Minggu, 23 November 2014

Kau dan Kupu-Kupu Lemah

Ketika aku merasa bahwa, kau yang ditakdirkan untuk kupu-kupu itu. Mahluk lemah yang sedang terpenjara oleh kesunyian. Kukatakan pula jika kau pahlawan yang bisa membawanya terbang tak sebatas pandangan mata, namun mengangkasa. Kuyakini, kelak jika kau akan merasa nyaman pulang ke pelukannya. Dia penuh kasih sayang.
Aku jelmakan harapan kebersamaanmu dengannya lewat doa-doa dalam sujudku. Kusisipkan di antara permohonan-permohonan yang kupunya. Aku sempat berpikir, telah banyak benang doa yang kukirim agar kau dan kupu-kupu dalam sangkar itu bersatu selamanya.
Bagaimana kau begitu yakin? Tanyamu tempohari di antara kesibukanku menjahit kata demi kata yang kupunya. Dengan jarum tua hadiah pertama darimu.
Aku tertawa. Kau lupa rupanya, bukankah kupu-kupu lemah itu adalah aku?
Benar saja. Kau tersenyum, mengangguk.
Aku selalu rela jadi sandaran kupu-kupu itu. Selalu siap membawanya mengangkasa. Hanya untuk membuatnya bahagia, katamu.
Aku tersenyum mendengarnya.
http://maranifitra.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)