Kamis, 19 Juli 2012

KEPERGOK BAWA HP

Aku masih ingat, dulu sangat ingin punya HP sendiri. Memohon pada orang tua biar dibelikan. Tapi sampai selesai SMP, keinginan itu tak juga terpenuhi. Selain karena menurut bapakku masih belum saatnya, juga ada alasan lain.
Aku yang saat itu mondok di salah sebuah pesantren, secara otomatis alat elektronik tidak diperbolehkan untuk masuk. Hingga aku memutuskan untuk lanjut SMA kelas 1 di pesantren itu, aku masih tak punya HP.
Barulah saat duduk di kelas 2 SMA, bapak membelikanku HP. Waktu itu aku liburan, jadi pas pulang kampung dibelikanlah. Alasannya saat itu karena aku tetap lanjutin sekolahku di pesantren. Bukan main senangnya. Kampungku yang dikelilingi pegunungan masih sedikit sinyal yang masuk kala itu. Biasanya manjat gunung dulu baru dapat sinyal. Jadilah aku mondar-mandir tempat tinggi biar bisa pakai HP baruku.
Masalah terjadi saat harus balik ke sekolah, pesantren. Karena tak rela ninggalin HP baruku di rumah, aku bawa saja. Melanggar peraturan tepatnya. Walau sebenarnya bukan hanya aku saja yang melanggar. Jadilah main umpet-umpetan sama wali asrama. Kolom lemari jadi tempat persembunyian paling aman.
Tapi sebenarnya HP itu membawa petaka bagiku. Hari-hari jadi tidak tenang karenanya. Takut ketangkaplah, dilaporin teman, hati gundah melulu jadinya. Apa lagi biasa diadakan penggeledahan tiba-tiba. Itu juga yang paling dihindari santr-santri yang bawa HP.
Seperti malam itu. Saat kami semua selesai salat isya di masjid. Biasanya setelah mengaji bersama, kami sudah bisa pulang untuk melakukan aktivitas lain. Makan malam lalu belajar. Tapi malam itu berbeda. Kami seluruh santri disuruh tinggal di masjid. Semua bertanya-tanya. Sampai akhirnya aku dan yang lain tahu kalau ada penggeledahan kamar, aku pias. Nadiku tiba-tiba berpacu.
Aku teringat, sore tadi saat hendak salat magrib di masjid karena buru-buru HP aku letakkan saja di bawah bantal. Dalam hati aku berfikir habislah aku. Dan benar saja, setelah makan malam aku dipanggil ke kamar wali asrama.
“Taukan kesalahan kamu apa?” tanya wanita di hadapanku.
“Iya, Bu. “
“Jadi, HP ini tidak boleh kamu ambil, sebelum orang tuamu yang datang mengambilnya untuk dibawa pulang,” ucapnya lagi. Tak ada celah tuk membantah, karena memang saat itu akulah yang salah.
Setelah kejadian itu dan bapak juga datang mengambil HP milikku, bukannya kapok, aku membawanya lagi saat habis liburan. Aku masih berpetualang bersama HP hadiah dari bapak. Walau bukan untuk dicontoh, cukuplah kisahku ini jadi pengalaman hidup with HP jadulku.

4 komentar:

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)