Jumat, 19 April 2013

Oleh-oleh dari Enrekang


Aku tidak tahu berkisah tentang detail kota yang menjadi kotaku. Belum begitu banyak informasi darinya yang aku tahu. Namun begitu, ada sepenggal kisah yang ingin kuperkenakan. Mungkin sedikit, tapi masih tentang kota di mana aku lahir. Aku bisa memulainya dari perkampungan kecil. Kampungku : Madatah.

Karena terlahir sebagai anak pertama yang secara otomatis harus menjadi contoh bagi 4 adikku yang lian juga menjadi kebanggaan orang tua maka aku pun di kirim ke sebuah pesantren yang letaknya jauh dari kampung kecilku. Bukan keinginanku pada awalnya namun kata bapak, “Nak, bapak dan ibu ingin semua anak kami itu mengenyam sekolah di pesantren.”
Alasan bapak dan ibu sangat klise: di pesantren itu lebih terjaga. Polusinya sedikit. Itulah yang dikatakan bapak. Sebagai anak yang patuh tentulah aku terima.
Maka  perpisahan pun tercipta. Aku mulai terbiasa jauh dari orang-orang yang aku sayangi. Berwal dari situ pula saat-saat pulang adalah sesuatu yang sangat kunikmati. Jika dulunya tak ada sajian-sajian makanan yang spesial maka saat liburan di rumahku akan tersaji makanan-makanan khas nenek. Sebut saja kadonten sebagai contohnya. Makanan yang berbahan dasar  nangka muda itu tersaji nikmat terlebih saat ada kulit sapi yang sudah diolah sedemikian rupa bersama nangka tersebut. Bersama hidangan lain yang memang kebanyakan adanya di kampung tersebut terasa nikmat luar biasa. Dan sampai sekarang (aku sudah kuliah) saat pulang kampung nikmatnya kadonten akan terasa.
Lain dulu tak pernah terasa perubahannya sampai sekarang. Kebiasaan pulang kampung masih terus berlangsung. Jika dulu aku jauh dari orang tua karena sekolah SMP sampai SMA di kota Enrekang maka sekarang saat kuliah tempatnya lebih jauh lagi. Makassar jadi tempat berlabuhku selanjutnya. Menjadi salah satu mahasiswi PGSD di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Karena jarak kota Daeng ini dan kampungku sudah terbilang jauh maka aktivitas pulang kampung pun makin berkurang. Tentu saja hal itu pun berimbas pada kepulanganku. Saat pulang semua yang diinginkan (kalau pulkam aku suka minta dimasakin masakan kampung) dibuatkan. Belum lagi saat kembali ke kota. Nah oleh-oleh khas Enrekang pun tak ketinggalan.
Yang paling sering di bawa adalah Dangke. Makanan yang terbuat dari susu sapi atau kerbau itu merpakan makanan tradisional dari Enrekang yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Teksturnya yang mirip dengan tahu dan ditambah dengan rasanya yang gurih seperti keju menjadi kenikmatan tersendiri saat memakannya. Aku sendiri paling suka saat Dangke di potong-potong tipis lalu di goreng. Nyamyyyy ... tak hanya itu oahan lain dari Dangke adalah keripik dangke yang juga tak kalah enaknya.

Selanjutnya makanan ringan yang tak boleh tuk dilewatkan adalah Deppa Te’tekan (kayaknya di sebut kue merah juga deh). Nah, makanan yang satu ini adalah makanan jenis kue yang terbuat dari bahan yang sangat sederhana. Pun sederhana, dalam pembuatan Deppa Te’tekan keahlian sangat diperlukan (kalau setahuku ngga sebarang orang bisa membuatnya, mungkin bisa di buat tapi tak seenak jika sang ahli yang menjamahnya). Kue yang terbuat dari tepung, gula merah, air, dan wijen tersebut menjadi salah satu makanan khas di Enrekang.
Selanjutnya tentang objek wisata kota Enrekang. Ada banyak sih objek wisata yang tak boleh tuk dilewatkan. Tapi beberapa yang pernah aku datangi dan sering aku lewati adalah Buttu Kabobong (Gunung Nona). Gunung yang letaknya sangat mudah tuk ditemukan dan dilihat keindahannya sebab dapat di saksikan dari pinggir jalan saat menuju ke Kota Enrekang.
Obejek selanjutnya yaitu Pemandian Alam Lewaja. Selain menyediakan kolam buatan, ada pula kolam alam yang tersedia. Ditambah dengan air terjunnya menambah indah pemandangannya. Tinggal menceburkan diri ke dalam pemandian tersebut maka akan terasa segarnya air yang menggigit kulit kita.
Pemakaman Di Tebing Tontonan ini sangatlah mudah tuk di lihat. Aku peribadi selalu menyaksikan keindahan dan keanehannya saat pulang kampung. Tak hanya itu tebing yang menjulang tinggi itu pun menjadi tantangan tersendiri bagi para pendaki untuk menaklukannya. Masih banyak objek wisata lain yang ada di Kota Enrekang seperti Bone-Bone yang merupakan perkampungan bebas dari asap rokok, Lo’ko Malillin, Buntu Latimojong, dan lain-lain.
Itulah yang terjamah banyak manusia. Padahal sebenarnya ada banyak makanan nikmat yang tak boleh di lewatkan terlebih jika dijadikan oleh-oleh. Tidak sedikit panorama alam yang tak tertangkap keindahannya. Jika kita mau lebih membuka mata, maka lihatlah suggun ciptaan Allah tak main-main, sangat indah dan mempesona mata. Hingga kadang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Nb: sangat terbatas, dariku.
Nahlatul Azhar
Makassar, 19/4/2013
 

 


Pamerin gunung di belakang sana :)





 Gunung di bealakang kalau di perhatikan mirip orang tidur loh (rada ngeri sih) 


"Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, pada minggu kedua."

17 komentar:

  1. wah kak saya juga orang enrekang hihii. Salam kenal. Kalo lauknya cuma dangke saya sudah bisa makan :)) suka sekali. Kak ke tulisanku juga dong yang judulnya Berawal dari gunung Nona :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal.heheh, mepet sih. Mana ngga begitu hapal objek wisata di Enrekang hehe. sip aku kan menyusul ke Gunung Nona deh heheh :)

      oh iya, dangke emang enak banget :)

      Hapus
    2. Dhani, aku musti komen di mana di bologmu?

      Hapus
  2. bisa, tapi sertakan juga sumbernya dek :)

    BalasHapus
  3. Kyaaa... tolong bawa aku kesanaaaaahhhh.. hik hik hik, aku selalu tertarik dengan dunia traveling :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayuk mba Noe kapan2 kalau balik Ke Makassar kita ke Enrekang jug ya heheh tak tunggu

      Hapus
  4. wuiiihhh...saya jatuh hati sama alamnya Enrekang... memuaskan mata banget. saya sempat sepekan di sana, di kotanya tapi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. KAKTALIS HATI, lumayanah mba masih hijau2. Punya keluarga mba d Enrekang?

      Hapus
  5. Penasaran dengan dangkee :)

    BalasHapus
  6. Orang Makassar ternyata kau. Pingin.... menu pesial Enrengkang-nya @_@

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wh, coba yah di dunia maya bisa mesen makanan :) tak coba cariin buat dikirim lewat inbox mba kalau bisa hihihi (ngawur)

      Hapus
  7. Deppa Te’tekan (Enrekang) dan Deppa Tori' (Toraja) itu rasanya sama ndak sih?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Khie, aku belum pernah nyoba sih kala Deppa Tori' jadi ngga tahu sama atu tidak :)

      Hapus
  8. Enrekang, selalu lewat tapi ndak memperhatikan gunung ini gunung itu, hanya cerita saja, bikin penasaran, apa benar begitu gunungnya?, atau jangan2 cara pandang orang2 yang melihatnya saja, hehhe..

    O iya...Dangke' itu bikin saya dulu ndak karuan, mau terus, wuihh..., saya tinggal di Enrekang bisa2 saya kayak dangke' hehhehee.., Dangke' ini cocok diekspor ke Belanda, atau Eropa, pasalnya orang2 Bule pasti suka.., udah terbukti loh.., :)

    Salam ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi cara pandang. Tapi gunung2 di Erekan (apa lagi masuk ke kampung2) keren2. Jalan ke kebun bapakku kan melewati gunung, nah di gunung liat gunung di seberang sana akan bikin takjub. Kerenlah pokoknya.

      Kalau dangke emang laziz banget ...
      Aku juga sangat suka. Biar kata dimakan tanpa nasi bisa ludes juga, heheh hati2 saja kalau yang lain ngga kebagian bisa kena semprot sealnya.
      Salam balik

      Hapus

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)