Audisi
hantu di malam tahun baru.
Berhadiah
jalan-jalan ke dunia manusia selama satu minggu.
Tidak
menggunakan uang sepeser pun.
Tanpa
Korupsi Koluis dan Nepotisme sama sekali.
Tiga
pocong idiot telah menunjukkan goyangan super hotnya. Bukan karena melepaskan tali
pocong dari ujung kepala hingga kaki, tapi ketiganya bergoyang dengan
menggunakan sentuhan api. Walhasil tak hanya ketiganya yang kepanasan, para penton
dari kalangan hantu pun sama panasnya.
“Kenapa
pake api gitu sih? Bikin panas saja,” tanya suster ngesot yang tak bisa
menghindar saat apinya menyala.
“Loh,
loh. Kamu gimana toh Sot, itu tadi keren banget. mereka bertiga kelihatan sexy tau. Belum lagi si Pocong tinggi
alisa Poti, wuih ... kerennnnn.” Ucap Kuntilini diiringi tawa khasnya.
“Alah
... Til kamu kebanyakan muji. Ngga nyadar-nyadar apa Poti ngga pernah jatuhin
cintanya di depan kamu. Yang ada malah Popen a.k.a Pocong pendek yang hampir
nyerahin tali pengikatnya ke kamu sebagai cincin pengikat.”
“Idih
... jijik tau. Si pendek Popin cocoknya sama kamu Sot. Kan kamu juga ngga perlu
belajar berdiri mulu buat nyamain tinggi badan. Sudah sebanding. Sama-sama
menguntungkan pula,” balas Kuntilini.
“Gitu
amat sih kamu. Setidaknya kalau sama si Poti aku bisa perbaikan keturunan,
Til.”
“Heh,
ingat ... yang bisa hamil tuh cuman si Sundel.”
Dua
hantu wanita itu msih saja berdebat soal si Poti dan si Popin ditambah lagi si
Sundel bulukan.
Ada
pun Poti, Popin, dan Posen sedang juga sedang merayakan kesuksesan mereka
bertiga di samping rumah ketiganya. Rumah alias kuburan lama yang mereka huni
bertiga memang agak lain dari yang lainnya. Karena pasa pembagian jatah kuburan
ketiganya telat makanya ketiga-tiganya dikuburkan pada satu tempat saja. walau
berdesakan akhirnya mereka rela bagi-bagi.
“Untung
kita bertiga tampil, kalau cuman aku bisa mati berdiri ntar,” ucap Posen.
“Duh
Poseeeeeeen! Kita itu sudah mati,” sahut Popen sambil membenturkan kepalanya ke
kaki Posen. Sebenarnya kepala dengan kepala, tapi karena postur tubuh Popen
yang terbilang jauh dari tnggi hasilnya tak pernah seperti yang ia inginkan.
Satu hal lagi menumbukkan kepala dianggap sebagai pengganti jitakan ala pocong.
“Ngomong-ngomong
pengumuman pemenang pentas tadi kapan yah?” potong Poti sebelum Popen dan Posen
saling jitak-jitakan.
“Kata
siapa?” tanya Posen dengan wajah tak percaya.
“Baca
tuh di pengumuman! Zaman sudah gaul begini malah ngga tahu apa-apa. Tanya paman
Google sana. Di Facebook juga ada kok!” Popen menatap jengkel ke arah Posen,
tatapan dengan wajah sedikit menengadah.
“Sudah-sudah!
Sekarang bukan saatnya berpikir ... mm maksudku bertengkar. Harusnya nih yee,
kalian mikir gimana caranya besok bisa lihat pengumumannya.”
“Iya
juga sih.” Posen mulai berpikir jernih.
Sudah
menjadi kebiasaan dunia perhantuan jika pengumuman lomba-lomba menggunakan
sistem tantangan. Untuk melihat pengumuman maka harus ada tantangan yang
dilalui. Seperti besok. Poti dan kawan-kawan serta para hantu yang ikut audisi
harus menyiapkan strategi untuk mengetahui hasil akhir lomba antara para hantu.
“Eh
kalau kita menang pada mau ke mana nih?” tanya Poti. Sebenarnya dalam hati ia
sudah punya rencana.
“Pake
nanya lagi. kita tuh bakalan turun ke bumi pas tanggal 14 Februari.” Posen
menjelaskan dengan wajah sumringah.
*BERSAMBUNG
Mau ngapain turun tanggal 14 Februari mbak? Salam kenal sebelumnya ^_^
BalasHapusHehehe, itu sebenarnya cerpen lama f4dLy, sebelum februari. Mau dikaitin sama valentine cuman ngga sampai ending. Makash ya sudah mampir, salam kenal :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus