Sabtu, 01 Juni 2019

30 HRDC day 27: Melahirkan


Saat tengah malam, saya sudah tak diperbolehkan makan dan minum sebab keesokan harinya, saya akan dioperasi. Kami akan bertemu si kecil yang sudah masuk sepuluh bulan berada di dalam kandungan ku. Malam itu, saya menenangkan diri. Berusaha keras untuk bisa lelap sehingga bisa fit menghadapi persalinan.

Singkat cerita, tiba saatnya saya harus berjuang. Dengan duduk di atas kursi roda diantarlah saya oleh perawat, ditemani keluarga menuju ruang oprasi. Saat itu menjelang siang hari, sekitar jam sepuluh siang.

Sampai di ruang oprasi, saya harus menunggu, masih ada operasi yang berlangsung. Saya berbaring di atas ranjang pasien yang ada di ruangan tunggu. Kurang lebih tiga puluh menit, waktu yang sangat lama, sangat terasa karena deg degan. Apa lagi keluarga tak lagi menemani. Mereka menunggu di luar.

Saat menunggu tersebut terasa betul ketakutan menghampiri. Perawat dan dokter lalu lalang di sekitar tempat tidur yang kutempati. Di samping kanan saya malah ada pasien yang baru saja di oprasi. Ya Allah, beruntung jauh jauh hari sudah dipesankan untuk banyak beristigfar, banyak banyak mengingat Allah, jadi ketegangan hati bisa sedikit terobati.

Hingga tiba akhirnya giliran saya. Saya didorong masuk ke dalam ruangan oprasi. Langit langit ruangan jadi saksi betapa saya berusaha nguatin diri. Dengan harapan, nantinya akan bertemu kesayangan yang dinanti.

Semua yang melekat pada diri ditanggalkan, beberapa helai kain saja yang menutupi raga. Dengan tampilan seperti itu, kurang lebih sepuluh orang menyaksikan dalam ruangan. Beruntung dua diantaranya adalah kenalan, salah seorangnya malah keluarga, jadi deg degannya berkurang sedikit. Soal malu karena tak mengenakan apa pun tak lagi terpikir kan. Yang ada di kepala hanya istighfar kepadaNya. Semoga segalanya di mudahkan.

Belakang saya mula mula di suntik, untuk jadi penghilang rasa sebahagian tubuh saya, bagian bawah  jadi mati rasa. Saat tak bisa merasakan apa apa lagi, pun dicubit dengan keras, dokter pun beraksi dengan keahliannya. Terasa sekali sobekan yang dibuat di bagian perut, namun tak terasa sakitnya.

Sembari dokter dan para pendampingnya bekerja, ngerjain saya, mereka tampak akrab, yang mereka bahas malah menu makan setelah operasi selesai. Yang saya dengar jelas adalah es buah. Mereka kompak bahas itu. Suasana sedikit jadi tak menegangkan. Lidah saya juga tak henti melafalkan istighfar.

OEKK OEKK OEKK
Allahuakbar. Suara itu begitu kuat
memecah ketakutan diri. Menyembuhkan ketakutanku. Dia lahir ya Allah. Anakku yang kunantikan hadirnya. Sontak segala ketakutan dalam diri hilang. Hati sejuk mendengar suara tangis yang begitu kuat. Mata ikut basah.
"Laki-laki Bu," ucap seseorang yang entah siapa.

Saya berusaha keras meliahat bayiku, walah hanya mencarinya dengan mata. Proses operasi belum selesai. Oh dia di sana, dibersihkan suster, suara tangisnya masih terdengar begitu keras. Masyaallah tak luput lidah memuji kebesaran Allah. Alhamdulillah diizinkan memilikimu, Nak.
Setelah dibersihkan, dipakaikan baju, lalu di selimuti, salah seorang perawat mendekatkan bayi saya ke pipi saya. Tak terasa air mata saya jatuh. Ya Allah, dia benar benar telah lahir ke dunia. Tangis semakin memenuhi hatiku. Alhamdulillah, Nak. Kamu hebat, sudah berjuang hingga bertemu dengan Ibu.

Proses operasi tetap berlanjut, perut yang habis di belah, kembali ditutup, dijahit. Dan tangis bayiku tak lagi terdengar, sepertinya di bawa ke ruangan bayi. Hingga operasi selesai, dan saya dikeluarkan dari ruangan, dan kembali ke ruang tunggu pasca operasi. Saya lihat suami melihat ke dalam ruangan, dan izin pada petugas biar bisa menemui saya.
"Kamu hebat, Sayang." ucapnya.
Di wajahnya tampak jelas kelegaan. Begitu juga saya.
"Adek di mana? Sudah diazanin?" tanyaku.
"Iya sudah, Sayang. Adek di bawah ke ruang bayi." 

Alhamdulillah satu proses telah terlalui. Allah maha kuasa memudahkan segala prosesnya, setelah ini akan banyak lagi proses proses yang lain. Menanti perjuangan, namun semoga senantiasa dimudahkan oleh Allah swt.
Lain waktu akan saya kisahkan kisah pasca melahirkan. Demikian setetes tinta.

Madata, 27 Ramadhan 1440H
#Day27
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
Gambar by: @beytal_4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)