Rabu, 15 Mei 2019

30 HRDC day 10: Lebih Menyeramkan dari Filem Horor

Aku terbangun, benar benar sunyi. Tak ada
sahut sahutan suara ponakan yang sedang asik main game, juga tidak ada lagi suara ibu mertua dan para ipar yang menimpali sinetron di TV. Di dekatku hanya ada suara decitan ayunan bayi yang berayun tanpa aku sentuh. Suara sahutan nafas memburu juga sedikit terdengar, seperti tertahan, bergemuruh ringan. Ah Sayang, andai kau ada saat ini, mungkin aku tak perlu bergelap gelapan di luar kamar dikelilingi mahluk penghisap darah.

Kuraih HP yang ada di sampingku, baru pukul dua belas malam. Aku mulai gerah, di dalam kepalaku mulai berputar filem horor, dari hantu berjubah putih, si boneka menyeramkan, dan lain lain. Semuanya menjadi satu di dalam kepalaku. Takut.
Kuberanikan diri untuk bangun dari tidur, aku harus ke kamar. Aku tak bisa tidur kalau begini terus. Lantas kumatikan ayunan otomatis yang sedari tadi aku jaga. Kuperiksa isi ayunan itu, si adek sudah pulas, saatnya pindah ke kamar untuk tidur, bersama bayiku tentu saja.
Khalil sedang tak enak badan, setelah sebelumnya muntah bakda isya, dia tak lagi mau tidur. Dia menangis membuatku begitu sedih, terlebih karena bapaknya tak ada. Untuk mengeluh pada kakak dan bumer rasanya tak enak hati. Maka pukul sepuluh malam, karena masih tak tidur, kuayunlah dia di ayunan. Si adek yang emang sudah ngantuk lantas tertidur.
Saat tengah malam barulah dia kupindahkan ke kamar, tidur berdua denganku.

Namanya anak sakit ternyata membuat aku sebagai ibu dilanda takut luar biasa. Khalil terkaget-kaget saat tidur, dia batuk, dan menangis. Karena tak ingin yang lain terbangun, aku gendong dia, sambil berdiri di depan cermin, mencoba membuatnya tersenyum. Berhasil, hingga dia tertidur lagi. Kuletakaan kembali di atas ranjang, kucampak campaklah pahanya dengan pelan. Aku hanya duduk, entah berapa lama. Hikz, mataku tiba tiba basah. Ya Allah, aku berharap aku saja yang sakit, jangan anakku. Ketakutan menyelimuti, takut si adek kenapa kenapa. Malam terasa lama beranjak. Tanpa terasa aku tertidur dengan posisi duduk.

Ini kali pertama adek sakit, tanpa didampingi bapaknya. Dan rasa takut benar benar menghantui. Aku yang selama ini takut dengan filem horor jadi berpikir, ah..  Anak sakit lebih menakutkan lagi. Terlebih karena seorang diri menjaganya.
Keesokan harinya, ku ceritakan semua pada suamiku, tentang kejadian semalam, ketakutan ku. Seperti biasanya doi ikutan khawatir tapi tetap bisa tenang, "Jangan panik, Sayang. Insyaallah kalau kerjaan di sini beres, aku langsung pulang." Begitu kata suamiku. Namun walau sudah diwanti-wanti untuk tetap tenang, tetap saja khawatir dann takut berkecamuk dalam hati.

Seminggu tanpa didampingi suami, lalu anak sedikit rewel karena sakit, jadi pembelajaran tersendiri untukku. Sebagai ibu baru, memang musti siap dengan segala kondisi, tetap yakin bisa menghadapi, kalaupun merasa kewalahan, minta bantuannya orang sekitar tak akan menurunkan martabat seorang ibu.
Demikian segubuk tinta.
Madata, 10 Ramadhan 1440H

#Day10
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
Gambar: Nurelyana

1 komentar:

  1. Anak sakit jd lebih menakutkan karena posisi kita yg terhitung sendiri iya memang ada tetangga ada orang terdekat yg siap untuk nolongin juga tp rasanya memang lebih mantep kalau bapaknya sendiri yaa

    BalasHapus

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)