“Apa lagi? Ya sudah tinggalkan saja aku!”
bentaknya dengan wajah memerah.
“Tidak bisa, aku tidak ingin kamu ...”
tecekat. Aku tidak ingin dia mati.
“Hah, kau pikir aku akan mati? Dengar Kel,
dunia tidak sesempit yang ada di kepalamu. Aku mati karena hal ini? Yang benar
saja!” judes, galak, mengesalkan. Gabungan sikap yang membuatku tidak betah
lama-lama berada di dekatnya. Mungkin juga bagi Liz.
“Tapi ...”
“Pergilah! Sana!”
Huft! Baiklah tuan ...
Aku melangkah mundur, menatap wajahnya yang
penuh kemarahan sesaat.
Benar kata Liz, pohon sakura tidak akan
tumbuh lama di hatinya. Dan tentang Liz yang meninggalkannya, bagaimana
kabarnya? Apakah ia masih menyimpan rasa untukku? Rasa yang sebenarnya salah.
“Di
hatiku hanya ada pohon sakura untukmu, Kel!” kudengar bisikan Liza sekali lagi.
Untuk kebersamaan yang tidak mungkin. Sebab pohon
sakuraku hanya untuk sang tuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)