Jumat, 17 Mei 2019

30 HRDC day 12: Uang dan Pasangan

Uang habis, atau di kantong sudah
sedikit tinggal receh, apa yang kamu lakukan?

Walau tidak sampai habis, tapi kalau sudah menipis aku bisa pusing tujuh keliling. Takut kalau kalau... Ada aja yang kurang kalau uang sisa sedikit. Setidaknya begitulah yang aku rasakan saat masih sekolah, sampai kuliah.
Saat itu kalau ngerasa uang sudah sedikit, sisa seratus ribu misalkan, langsung nelpon ke kampung, bapak, mamak, uangku habis. Tak jarang pun sudah kerja, masih juga begitu. Gaji ngga sampai sebulan sudah habis saja. Terlebih pas dapat gajinya tiga bulan sekali. Mana tiap hari mesti naik angkot. Beruntungnya punya orang tua yang baik, sering ngirim pundi pundi untuk anaknya.
Merepotkan! Iya, aku tahu diri jika sudah sebesar itu tapi masih juga mengharap dari orang tua. Harusnya kan sebaliknya, aku yang memberi mereka, terlebih lagi saat aku sudah kerja. Tapi entah mengapa, selalu saja kehabisan duit sebelum masa gajian tiba.
Boros? Oke bisa jadi iya. Lapar mata jadi penyebabnya. Terlebih di ibu kota, apa sih yang tidak dibeli. Udara untuk bernafas mungkin, selebihnya, bayar.
Sifat suka panik menjelang uang tinggal sedikit, kebawa dong sampai aku menikah. Apa lagi setelah memutuskan untuk berhenti kerja, dan secara otomatis tinggal suami yang mencari nafkah. Setiap kali kantong menipis, mulai lah aku panik. Ngga sampai ngomong ke suami, cuman muka tak bisa bohong menunjukkan suasana hati.
Jika sudah seperti itu, di kepalaku, sudah muncul tuh daftar kebutuhan yang musti dibeli. Tapi pakai apa? Misal, sabun cuci hampir habis, padahal cucian menumpuk.
Perlengkapan mandi sisa sedikit. Air minum yang habis, gas habis, lampu kamar mulai redup. Belum lagi kebutuhan buat makan, walau tinggal bareng keluarga, tapi berasa juga ngga enaknya kalau makan dibayarin mulu. Walaupun keluarga tak ada yang mempersoalkan, tapi tetap saja daku panik tiap kali bangun tidur.
Lantas bagaimana kelanjutannya?
"Sayang, tenang, rezki Allah yang atur, dan akan ada untuk kita. Jangan cemberut gitu dong."
Kayak berada di teriknya matahari, tiba tiba ada yang nyiram air. Adem. Begitulah Pak suami. Paling bisa menenangkan istrinya. Ada ada saja yang dia katakan, lakukan, yang akhirnya membuatku tenang kembali. Begitu juga dengan persoalan isi dompet yang menipis.
Salah satu kesyukuran aku menikah adalah karena banyak dari sifat sifatku, yang merupakan kekuranganmu, tertutupi oleh kelebihan dia. Semisal tadi, aku yang panikan soal harta, dan dia dengan keyakinannya soal rezki yang telah di atur Sang Khalik. Aku dengan sikap mudah tersinggung, dia dengan segala candaanta ngebuat bibir tersungging.
Kembali soal isi dompet, karena usaha suami yang selalu meyakinkanku, aku jadi luluh, dan memang, tak perlu waktu lama, dan entah dari mana saja, rezki benar benar hadir. Adaaaaa saja sumbernya. Kalau sudah begitu, suami tinggal bilang, "Kan aku bilang juga apa, yakin Sayang. Rezki sudah ada yang atur, yang penting kita berusaha mencari, juga tak lupa berdoa." Kalau doi sudah bilang begitu, tak jarang air mataku meleleh, ya ampun kok aku rapuh banget ya. Habis itu adegan selanjutnya diskip saja, lagi puasa. Takut jomblo baper. Hehe.
Pernah suatu waktu, pas habis lahiran kan mau aqiqah si adek, nah, sempat bingung juga apa lagi kala itu, lahirannya oprasi, walau ada kartu BPJS, tapi ada saja yang dibayar, dan pengeluaran adalah beberapa. Nah sempat bilang ke suami, "Yang, uangnya cukup ngga?" Kata suami, "Insyaallah ada. Jangan mikir itu dulu," busuknya di telingaku. Dan benar saja, belum juga pulang dari rumah sakit, paska melahirkan, rezekinya sudah ada. Tak disangka sangka, dan jumlahnya juga tidak sedikit. Saat itu aku dan suami bertatapan penuh haru, rezeki anak insyaallah.
Alhamdulillah, adek diaqiqah setelah dua Minggu, dan kami banyak dapat bantuan dari keluarga. Masyaallah, jadi semakin yakin tentang rezeki yang datangnya tak disangka sangka. Allah tidak pernah ngebiarin hambaNya pada posisi yang tidak bisa dia hadapi.
Makin ke sini makin belajar, dari suami, dari keluarga, dari sekitar, bagaimana seharusnya bersikap sebagai seorang istri, malah sekarang nambah, sebagai seorang ibu, terlebih sebagai seorang hamba yang mesti banyak bersyukur. Alhamdulillah.

  • Demikian setitik tinta.


Madata, 12 Ramadhan 1440H
#Day12
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah

4 komentar:

  1. Kata guru saya mah, org pintar aja bisa linglung kalau enggak pnya uang. Aplagi zaman sekarang serba online, duh mata enggak bisa direm pengen ini itu :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyanmba banyak banget godaannya, iman buat ngga jajan mesti kuat.

      Hapus
  2. keinget dulu karena kerja tp masih tinggal sama ortu duitnya malah tak umpetin haha soalnya kadang adek minta duit buat apalah. takut habis hahaha

    BalasHapus

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)