"Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, pada minggu ketiga."
Adalah dia
yang kusayangi. Menemani tidur saat aku bayi. Memeluk bagai tak ingin pergi.
Hangat selalu hingga kubangun lagi.
Walau bukan
orang kantoran ibu juga termasuk orang yang sibuk. Subuh terbangun tuk
menyiapkan sarapan, pergi memancing air (masih pakai selang pula), baju bapak
yang harus disetrika, juga bekal adikku
yang masih TK. Yang kusalutkan, ibu masih memberi makanan pada rohaninya saat
ustaz YM sudah tampil di tv, ibu kan bolak balik dari dapur tuk menyaksikan
ceramah ustaz tersebut.
Sore berlalu
dengan cepat. Jika dipikir-pikir mungkin saat malam tiba disitulah saatnya ibu akan
beristirahat, begitu juga dengan bapak. Tapi yang terjadi adalah setelah shalat
magrib ibu kan melanjutkan aktifitas kerohaniannya: mengaji. Beberapa halaman
telah terbaca lalu kemudian ibu kembali mengajar mengaji. Jika bapak mengajari
nenek (inilah keunikannya, nenek baru belajar mengaji. Namun semangatnya itu
loh, ngalahin anak muda). Sedang ibu punya beberapa santri yang juga ikut
mengaji. Itulah ibuku.
Hari ahad
tiba. Jika yang kita tahu hari minggu adalah hari libur untuk berkumpul dengan
keluarga maka berbeda dengan bapak dan ibuku. keduanya sangat kompak tuk ke
kebun. Bukan untuk mengasingkan diri dari anak-anaknya. Justru bapak dan ibu
malah sangat sibuk. Dan lagi, ibu tak membiarkan bapak pergi sendiri.
Sebutlah ia
wanita penyulut api. Berjalan kokoh dengan segala aksi. Tak kenal lelah dan
kalah oleh dirinya sendiri. Ia lahir sebagai perisai suci. Tuk putra dan putri
yang ia cintai.
Ibu dan aku |
Dialah yang
sealalu kunanti. Saat rindu mulai berkecamuk dalam hati. Padanya yang kurindui.
Selalu sampai kumati.
Sumbang
suaraku memanggilnya, “Ibu ... “
“Ibu ... “
“Ibu ... “
Wanitaku
dalam hidup ini, wanitaku yang kukasihi, wanitaku yang minggu depan kan kutemui
lagi.
***
Dari hari
sabtu kemarin aku menunggu tema tentang minggu ini. Gatal rasanya kedua jari
telunjukku menyimpan rasa penasarannya. Terlebih aku mulai terbiasa kejar DL
dua minggu belakangan. Makanya tuk minggu ini aku ingin menyetor tulisan tuk
kegiatan “8 Minggu Ngeblog” bersama ‘Komunitas Blogger Makassar’ lebih awal.
Dan rencananya menyetor lebih dari satu (mudah-mudahan saja).
Maka pagi
tadi saat pengumuman keluar dan tema untuk minggu ini adalah “Perempuan
Inspiratifku” aku sangat senang. Tema yang sangat cocok dengan hari kartini.
Dan lagi di kepalau sudah menari-nari siapa yang pas kujadikan kisah dalam
dunia kataku. So, mari ki’ di’ ....
Beberapa
menit yang lalu aku kembali menjeajahi blog Angin Mamiri dan kutemukan sebuah
komentar dari salah seorang yang ikut kegiatan ini. Kalau tidak salah namanya
Bunda Imma, “Perempuan inspiratif. Sepertinya teman-teman banyak yang akan
menulis tentang ibunya masing-masing.” Saat membaca komentar tersebut, aku lalu
berpikir. Benar juga. Ibulah yang paling dekat dengan kita, yang membesarkan
dengan cinta. Tak jarang dengan peluh dan air mata. Jadi kenapa tidak tuk
menjadikannya “Wanita inspiratifku?”
Kembali
tentang hari ini. Seorang dosen mengatakan, “Cinta itu lahir karena banyak
tahunya obyek akan subyek.” Jadi kukatakan seperti ini, “Cinta itu kian tumbuh
dan berkembang karena banyaknya banyaknya pengetahuan orang yang mencintai
terhadap yang dicintainya.” Kalau dikaitkan dengan ibu, sangat paslah
menurutku. Sebab manusia pertama yang kukenal di dunia ini adalah ibu, sekian
tahun bersama, mengenalnya, bahkan sesekali membuatnya menangis.
Dari itu,
Bu. Izinkan anakmu mengabadikanmu dalam tulisan bisu yang berbicara dengan
lelehan air mata yang tak nampak. Karena rasa bersalah juga rindu yang
berkecamuk. Lagi dan lagi.
***
Tentang ibuku.
Ia sederhana. Telampau sederhana malah. Namun dari kesederhanaannya aku belajar
untuk tampil apa adanya. Ibu juga mudah bergaul, sifat yang satu ini tidak
menurun padaku (walau berusaha keras tuk mengakrabkan diri). Ibu juga orang
yang taat pada agama. Yang mengajariku pertama kali tuk berhijab.
Aktifitas pagi |
Pukul tujuh
lewat rumah kami hanya akan dihuni oleh nenek (ibu dari bapakku). Terlebih saat
ini, aku yang sudah kuliah dua adikku (Mifta dan Humairah) yang lain juga
sedang mondok si sebuah pesantren. Sedang bapak dan ibu akan berangkat ke sekolah
buat ngajar. Begitu juga dengan dua adikku yang lain: Jira yang duduk di kelas
5 SD, dan Hanif si bungsu yang masih TK.
Ibu
bukanlah guru yang sudah terangkat (PNS) ibu masih guru honor. Pun demikian aku
melihat kesungguhannya tuk mengajar. Mungkin hal itu pula menular padaku. Sebab
saat ini aku tengah menempuh Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Walau tak begitu
tahu kegiatan ibu di sekolah, tapi aku sangat tahu saat ibu pulang jarang
beliau langsung istirahat. Aktifitas sebagai ibu rumah tangga kembali
berlanjut.
Belum lagi
ibu yang menggantikan bapak memberi makan hewan ternaknya (sapi, kambing, juge
beberapa ekor bebek). Rutinitas ibu yang satu ini tak jarang terjadi. Bapak
sering ke kota kabupaten jika ada urusan sekolah, dan jika terlambat pulang
ibulah yang menggantikannya memelihara hewan ternak kami. Hujan sering pula
mengguyur tubuh kurus ibu. Tak jarang aku bertanya, “Kenapa tidak dijual saja?”
Bapak dengan senyum khasnya menjawab, “Itu untuk tabungan sekolah kalian.” Benar
saja, semua yang dilakukan orang tua selalu berorientasi pada anak-anaknya.
Menemani Hanif belajar |
Isya pun
datang. Bapak kembali ke mesjid untuk shalat sedang ibu pun sama. Malam berlanjut
setelahnya dengan lelapnya tidur ibu, itu juga kalau si kecil Hanif tidak
merengek minta macam-macam.
Bersama bapak |
Ibu. Itulah
kerjaannya hampir tiap hari. Itu yang kulihat dengan kasat mata. Yang tidak
tampak olehku mungkin lebih banyak lagi. Sebab yang kutahu, ibuku adalah
pahlawan bagi anak-anaknya. satu-satunya yang setia menemani bapak melangkah.
Wanita yang
puluhan dulu dipinang bapak. Ya! Wanita itu adalah ibuku. ibu kami. Wanita kebanggaanku.
Bapakku dulu
adalah petani, makanya ibuku juga Bu petani.
Sekarng bapakku
guru, ibuku pun jadi Bu Guru.
Bapakku dan
ibuku.
Ibu ...
Ibu ...
Ibu ...
ibu selalu menjadi perempuan inspiratif, ya :)
BalasHapusiya, walau banyak yang jadi perempuan inspiratif selalu ibu yang didahuluin :)
HapusIbu memang top deh....
BalasHapusYang paling banyak makhluk Tuhan di Surga adalah IBU...ya IBU..., yang tak lekang oleh waktu, tetap menjadi ibu yang terbaik bagi anak2nya...,
Salam ya dengan ibunya.. :)
Iya Haerul, sampai2 bilang "IBU" saja udah membangkitkan rasa rindu. Hanrusnya ibu dapat penghargaan terus yah.
Hapusjadi kangen sama ibuku mbak :'(
BalasHapussama, makanya tak jadiin obat kanegn saja tulisan ini :)
Hapusibu memang selalu yang utama dan pertama ;)
BalasHapusiya mba, tadinya malah mau nulis tentang orang lain tapi kalau dipikir kenapa g yang dekat2 saja :) makasih mba sudah mampir
Hapusibu memang krenn ...
BalasHapuswalau saya sudah jarang ketemu dengan ibu ku, tapi tetap ibu adalah nomer satu
bener mas Eko pun jauh di mata tetap dekat di hati :)
Hapusibu memang menjadi sosok yang senantiasa menginspirasi,,
BalasHapussalam sama ibundanya yah, titip doa dari saya. moga sehat selalu
makasih mas Imam sudah mampir, makasih juga titipan doanya
HapusIbu... Sedari sekarang harus di buat tersenyum terus kak, jangan dibuat menangis lagi :) Waktu itu cepat berlalu jangan sampai nantinya nyesal :)
BalasHapusmakasih Dik Dweedy. Iya harus itu, nyesel sih dulu buat ibuku meneteskan air matanya. Makanya musti ditebus dengan menjadia anak yang shaleh biar ngga nyesel nantinya.
HapusKak, kalau baca peraturannya, kata "Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, pada minggu ketiga." ditaruhdi awal tulisan, maaf kalau saya yang salah mengerti
BalasHapusoke. makasih f4dLy
Hapusibu selalu menjadi sumber inspiratif kita ya
BalasHapus