Jumat, 20 Juni 2014

Hantu Berburu Hantu



Audisi hantu di malam tahun baru.
            Berhadiah jalan-jalan ke dunia manusia selama satu minggu.
            Tidak menggunakan uang sepeser pun.
            Tanpa Korupsi Koluis dan Nepotisme sama sekali.
Tiga pocong idiot telah menunjukkan goyangan super hotnya. Bukan karena melepaskan tali pocong dari ujung kepala hingga kaki, tapi ketiganya bergoyang dengan menggunakan sentuhan api. Walhasil tak hanya ketiganya yang kepanasan, para penton dari kalangan hantu pun sama panasnya.
“Kenapa pake api gitu sih? Bikin panas saja,” tanya suster ngesot yang tak bisa menghindar saat apinya menyala.
“Loh, loh. Kamu gimana toh Sot, itu tadi keren banget. mereka bertiga kelihatan sexy tau. Belum lagi si Pocong tinggi alisa Poti, wuih ... kerennnnn.” Ucap Kuntilini diiringi tawa khasnya.
“Alah ... Til kamu kebanyakan muji. Ngga nyadar-nyadar apa Poti ngga pernah jatuhin cintanya di depan kamu. Yang ada malah Popen a.k.a Pocong pendek yang hampir nyerahin tali pengikatnya ke kamu sebagai cincin pengikat.”
“Idih ... jijik tau. Si pendek Popin cocoknya sama kamu Sot. Kan kamu juga ngga perlu belajar berdiri mulu buat nyamain tinggi badan. Sudah sebanding. Sama-sama menguntungkan pula,” balas Kuntilini.
“Gitu amat sih kamu. Setidaknya kalau sama si Poti aku bisa perbaikan keturunan, Til.”
“Heh, ingat ... yang bisa hamil tuh cuman si Sundel.”
Dua hantu wanita itu msih saja berdebat soal si Poti dan si Popin ditambah lagi si Sundel bulukan.
Ada pun Poti, Popin, dan Posen sedang juga sedang merayakan kesuksesan mereka bertiga di samping rumah ketiganya. Rumah alias kuburan lama yang mereka huni bertiga memang agak lain dari yang lainnya. Karena pasa pembagian jatah kuburan ketiganya telat makanya ketiga-tiganya dikuburkan pada satu tempat saja. walau berdesakan akhirnya mereka rela bagi-bagi.
“Untung kita bertiga tampil, kalau cuman aku bisa mati berdiri ntar,” ucap Posen.
“Duh Poseeeeeeen! Kita itu sudah mati,” sahut Popen sambil membenturkan kepalanya ke kaki Posen. Sebenarnya kepala dengan kepala, tapi karena postur tubuh Popen yang terbilang jauh dari tnggi hasilnya tak pernah seperti yang ia inginkan. Satu hal lagi menumbukkan kepala dianggap sebagai pengganti jitakan ala pocong.
“Ngomong-ngomong pengumuman pemenang pentas tadi kapan yah?” potong Poti sebelum Popen dan Posen saling  jitak-jitakan.
“Katanya sih besok siang,” jawab Popen kembali tenang.
“Kata siapa?” tanya Posen dengan wajah tak percaya.
“Baca tuh di pengumuman! Zaman sudah gaul begini malah ngga tahu apa-apa. Tanya paman Google sana. Di Facebook juga ada kok!” Popen menatap jengkel ke arah Posen, tatapan dengan wajah sedikit menengadah.
“Sudah-sudah! Sekarang bukan saatnya berpikir ... mm maksudku bertengkar. Harusnya nih yee, kalian mikir gimana caranya besok bisa lihat pengumumannya.”
“Iya juga sih.” Posen mulai berpikir jernih.
Sudah menjadi kebiasaan dunia perhantuan jika pengumuman lomba-lomba menggunakan sistem tantangan. Untuk melihat pengumuman maka harus ada tantangan yang dilalui. Seperti besok. Poti dan kawan-kawan serta para hantu yang ikut audisi harus menyiapkan strategi untuk mengetahui hasil akhir lomba antara para hantu.
“Eh kalau kita menang pada mau ke mana nih?” tanya Poti. Sebenarnya dalam hati ia sudah punya rencana.
“Pake nanya lagi. kita tuh bakalan turun ke bumi pas tanggal 14 Februari.” Posen menjelaskan dengan wajah sumringah.

            *BERSAMBUNG


3 komentar:

  1. Mau ngapain turun tanggal 14 Februari mbak? Salam kenal sebelumnya ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, itu sebenarnya cerpen lama f4dLy, sebelum februari. Mau dikaitin sama valentine cuman ngga sampai ending. Makash ya sudah mampir, salam kenal :)

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)