Mama’ adalah panggilanku untuknya. Sebab di kampungku yang
letaknya di atas pegunungan,
rata-rata anak-anak memanggil ibunya dengan
panggilan Mama’. Mama’ku sendiri adalah wanita paling sederhana yang pernah kukenal,
penurut karena selalu mengikuti apa kata Papa’ku
(Panggilan untuk Bapak). Maka tak heran jika tidak banyak hal istimewa tentang
kebersamaanku dengan Mama’. Aku seperti
amnesia dan ... tidak terlalu ingat dengan masa kecilku, bisa jadi karena
pernah beberapa kali sakit. Atau karena hidupku kebanyakan berada di luar rumah
sejak TK sampai mahasiswa tingkat akhir aku berada jauh dari Mama’, lokasi menjadi kendalanya.
MAMA' |
Pun demikian, aku menganggap dikemudiah
hari jika ... segala hal yang Mama’
lakukan untukku adalah untuk kebaikanku. Dan bukankah itu artinya Mama’ menyimpan keistimewaan yang sampai
saat ini aku tak punya karena belum menyandang statusyang sama dengannya?
Mama' dan Aku |
Dulu sekali, saat aku masih kecil (dan
ini yang paling aku ingat) Papa’
kukenal sebagai laki-laki dengan aturan yang menggunung. Mulai dari larangan
bermain di siang hari, harus mengaji di malam hari, tidak boleh bermain dengan
orang yang usianya lebih tua dariku, sebelum magrib sudah harus di rumah,
jangan makan di rumah orang, dan masih banyak aturan yang menurutku saat itu
sangat menyiksa. Bayangkan saja jika aku pulang terlambat saat sore hari, atau
seharian bermain di rumah teman, sapu lidi akan menyambut kepulanganku. Atau pada malam hari jika ngantuk gara-gara
kecapean bermain seharian, aku tidak diperbolehkan tidur sebelum kelar
mengajinya oleh Papa’. Belum lagi
dengan kesalahan-kesalahan lain yang membuat Bapak menghukumku. Yang kusesalkan
adalah ... Mama’ tidak sekalipun
membelaku. Malah jika mendapat hukuman, aku tidak pernah melihat Mama’.
Aku marah dalam hati. Membenci Papa’ dengan segala aturan dan
hukumannya. Aku juga membenci Mama’
dengan ketidak peduliannya. Seringkali jika sudah begitu aku akan mengunci diri
dalam kamar. Menangis sepuasnya, meruntuki nasibku yang malang (aku
menganggapnya begitu dulu).
Mama' dan Anak2 Gadisnya |
Belum lagi saat sudah punya adik. Aku sebagai
anak pertama, yang seluruh perhatian awalnya tertuju padaku, perlahan harus
rela saat adik-adikku mendapat perhatian lebih. Jika bertengkar dengan
adik-adikku pun belakangan selalu aku yang disalahkan Mama’. Sampa aku bertanya, “Aku anak Mama’kah?”
Berkali-kali juga kubuat Mama’ menangis dengan tingkahku. Aku yang
membantah, tidak mau disuruh, marah-marah pada Mama’, hingga membuat wanita yang telah melahirkanku itu menangis. Barulah
setelahnya aku ketakutan, minta maaf sebab takut jadi anak yang durhaka.
Saat tamat Sekolah Dasar, kebencianku
akan kedua orang tuaku, terutama Mama’
kembali menghampiri. Kenapa Papa’
menginginkan aku bersekolah di pesantren yang itu artinya harus berada jauh
dari rumah. Lagi-lagi Mama’ menuruti
keinginan Papa’ menyingkirkan
keiinginanku untuk lanjut di SMP yang letaknya hanya di kampun sebelah. Kedua orangtuaku
memilih sekolah berasrama yang ... ya ampun, letaknya di kota kabupaten dan
sangat jauh! Aku berpikir, mungkin kedua orangtuaku ingin menyingkirkan aku.
Mama' si Bungsu |
Aku benci hanya bisa mengikuti kemauan
orangtuaku. Terlebih ketika aku sudah berada di pondok dan setiap malam di
awal-awal keberadaanku di sana harus mengalami ketakutan di malam hari (aku
penakut). Juga sering menangis menahan rindu. Tidakkah Mama’ merasakan hal serupa?
Belakangan memang kusadari bahwa semua
itu untuk kebaikanku. Pun harus merasakan kebencian di awal-awalnya.
Mama’
adalah penyimpan rahasia. Sebab belakangan
aku tahu bagaimana perasaannya sebenarnya.
“Kamu pikir dulu, saat Papa’mu memukulmu Mama’ tidak sakit?”
Begitalah pertanyaan Mama’ ketika aku membahas perihal dulu
ia tidak pernah membelaku.
“Hati Mama’ sakit melihat kalian dipukul, dihukum, tapi bagi Mama’ itu untuk kebaikan kalian. Dan niat
Papa’ memang untuk membuat efek jera.
Agar anak-anak kami menjadi anak yang saleh, salehah,” ucap Mama’ ketika aku pulang kampung karena
libur kuliah.
Begitulah. Aku merasa bersyukur dengan
kekerasan Papa’ dalam mendidik juga ketidak
Mama’ saat aku dihukum. Sepatutnya aku
berterimakasih bukan? Karena faktanya, wanita yang kusayangi sepenuh hati
tersebut sangat menyayangiku, menyayangi kami semua, anak-anaknya. Pun harus
menelan perasaannya sendiri.
Mama', Papa', dan anak2nya |
Lalu bagaimana dengan tema Hati Ibu Seluas Samudera?
Bagiku hati Mama’ seluas
samudra, pemaaf. Seburuk apapun perlakuan anaknya. Semarah apapun beliau, toh
dengan senyuman juga pelukan hangat ia akan kembali merangkul anak-anaknya.
Hati Mama’ seluas samudra,
lihatlah saja ia tanami rahasia-rahasia di dalamnya. Disembunyikannya rasa
sedihnya pun ia menjerit pilu. Bagi Mama’
kebaikan anak-anaknya adalah yang terpenting.
MAMA’ TERIMAKASIH. MAMA’ ...
Aku yakin Mama’mu pun sama
halnya. Maukah kau mengenang dan bercerita juga padaku perihal Mama’ yang kau punya?
Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan : Hati Ibu Seluas Samudera
BalasHapusSegera didaftar
Salam hangat dari Surabaya
Makasih Pakde. Salam hujan dari Makassar
Hapushiks....saya terharu membaca ini. orang tua, ayah ataupun ibu pastilah menyayangi kita anak-anaknya. kadang sebagai anak kita yang belum bisa memahami kasih sayang itu. saat saya menjadi ibu saat ini banyak hal perihal orangtua saya yang satu demi satu akhirnya baru bisa saya pahami.
BalasHapusIya Mba, saya nyadarnya belakangan. Anak2 mana tahu maksud baik yang tersembunyi, taunya bete aja pas dilarang atau dihukum. makasih Mba sudah mampir.
Hapussetiap orang tua memiliki caranya sendiri dlm menyayangi anak2nya ya... sukses utk ngontesnya :)
BalasHapusIya Mba, walau seringkali disalahpahami, namun tetap menyayangi, makasih Mba.
Hapushati ibu bahkan lebih luas dari semua itu. Selamat menjadi anak yang baik untuk ibu yang baik :)
BalasHapusIya, yang baik-baik/ Makasih Kak sudah mampir.
Hapuscerita tentang ibu selalu membuat haru
BalasHapusIya haru dalam bisu.
HapusOrang tua selalu tahu apa yg terbaik utk anak-anaknya...sekalipun itu terkadang terasa berat dijalani oleh anak-anak, pdhl bg ortu itu lebih terasa berat lagi... tp mrk menyembunyikannya..demi kelak kemudian hari bs melihat anak-anaknya berhasil dlm kehidupannya...
BalasHapusAnak-anak malah liatnya kulit luar doang ya, intinya ngga. Sukanya salah paham. Padahal ujung2nya untuk kebaikan juga. Belakangan nyadar merasa menyesal sempat berpikiran begitu. Makasih telah berkomentar.
HapusWaaaah, bikin terharu ceritanyaaa... :')
BalasHapusHabis baca postingan yang lain rata2 sedih semua
HapusMama selalu punya cara mencintai kita anaknya, sesama anak sulung ada pandangan yg sama denganmu Na... sukses ya ... :)
BalasHapusMakasih sudah mampir kak. Anak sulung? Jangan2 yang ngga dibelain mulu ya? hohoho
HapusTernyata hati Mama sakit ya... :(
BalasHapusSakit Mba, tapi disimpannya di sudut hati. Aku yang anak-anak mana tahu, belakangan baru bilang makasih yang sebesar-besarnya :"(
HapusSetiap kali membicarakan ibu, tidak akan pernah kehabisan kata...
BalasHapusTIDAK AKAN! Kebaikannya tak terhitung, pengorbanannya apalagi. Belum lagi kalau ngitung yang lain. Wah ... Makasih Mama'
HapusMama sosok sederhana yang sangat berjasa buat anak2nya
BalasHapusSelalu berjasa ya, sosok sederhana itu. Doa lagi untuknya, semoga berkah hidupnya. Aamin
Hapuslangsung nyess dah baca ini postingan keren mbak... jadi makin cinta sama surga" kita ya mbak... Heaven on the soles of the feet
BalasHapusIya Makin cnta, dan makin berusaha membahagiakannya. Pintu surga kelak semoga terbuka untuk kita. Aamiin.
HapusJadi ingat.... Ibuku juga ngelarang makan dirumah org lain...atau menerima pemberian berupa makanan......
BalasHapusHehe, katanya sih untuk kebaikan kita ditambah lagi orang Ibu takut anaknya kenapa-kenapa kan kalau makan di rumah orang lain :).
HapusIbu adalah pemilik cinta tanpa prasangka..........
BalasHapusBetul Kak Irna :)
HapusTapi kalau mamaku, paling sering memukulku waktu kecil tapi itu untuk kebaikanku :)
BalasHapusMakasih sudah berbagi :)
Hehehe, Begitu memang kalau Mama2mi orang di, di kepalanya biar baekji anaknya. Lebih baek dari beliau malahan namaui. Terimakasih juga telah mampir.
HapusTidak akan pernah ada habisnya bicara soal Ibu :)
BalasHapusSosok penuh kasih dan luar biasa :)
Iya Mba, pengen pulang kampung jadinya :)
Hapushati ibu memang seluas samudera ya mbak, pintu maaf selalu terbuka untuk anak2nya
BalasHapusIya Mba, sesuai temanya banget Dan faktanya hati Ibu memang begitu. Untuk anak-anaknya tentu saja.
Hapusyang dilakukan ibu pastilah yang terbaik tanpa kita tau maksudnya..ah, ibu memang begitu, membuatku selalu terharu
BalasHapusBegitulah Mba, mana anak-anak yang taunya cuman main dan senang-senang selalu nylah artiin sikap Ibu. Padahal si balik semuanya ada maksud yang bak. Makasih Mba sudah komen :)
Hapusmelihat postingan ini, terlintas satu hal,"betapa beruntungnya kalian mempunyai Ibu yang mengawali didikan dengan agama."
BalasHapusTerimakasih sudah mampir Dayat, emang kecilnya diawali dengan didikan apa? Pastinya Ibuta ngajaryang baik2 juga kan dulunya??
Hapuskeeereeen tulisannya dek, semoga menjadi anak yang sholehah ya. salam buat ibunya, terharu dengan kisahnya :))
BalasHapusMakasih Kak Aida, ntar tak salamkan. Aamiin untuk doanya, berharap benar2 jadi anak yang sholehah :)
Hapusjadi mau pulang cepat, kangen mama :'(
BalasHapusAyomi pulang heheh :) Kangenma juga ini. Makasih sudah mampir Vitri. Ada pale blogta :) Mapirka ke sana nah.
Hapus