Selasa, 17 Juni 2014

Mawar dan Melati (Sahabat Anak, Ahad 1 Desember 2013)



Oleh: Nahlatul Azhar
Mawar dan melati adalah saudara kembar. Keduanya tinggal bersama ayah dan ibu mereka. Mawar terkenal karena kecantikannya. Sedangkan Melati karena kepintarannya. Walaupun keduanya memiliki kelebihan masing-masing, tapi Mawar selalu merasa lebih hebat dari Melati. Makanya, walau sudah dikenal karena kecantikannya Mawar selalu saja ingin mengalahkan Melati di kelas.
“Melati, kamu harus mengerjakan tugas rumahku ya!” perintah Mawar.
“Baik, Kak.”
Mawar adalah kakak sedang Melati adik. Walaupun kelaahiran keduanya sangat dekat karena hanya berselang beberapa menit, tapi Melati sealalu memanggil Mawar sebagai kakak. Itu pula alasan Mawar sering menyuruh nyuruh Melati. Karena Mawar merasa lebih tua dari Melati.
Hampir setiap hari Melati mengerjakan dua pekerjaan rumah. selain tugasnya sendiri, Melati juga harus mengerjakan tugas kakaknya. Orang tua mereka tentu tidak tahu, sebab Mawar sudah mengancam Melati terlebih dahulu.
“Awas ya kalau bilang ayah sama ibu!” ancam Mawar untuk kesekian kalinya. Melati tentu saja takut.
Selain itu Mawar juga selalu menyuruh Melati agar tidak membenarkan jawabannya saat mengerjakan tugas. Sehingga Mawar selalu mendapat nilai tertinggi sedangkan Melati berada di bawahnya. Sikap Mawar yang seperti itu hanya diketahui Melati. Ayah, ibu, guru, dan teman-temannya berpikir Mawar memang murid cantik dan berprestasi.
***
“Anak-anak minggu depan kita ulangan ya. Jadi persiapkan diri kalian baik-baik,” ucap Bu Tia. Wali kelas 5A SD Pertiwi.
“Iya Bu ...” jawab murid-murid kelas 5A kompak.
Mawar yang duduk di samping Melati langsung berbisik.
“Melati, ingat ya minggu depan kamu harus menuliskan namaku di kertas ulanganmu,” perintah Mawar.
“Lalu bagaimana dengan aku, Kak?” tanya Melati dengan suara pelan.
“Aku yang akan menulis namamu di lembar ulanganku.”
Melati menarik nafasnya. Lagi-lagi ia akan mendapat nilai yang rendah. Mawar memang mengerjakan soal ulangan tapi jawabannya asal asalan saja. Makanya tidak jarang nilai ulangan Melati sangat rendah.
Dengan ulangan di bawah rata-rata seperti itu tentu akan membuat ayah dan ibu marah pada Mealati. Melati disuruh lebih giat belajar, padahal kan ia sudah sangat rajin. Sebaliknya, Mawar selalu mendapat pujian dari ayah dan ibu mereka.
***
Ulangan semester telah tiba. Murid-murid kelas 5A duduk di kursinya masing-masing sambil mengerjakan soal ulangan. Tidak seperti biasanya, Mawar hanya duduk seorang diri. Melati tidak ada di sampingnya.
Wajah Mawar mulai pucat. Ia sama sekali tidak belajar semalam. Mawar berharap Melati yang akan mengerjakan soal ulangan itu untuknya. Sayangnya, saat hendak berangkat ke sekolah Melati tiba-tiba sakit perut. Wajah Melati sangat pucat sehingga ibu memintanya untuk istirahat saja di rumah. Mawar diminta menyampaikan pada Bu guru kalau Melati sedang sakit.
“Mawar, kenapa kertas ulanganmu masih kososng?” tanya Bu Tia saat melihat kertas ulangan Mawar.
“Mmm ... saya tidak tahu jawabannya, Bu,” jawab Mawar. Wajahnya mulai pucat.
“Kenapa bisa? Kamu tidak belajar?” tanya Bu Tia lagi.
Mawar mulai menitikkan air mata. Melihat hal itu Bu Tia memanggilnya menghadap ke kantor setelah uangan jam pertama selesai.
Mawar pun menceritakan yang sebenarnya. Bahwa selama ini Melati lah yang mengerjakan semua tugas-tugasnya juga ulangannya. Bu Tia mendengarkan pengakuan Mawar dengan seksama.
“Huhuhu ... maafkan saya Bu, saya berjanji tidak akan seperti itu lagi.”
“Ibu memaafkanmu kali ini, tapi kamu harus minta maaf juga pada adikmu, Melati. Dan kamu harus ingat Mawar, kalau kamu malas kamu sendiri yang akan susah nantinya. Lihat kan, saat Melati tidak ada kamu juga tidak bisa menjawab soal ulangan. Lagi pula perbuatanmu itu tidak baik.”
“Iya Bu, huhuhu ...”
Hari itu Mawar tidak mengikuti ulangan. Ia pulang ke rumah lebih awal. Ia ingin bertemu dengan Melati untuk minta maaf. Bu Tia juga mengizinkan. Mawar akan mengikuti ualangan susulan bersama Melati. Dan Mawar berjanji saat ulangan nanti, ia akan mengerjakan semuanya sendiri.(*)

(penulis adalah anggota FLP Ranting Unismuh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)