Berapa lama kamu dan dia bersama?
Je: Kurang lebih satu setengah tahun.
Na: Bagaimana kalian bertemu? Apa sering?
Je: O... Tidak, hanya saat aku libur. Aku kuliah jauh, dan dia kerja. Kami hanya bertemu saat aku libur.
Na: Bagaimana dengan orang tuamu? Mereka setuju?
Je: Bapak tidak setuju. Pernah sekali Bapak mendapatiku bertemu Nov. Dan saat aku pulang Bapak bertanya tentang wanita itu. Bapak seperti tak suka, kata beliau, wanita itu sombong.
Na: Lalu kalian putus?
Je: Tidak. Bodohnya aku, bahkan dia selingkuh, dan aku tahu semua itu. Tapi aku tetap tak peduli dan begitu bodoh mencintainya. (Mata Je berkaca kaca).

Sesaat aku terdiam, wajah Je muram seketika. Tak kuasa rasanya aku melanjutkan pertanyaan. Tapi rasa penasaran megitu menganggu.

Na: Bagaimana dengan Ibumu?
Je: Sekali waktu kubawa dia ke rumah. Kukenalkan pada ibu.
Na: Ibumu suka?
Je: Ibu menyuruhku memulangkan dia. Walau alasan ibu karena tidak enak sama tetangga, tapi aku tahu ibu tak merestui hubunganku. Bahkan saat malam ibu membisikiku agar berpikir matang matang untuk bersama wanita itu.
Na: Dan setelah itu?
Je: Aku masih dengan kebodohan ku, tetap bersama dia.
Na: Kamu terlampau mencintainya.
Je: Ya, sampai aku tahu dari temannya kalau dia hamil.
Na: Apa?
Je:  Dia pacaran dengan bosnya, sampai hamil.
Na: Bagaimana denganmu?
Je: Aku syok. Kuputuskan menghapus semua nomornya. Rasanya aku mau gila saat itu. Bahkan aku sempat sangat membenci perempuan, dan hampir menjadi banci. Berkali kali aku hampir mati karenanya.
Na: Maksudmu?
Je: Sekali waktu aku naik ke lantai atas gedung kampus untuk bunuh diri, pernah juga kecelakaan, berkali kali bahkan aku sengaja masuk ke tengah jalan agar tertabrak.
Na: Segitunya?
Je: Iya, Butuh waktu panjang untuk melupakannya, dan saat itu aku sangat membenci wanita.
Na: Hmmm... (Aku kehabisan kata kata).
Je: Beruntung seorang tenang mengajakku tarbiyah, di tempat itu kembali kutemukan ketenangan hati.
Na: Alhamdulillah. Bagaimana dengan kehidupanmu saat ini?
Je: Alhamdulillah, aku telah dikaruniai seorang anak. (Mata Je berbinar binar)
Na: Kamu telah bahagia ternyata.
Je: Alhamdulillah.

Ah Je, bahkan laki laki sebaik dirimu pernah bertindak bodoh atas nama cinta. Semoga jadi pembelajaran bagi kita.

Enrekang, 5 Ramadhan 1440H
#Day 5
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah

Sumber gambar: @betyal_4

6 komentar:

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)