Malam itu aku menatap lagit. Berharap bebintang
melukis wajahmu. Mengukir namamu agar rinduku jatuh satu-satu. Tak lagi beku
namun mencarimu dan memberimu hangatnya rasa.
Pagi ini kupandangi jendela kaca. Di sana air
mengalir deras. Hujan mendinginkan hati. Hatiku yang panas karena rindu.
Padamu.
Aku menunggu siang menjemputku. Kiranya dia
menghapusmu dari pikiranku. Agar aku tak hanya diam memikirkanmu.
Jeda sesaat. Kemelut hati terjadi. Jika Yayat saja menangis, apatahlagi Iyah?
Maka kisah itu akan berakhir di mana?
Cinta ...
Kumohon, diamkan aku darinya.
Kita sudah saja sebelum rasa kian hambar.
Aku menatap keduanya alam diam. Besok, aku akan temukan kisah serupa. Rindu yang pekat namun tak menemukan lilin sebagai cahayanya. Hanya gelap.
Senin, 27
November 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)