Rabu, 19 November 2014

Mama’: Rahasia Di Balik Kediaman



Mama’ adalah panggilanku untuknya. Sebab di kampungku yang letaknya di atas pegunungan,
MAMA'
rata-rata anak-anak memanggil ibunya dengan panggilan Mama’. Mama’ku sendiri adalah wanita paling sederhana yang pernah kukenal, penurut karena selalu mengikuti apa kata Papa’ku (Panggilan untuk Bapak). Maka tak heran jika tidak banyak hal istimewa tentang kebersamaanku dengan Mama’. Aku seperti amnesia dan ... tidak terlalu ingat dengan masa kecilku, bisa jadi karena pernah beberapa kali sakit. Atau karena hidupku kebanyakan berada di luar rumah sejak TK sampai mahasiswa tingkat akhir aku berada jauh dari Mama’, lokasi menjadi kendalanya.
Pun demikian, aku menganggap dikemudiah hari jika ... segala hal yang Mama’ lakukan untukku adalah untuk kebaikanku. Dan bukankah itu artinya Mama’ menyimpan keistimewaan yang sampai saat ini aku tak punya karena belum menyandang statusyang sama dengannya?
Mama' dan Aku
Dulu sekali, saat aku masih kecil (dan ini yang paling aku ingat) Papa’ kukenal sebagai laki-laki dengan aturan yang menggunung. Mulai dari larangan bermain di siang hari, harus mengaji di malam hari, tidak boleh bermain dengan orang yang usianya lebih tua dariku, sebelum magrib sudah harus di rumah, jangan makan di rumah orang, dan masih banyak aturan yang menurutku saat itu sangat menyiksa. Bayangkan saja jika aku pulang terlambat saat sore hari, atau seharian bermain di rumah teman, sapu lidi akan menyambut kepulanganku.  Atau pada malam hari jika ngantuk gara-gara kecapean bermain seharian, aku tidak diperbolehkan tidur sebelum kelar mengajinya oleh Papa’. Belum lagi dengan kesalahan-kesalahan lain yang membuat Bapak menghukumku. Yang kusesalkan adalah ... Mama’ tidak sekalipun membelaku. Malah jika mendapat hukuman, aku tidak pernah melihat Mama’.
Aku marah dalam hati. Membenci Papa’ dengan segala aturan dan hukumannya. Aku juga membenci Mama’ dengan ketidak peduliannya. Seringkali jika sudah begitu aku akan mengunci diri dalam kamar. Menangis sepuasnya, meruntuki nasibku yang malang (aku menganggapnya begitu dulu).
Mama' dan Anak2 Gadisnya
Belum lagi saat sudah punya adik. Aku sebagai anak pertama, yang seluruh perhatian awalnya tertuju padaku, perlahan harus rela saat adik-adikku mendapat perhatian lebih. Jika bertengkar dengan adik-adikku pun belakangan selalu aku yang disalahkan Mama’. Sampa aku bertanya, “Aku anak Mama’kah?”
Berkali-kali juga kubuat Mama’ menangis dengan tingkahku. Aku yang membantah, tidak mau disuruh, marah-marah pada Mama’, hingga membuat wanita yang telah melahirkanku itu menangis. Barulah setelahnya aku ketakutan, minta maaf sebab takut jadi anak yang durhaka.
Saat tamat Sekolah Dasar, kebencianku akan kedua orang tuaku, terutama Mama’ kembali menghampiri. Kenapa Papa’ menginginkan aku bersekolah di pesantren yang itu artinya harus berada jauh dari rumah. Lagi-lagi Mama’ menuruti keinginan Papa’ menyingkirkan keiinginanku untuk lanjut di SMP yang letaknya hanya di kampun sebelah. Kedua orangtuaku memilih sekolah berasrama yang ... ya ampun, letaknya di kota kabupaten dan sangat jauh! Aku berpikir, mungkin kedua orangtuaku ingin menyingkirkan aku.
Mama' si Bungsu
Aku benci hanya bisa mengikuti kemauan orangtuaku. Terlebih ketika aku sudah berada di pondok dan setiap malam di awal-awal keberadaanku di sana harus mengalami ketakutan di malam hari (aku penakut). Juga sering menangis menahan rindu. Tidakkah Mama’ merasakan hal serupa?
Belakangan memang kusadari bahwa semua itu untuk kebaikanku. Pun harus merasakan kebencian di awal-awalnya.
Mama’ adalah penyimpan rahasia. Sebab belakangan aku tahu bagaimana perasaannya sebenarnya.
“Kamu pikir dulu, saat Papa’mu memukulmu Mama’ tidak sakit?”
Begitalah pertanyaan Mama’ ketika aku membahas perihal dulu ia tidak pernah membelaku.
“Hati Mama’ sakit melihat kalian dipukul, dihukum, tapi bagi Mama’ itu untuk kebaikan kalian. Dan niat Papa’ memang untuk membuat efek jera. Agar anak-anak kami menjadi anak yang saleh, salehah,” ucap Mama’ ketika aku pulang kampung karena libur kuliah.
Begitulah. Aku merasa bersyukur dengan kekerasan Papa’ dalam mendidik juga ketidak Mama’ saat aku dihukum. Sepatutnya aku berterimakasih bukan? Karena faktanya, wanita yang kusayangi sepenuh hati tersebut sangat menyayangiku, menyayangi kami semua, anak-anaknya. Pun harus menelan perasaannya sendiri.
Mama', Papa', dan anak2nya
Lalu bagaimana dengan tema Hati Ibu Seluas Samudera?
Bagiku hati Mama’ seluas samudra, pemaaf. Seburuk apapun perlakuan anaknya. Semarah apapun beliau, toh dengan senyuman juga pelukan hangat ia akan kembali merangkul anak-anaknya.
Hati Mama’ seluas samudra, lihatlah saja ia tanami rahasia-rahasia di dalamnya. Disembunyikannya rasa sedihnya pun ia menjerit pilu. Bagi Mama’ kebaikan anak-anaknya adalah yang terpenting.
MAMA’ TERIMAKASIH. MAMA’ ...
Aku yakin Mama’mu pun sama halnya. Maukah kau mengenang dan bercerita juga padaku perihal Mama’ yang kau punya?




42 komentar:

  1. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Hati Ibu Seluas Samudera
    Segera didaftar
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
  2. hiks....saya terharu membaca ini. orang tua, ayah ataupun ibu pastilah menyayangi kita anak-anaknya. kadang sebagai anak kita yang belum bisa memahami kasih sayang itu. saat saya menjadi ibu saat ini banyak hal perihal orangtua saya yang satu demi satu akhirnya baru bisa saya pahami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba, saya nyadarnya belakangan. Anak2 mana tahu maksud baik yang tersembunyi, taunya bete aja pas dilarang atau dihukum. makasih Mba sudah mampir.

      Hapus
  3. setiap orang tua memiliki caranya sendiri dlm menyayangi anak2nya ya... sukses utk ngontesnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba, walau seringkali disalahpahami, namun tetap menyayangi, makasih Mba.

      Hapus
  4. hati ibu bahkan lebih luas dari semua itu. Selamat menjadi anak yang baik untuk ibu yang baik :)

    BalasHapus
  5. cerita tentang ibu selalu membuat haru

    BalasHapus
  6. Orang tua selalu tahu apa yg terbaik utk anak-anaknya...sekalipun itu terkadang terasa berat dijalani oleh anak-anak, pdhl bg ortu itu lebih terasa berat lagi... tp mrk menyembunyikannya..demi kelak kemudian hari bs melihat anak-anaknya berhasil dlm kehidupannya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak-anak malah liatnya kulit luar doang ya, intinya ngga. Sukanya salah paham. Padahal ujung2nya untuk kebaikan juga. Belakangan nyadar merasa menyesal sempat berpikiran begitu. Makasih telah berkomentar.

      Hapus
  7. Waaaah, bikin terharu ceritanyaaa... :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Habis baca postingan yang lain rata2 sedih semua

      Hapus
  8. Mama selalu punya cara mencintai kita anaknya, sesama anak sulung ada pandangan yg sama denganmu Na... sukses ya ... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih sudah mampir kak. Anak sulung? Jangan2 yang ngga dibelain mulu ya? hohoho

      Hapus
  9. Balasan
    1. Sakit Mba, tapi disimpannya di sudut hati. Aku yang anak-anak mana tahu, belakangan baru bilang makasih yang sebesar-besarnya :"(

      Hapus
  10. Setiap kali membicarakan ibu, tidak akan pernah kehabisan kata...

    BalasHapus
    Balasan
    1. TIDAK AKAN! Kebaikannya tak terhitung, pengorbanannya apalagi. Belum lagi kalau ngitung yang lain. Wah ... Makasih Mama'

      Hapus
  11. Mama sosok sederhana yang sangat berjasa buat anak2nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selalu berjasa ya, sosok sederhana itu. Doa lagi untuknya, semoga berkah hidupnya. Aamin

      Hapus
  12. langsung nyess dah baca ini postingan keren mbak... jadi makin cinta sama surga" kita ya mbak... Heaven on the soles of the feet

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Makin cnta, dan makin berusaha membahagiakannya. Pintu surga kelak semoga terbuka untuk kita. Aamiin.

      Hapus
  13. Jadi ingat.... Ibuku juga ngelarang makan dirumah org lain...atau menerima pemberian berupa makanan......

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, katanya sih untuk kebaikan kita ditambah lagi orang Ibu takut anaknya kenapa-kenapa kan kalau makan di rumah orang lain :).

      Hapus
  14. Ibu adalah pemilik cinta tanpa prasangka..........

    BalasHapus
  15. Tapi kalau mamaku, paling sering memukulku waktu kecil tapi itu untuk kebaikanku :)
    Makasih sudah berbagi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, Begitu memang kalau Mama2mi orang di, di kepalanya biar baekji anaknya. Lebih baek dari beliau malahan namaui. Terimakasih juga telah mampir.

      Hapus
  16. Tidak akan pernah ada habisnya bicara soal Ibu :)
    Sosok penuh kasih dan luar biasa :)

    BalasHapus
  17. hati ibu memang seluas samudera ya mbak, pintu maaf selalu terbuka untuk anak2nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba, sesuai temanya banget Dan faktanya hati Ibu memang begitu. Untuk anak-anaknya tentu saja.

      Hapus
  18. yang dilakukan ibu pastilah yang terbaik tanpa kita tau maksudnya..ah, ibu memang begitu, membuatku selalu terharu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah Mba, mana anak-anak yang taunya cuman main dan senang-senang selalu nylah artiin sikap Ibu. Padahal si balik semuanya ada maksud yang bak. Makasih Mba sudah komen :)

      Hapus
  19. melihat postingan ini, terlintas satu hal,"betapa beruntungnya kalian mempunyai Ibu yang mengawali didikan dengan agama."

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih sudah mampir Dayat, emang kecilnya diawali dengan didikan apa? Pastinya Ibuta ngajaryang baik2 juga kan dulunya??

      Hapus
  20. keeereeen tulisannya dek, semoga menjadi anak yang sholehah ya. salam buat ibunya, terharu dengan kisahnya :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Kak Aida, ntar tak salamkan. Aamiin untuk doanya, berharap benar2 jadi anak yang sholehah :)

      Hapus
  21. jadi mau pulang cepat, kangen mama :'(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayomi pulang heheh :) Kangenma juga ini. Makasih sudah mampir Vitri. Ada pale blogta :) Mapirka ke sana nah.

      Hapus

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)