19 Jui 2012 (1 Ramadhan 1433)
Kukunci
diriku dalam kamar yang sunyi. Kembali meratapi nasib yang kualami. Entah mengapa
lelah itu kembali menyiksa. Aku tak menyalahkan keberadaanku, hanya saja ruang
gerakku sekan terkunci. Haya ada rasa takut salah. Aku tahu diri, tapi aku juga
butuh waktu menenangkan gejolak jiwa yang kian berkecamuk.
Belum tubuhku yang protes. Beberapa
hari belakangan kepalaku sakit. Ingin kutumbukkan saja ke dinding. Bahkan sudah
beberapa kali kulakukan. Ya! Aku tak menyambut ramadhan dengan suka, bukan
berarti karena tak suka. Entahlah, aku tak kuasa berkata lewat lisan yang masih
sempurna. Hanya lewat jemari ungkapanku yang pedih terungkap.
Sumpah, teriakanku tak akan
didengarkan siapa pun. Hingga mata lah yang harus menelaahnya. Dan hanya dengan
itu juga aku lega. Aku tak tahu apa yang aku tulis ini. Hanya berharap sedikit
resah itu pergi.
Padahal aku telah berusaha
menikmati peran yang disodorkan padaku. Sungguh! Aku sudah berusaha keras
menikmatinya, bahkan berusaha jatuh cinta pada peran ini. Tapi nyatanya sulit. Sulit
sekali.
Dan jika kau, siapapun lihat
embun yang telah menetas di mataku saat ini, dirimu akan tahu aku tak lagi
berbohong. Aku benar-benar sakit. Jiwa pun raga, keduanya meminta jatah. Lalu apa
kini? Haruskah kugantungkan tanya lagi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)