Rabu, 18 Juli 2012

Diary Of Love Story

            Cinta. Bagaimana aku melukiskannya? Sedangkan kata-kataku telah habis kugunakan tuk memuji dirinya. Semua tentangnya terasa hebat. Bahkan sekalipun ia menyunggingkan senyumnya, saat berjalan. Ah! Cinta membuatku gila, cinta padanya laki-laki bermata empat.
***
            Dia, aku melihatnya dengan keunikan raga. Sebab saat itu dialah satu-satunya yang bermata minus. Mengenakan kacamata, benda yang selalu menarik perhatianku. Pandangan pertama yang membuatku berdecak kagum. Terlebih dia berbicara dengan lantangnya di depan kami, anggota baru organisasi yang ia ketuai. Aku yang berada di pojok belakang memulai hayalan tentangnya. Bahkan perkenalanku dengannya kuabadikan dalam catatan cacatku.
Cerita tentangnya juga mengalir begitu saja. Begitupu perkenalanku dengannya yang aku anggap takdir. Suatu malam aku mendapat sebuah sms dari nomor yang tak aku kenali. Seperti sabuah keharusan akupun bertanya dengan sms tentu saja, “Ini siapa?” dari situ perkenalanku dengan seseorang yang aku tak tahu siapa diapun berlanjut.
Dari perkenalan itu aku  tahu, ia juga ikut organisasi yang aku ikuti, sayangnya aku tidak tahu ia seperti apa. Berlanjutlah kegiatanku pad organisasi yang aku masuki. Aku duduk begitu santai tatkala mata kembali memainkan perannya. Tampaklah lagi dirinya, laki-laki berkacamata itu. Hati tersenyum sumrigah karenanya.Setelah kegiatan selesai aku pun pulang dengan hati berbunga, tak sabar memperdengarkan kisahku di ujung senja pada diaryku.
Pekatnya malam kian beranjak. Aku teringat tentang sesorang yang mengatakan ikut organisasi yang sama denganku. Sms singkat aku layangkan padanya, bertanya apa ia datang hari itu.
Duwar! Ledakan itu bukanah karena bom, tak terjadi pula di atas permukaan tanah. Ledakan itu bersemayam di hatiku, hanya aku yang tahu dan Sang pemilik hatiku. Bagaimana aku tak kaget, ternyata dialah Mr. Kacamata itu. Sejak saat itu sebuah diary tentangnya kutorehkan, dengan cuapan jemariku.
21 mei 2011
Rasa dalam hati kembali berkecamuk, melumpuhkan pikirin menjadikannya tak terkendali. Sebuah kemutlakan tatkala hati mulai bermain api kembali.  Mr. Kaca mata, ia hadir dengan senyum manis di bibirnya. Menyapa dengan kelembutan suaranya, menghadirkan tanya dalam hati, begitukah ia pada semua wanita?
“Kak, punya buku motifasi ngga?” tanayaku lewat telepon padanya.
“Punya. Tapi sedikit,” jawabnya, “Kenapa?”
“Yang sedikitnya itu boleh dipinjam nggak?”
“Boleh.”
“Kapan bisa pinjamnya”?
“Insyallah jam dua. Ketemu di depan apotik kampus ya?”
“Iya Kak.”
Kadang aku tak ingin membuat rasa itu mekar, namun tampa sadar aku sendiri yang memupuknya, membiarkannya menjalar tak terkendali, hingga ia tumbuh subur. Seperti hari ini. Aku menyengajakan diri tuk bertemu dengannya dengan alasan meminjam buku. Walau sebenarnya aku memang ingin, namun tetap saja itu salah.
Lalu inilah aku menunggu di depan apotik kampus yang terik, menantinya, orang yang kini menyita perhatianku. Tatkala ia datang, hati tak karuan rasanya.
“Apa kabar hari ini?” tanyanya.
“Ya?’’ mungkin aku melamun jadi tak mendengarnya.
“Gimana kabarnya?” ulangnya, dan sama juga aku tak menjawab, entah mengapa lidah serasa kelu, suara tertahan begitu saja, ah... sungguh bodoh.
Bukankah kita bertemu kemarin duhai Mr. Kaca mata? Dan aku masih sama dengan kemarin. Dalam keadaan sehat.
“Ini saja ya bukunya?” aku heran, yang kau berikan adalah buku tentang pernikahan, padahal yang ingin aku pinjam buku motivasi. Ini apa artinya? Apa kau ingin aku belajar tentang pernikahan? Untuk apa? Perjalananku masih terlampau jauh, pikirku. Kecuali saat kau yang mengajak. Pikiran bodoh lagi.
24 juli 2011
Dari mana ya memulainya?
Bingung sudah lama tidak menuangkan kata-kata dalam diary ini. Seperti sebuah pemberhentian sesaat, mati suri. Tapi kini harus dilanjut lagi, tuangan dari dalam hati tak mungkin langsung terucap, namun dengan jemari semua seakan mengalir begitu saja.
Sore tadi kembali kegiatan organisasi yang aku ikuti berlanjut. Pembahasan yang lain dari biasanya, temntang pendidikan. Bagaiman cara menangani pendidikan yang tidak merata terutama di kalangan anak-anak jalanan.
Entah mengapa bibirku selalu terkunci rapat saat dimintai pendapat tentang berbagai hal di sini. Malu jadi penyebab utama. Sedangkan pendukungnya karena kehadiran dia. Aduh, dia semakin mengagumkan. Untaan kalimat yang keluar dari mulutnya sangat...ah, kapan aku terbangun dari mimpi menghanyutkan ini?
1 januari 2012
 Mr. kacamata nama yang aku inisialkan padamu. Hari ini kembali melihatmu dengan kata-kata pedis penuh makna. Sungguh aku merasa kau semakin cerdas saja. Tak salah aku mengagumi sekaligus benci padamu. Memang rata-rata yang menarik perhatianku adalah mereka yang tak jauh beda denganmu. Tapi dirimulah yang teristimewa. Terlalu tinggikah aku berharap?
            Aku tak menyangkal ada banyak mata mengarah padamu, dari mata dengan pandangan kagum ataukah cinta yang terselubug kabut malu. Dari semua itu yang terpenting aku tak peduli.
Sore ini seperti biasa kau kembali menjadi orang penting. Tapi tadi itu benar-benar bagus. Kau memang layak tuk dikagumi, yang aku sesalkan, diriku sendiri kesempatan tuk berbicara padamu pergi sia-sia. Namun tahukah kau? Hatiku tetap bersemu.
***
Memandang penuh kekaguman tak akan pernah ia tahu. Aku sadar akan hal itu. terlalu jauh aku berharap. Mahasiswa awal sepertiku pasti tak akan dilirik olehnya. Adakah keajaiban itu terjadi padaku? Sepertinya mustahil. Walau dialah yang menggetarkan hatiku pertama kali. Pangeran tak pernah datang pada putri buruk rupa.
10 februari 2012
Inilah akhirnya, tapi akan kukisahkan awal penyebab kisah ini putus.
Awalnya ada seorang wanita di facebook yang mengajakku berkenalan.
‘Teman Kak Arfah kan?’ sapanya saat aku online. Awalnya tak janggallah seseorang menyebutnya, ia kan memang banyak kenalan. Hingga tulisan Mr.Kacamata terbaca olehku. Tentang lamarannya, tulisan-tulisan yang mengarah pada satu titik, menikah.
Penasaran mulai menghantui, dan semuanya mencuak kepermukaan. Ternyata dia wanita yang memanggilku kakak dengan mesra di Faecbook, dialah calonnya. Wanita itu juga banyak bercerita tentang hubungan mereka. Tulisan-tulisannya juga mengarah pada Kak Arfah, laki-laki berkacamat itu. Tak tahukah ia hatiku pilu merintih tampa suara?
Lalu...
Inilah aku...si gadis penuh borok luka, luka karena meninggikan hati, mencemaskan cinta yang tak kunjung hadir menghampiri.
“Kamu sebagai wanita yang berharap bertemu jodoh terbaik menurut pandanganNya, jangan sekali-kali berharap banyak pada apa yang belum kamu miliki. Saat kamu miliki saja ia bisa pergi, apatalagi ia bukan hakmu. Masih banyak jalan yang perlu kamu lalui, bukan cuman jalan ini. Tersenyumlah di sana, menunggu masa depanmu.” Ayahlah yang berucap kalimat itu. Ayah, tiba-tiba aku rindu kalimat bijakmu.           
Aku tersenyum, kisah ini usai sudah.
***
“Selamat yah Dea, sahabatnya memberi pelukan hangat untuknya juga berbagai macam kado.
      Hari bersejarah dalam hidupku tengah berlangsung. Tak seperti kebanyakan pengantin yang duduk bersanding bersama, aku dan laki-laki yang kini menjadi suamiku, dipisahkan oleh hijab.
      Siapakah laki-laki itu?
            Laki-laki yang mempersunting diringku adalah laki-laki dalam diary. kesempatan kembali menghampiriku.
***           
      Tiga bulan sebelum hari bahagia.
“Kapan menikahnya Kak?”
            “Kamu sendiri kapan terima lamaran saya?” itu bukan pertanyaan serius, di belakangnya ada tambahan, ‘just kiding’. Tapi cukup membuat jantung Dea melompat. Ia jadi bertanya bagaimana jika pertanyaan itu dilontarkan untuknya dengan sungguh-sungguh? Ada-ada saja si Mr.kacamata
            Sebenarnya Dea tak berharap dapat balasan, karena setahunya orang itu tak suka meladeni pertanyaan basa-basi. Toh akhirnya percakapan mereka via SMS itu berlanjut. Tak tanggu-tanggung pembahasannya merupakan hal yang membuat Dea penasarn akhir-akhir ini, meski berusah tak ambil pusing.
            “Tidak jadi.”
            Jawaban itu yang membuyarkan pertanyaan gadis yang masih menatap layar tv sejak tadi. Rasa kasihan memenuhi relung hati, juga perasaan lega. Dea merasa jadi orang jahat saat itu juga.
            “Biarpun dia mau tapi walinya tidak, sama saja nol.” Sambungnya lagi, iba juga hati Dea, bagaimanapun Dea tau calon senoirnya itu dari Facebook. Setahunya gadis yang dilamar Mr.Kacamata itu sudah siap menikah, malah sangat berharap lamaran itu diterima orang tuanya. Sayangnya wali sang calon tak menerima. Maka dari penuturan Mr.Kacamata batal lah rencana suci itu. Diary-diary yang selama ini dibuatnya, ia kirim tuk Mr.kacamata, tak ada niat tuk berharap. Ia hanya ingin melepas beban perasaan yang ada dalam hatinya. Bereda dengan Mr.kacamata yang menerima pesan cinta itu. senyumnya mengembang. Ternyata ada rencana Sang Pemilik hati untuknya. Tekatnya kembali bulat, meminang sang pengirim pesan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)