Kamis, 19 Juli 2012

Tetes Air di Awal Malam Ramadhan

19 Jui 2012 (1 Ramadhan 1433)

                Kukunci diriku dalam kamar yang sunyi. Kembali meratapi nasib yang kualami. Entah mengapa lelah itu kembali menyiksa. Aku tak menyalahkan keberadaanku, hanya saja ruang gerakku sekan terkunci. Haya ada rasa takut salah. Aku tahu diri, tapi aku juga butuh waktu menenangkan gejolak jiwa yang kian berkecamuk.
Belum tubuhku yang protes. Beberapa hari belakangan kepalaku sakit. Ingin kutumbukkan saja ke dinding. Bahkan sudah beberapa kali kulakukan. Ya! Aku tak menyambut ramadhan dengan suka, bukan berarti karena tak suka. Entahlah, aku tak kuasa berkata lewat lisan yang masih sempurna. Hanya lewat jemari ungkapanku yang pedih terungkap.
Sumpah, teriakanku tak akan didengarkan siapa pun. Hingga mata lah yang harus menelaahnya. Dan hanya dengan itu juga aku lega. Aku tak tahu apa yang aku tulis ini. Hanya berharap sedikit resah itu pergi.
Padahal aku telah berusaha menikmati peran yang disodorkan padaku. Sungguh! Aku sudah berusaha keras menikmatinya, bahkan berusaha jatuh cinta pada peran ini. Tapi nyatanya sulit. Sulit sekali.
Dan jika kau, siapapun lihat embun yang telah menetas di mataku saat ini, dirimu akan tahu aku tak lagi berbohong. Aku benar-benar sakit. Jiwa pun raga, keduanya meminta jatah. Lalu apa kini? Haruskah kugantungkan tanya lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)