Kamis, 19 Juni 2014

Valentine Kelabu (KeKeR, Sabtu 15 Februari 2014)



Nahlatul Azhar
Namanya Ron. Laki-lagi yang dikenalkan Siska, temanku di dunia maya saat kami kembali saling menyapa lewat inbox facebook. Kata Siska, ia sedang dekat dengan  seseorang dari kota asalku. Seseorang yang dianggap spesial. Yang mengenalkannya pada rasa bernama suka, untuk kesekian kalinya.
Awalnya aku heran, bagiku rasa bukan permainan, bukan sesuatu yang dengan mudahnya bisa tumbuh. Maka tak heran jika cinta pada pandangan pertama tidak bisa kumengerti. Tidak bisa kuterima, dan tentu tidak aku percaya adanya. Secepat itukah cinta tumbuh?
Tapi bagi Siska, sahabatku di dunia maya, tidak seperti itu.
“Cinta bisa tumbuh dimana saja, Bi, bahkan hanya dengan selembar foto.” Itu yang dikatakan Siska saat kami berbicara lewat telepon. Persahabatan kami memang tak sekedar di dunia maya lagi, bertukar nomor telah kami lakoni. Tak heran kedekatan kami pun terpupuk manis.
“Jika hanya teman, sahabat aku tentu percaya. Tapi untuk rasa yang lebih dari itu mana mungkin bisa?” nada suaraku meninggi. Tidak sependapat.
“Itu karena kamu belum merasakannya,” elak Siska.
“Mungkin ... dan semoga tidak, aku ingin tetap rasional mengenai perasaan itu.”
“Bi, kamu lupa? Rasa kadang tidak rasional!”
Hari itu menjadi hari yang buruk bagiku dan Siska, perbedaan pendapat itu menjadikan amarah menguasaiku. Pun demikian, keesokan harinya SMS Siska kembali datang, menyapa seperti biasanya. Aku kembali luluh.
***
Ron mulai dekat dengan Siska awal Januari. Lewat dunia maya tentu saja, berlanjut dengan tukaran nomor telepon, lalu ungkapan kata-kata manis setelah merasa ada kecocokan hati. Tanpa bertemu!
Kami akan bertemu di hari valentine, Bi. Itu yang dikirim Siska lewat inbox facebookku.
Kenapa harus hari itu? Tanyaku. Belum cukup sebulan mereka kenalan, pacaran pun baru beberapa hari yang lalu. Ah, semudah itukah?
manyut's blog: Cool Boy anime
Kamu pura-pura tidak tahu, Bi? Itu kan hari kasih sayang. Hari yang hanya ada sekali dalam setahun. Balas Siska. Lama aku memikirkan harus membalas apa lagi. Aku bukan penganut hari kasih sayang itu. Bukan! Aku lebih memilih tidur ketimbang merayakannya bersama teman-teman sekolah. Bukan karena aku tidak punya kekasih, hanya saja ... menurutku perayaan kasih sayang harusnya setiap hari dan bukan hanya dengan kekasih hati.
Menurutmu, aku harus bagaimana? Bi, semoga dia jadi lelaki Valentine terakhirku. Kiriman tanya Siska kembali datang. Aku bingung. Lelaki Valentine? Jadi ... hanya untuk hari itu saja kan?
Tak kujawab. Lusa adalah hari yang dimaksud Siska. Baiklah, aku akan menunggu kisahnya, masih tentang laki-laki di dunia maya, lelalki Valentinenya.
***
Bi ...
Laki-laki itu ... dia tidak datang! Padahal aku sudah mengirimkan uang jajanku bulan ini, semuanya. Dia bahkan berjanji membawakan sesuatu yang aku inginkan, dia berjanji bertemu orang tuaku, bersedia kuajak keliling. Tapi ... lima jam aku menunggunya di bandara, ia tidak muncul-muncul juga. Hpnya tidak aktif, Fbnya ... akh, Bi. Aku sedih. Aku sudah meremehkan pendapatmu.
Tapi Bi ... apa kamu juga akan menghilang? Kenapa tidak pernah ada kabar lagi?
Pesan panjang dari Siska di penghujung 14 Februari baru saja masuk. Bagaimana ini? Harus kubalas dengan pembenaran kata-kataku? Aku takut malah menambah kesedihannya.
“Bianka?” lamunanku buyar kala seseorang memanggil namaku.
“Eh, Oni, “ sapaku balik. Oni tetanggaku, dia sering banget online di warnet milik orang tuaku ini. Hampir tiap malam bahkan sampai subuh.
“Wah, bukannya jaga malah FBan mulu nih,” ucapnya. Kujawab dengan senyuman, “Oh ya Bian, kita belum berteman kan? Kamu belum konfirmasi pertemanan dariku padahal sudah lama aku add loh,” lanjutnya.
“Memang nama kamu siapa?”
“Singkat saja kok, ‘Ron’ ...” ucap Oni. Nama lengkapnya sih Roni Saputra.
“Aku cari dulu ya,” ucapku.
Yang meminta jadi temanku memang lumayan banyak. Aku tidak menerima sembarang orang, pun di dunia maya, berhati-hati tetap menjadi keharusan.
Ron?!
Ron pacar Siska? Lelaki Valentinenya itu kah?
Mataku segera menatap tajam ke arah Oni yang sedang asik online di salah satu komputer warnet ini.
Masa iya?
Valentineku kembali kelabu, Bi. Pesan Siska kembali masuk, dan aku punya PR baru, membuat sahabatku tersebut bangkit dari kesedihannya.
Valentine berlalu, tanpa permisi. Lagi.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)