Oleh: Nahlatul Azhar
Namaku Zidan. Aku sekarang duduk di
kelas 4 sekolah dasar. Hobiku adalah bermain. Main apa saja yang penting ada
yang menemaniku. Karena aku punya dua hari libur: sabtu dan minggu, makanya ada
banyak waktu aku bisa bermain main.
Aku biasa bermain dengan temanku yang
tinggal di samping rumahku. Aku juga biasa menginap di rumah teman sekolah saat
hari libur. Kami biasa main game sampai larut malam. Makanya bunda biasa marah
padaku. Tapi aku suka bermain, jadi kebanyakan waktuku adalah untuk bermain.
Namun semenjak Tante Ida datang, jadwal
mainku jadi berkurang. Tante ida selalu marah kalau aku main ini dan itu. Aku
selalu di suruh menyelesaikan tugas dari sekolah. Kalau tidak tugas dari
tempatku les matematika. Biasanya kalau sudah kesal dan ingin sekali bermain,
aku akhirnya mnangis. Tapi bukannya mengizinkan, Tante Ida malah menyuruhku
untuk terus mengerjakan tugas.
***
Tante Ida adalah sepupu ayah. Itu yang
dikatakan bunda sebelum tante ida datang ke rumah kami. Kata bunda, tante ida
yang akan menjaga kami selama ayah dan bunda pergi kerja. Bunda juga bilang
kalau tante ida itu baik. Aku senang-senang saja karena aku pikir, jika ada
Tante da aku bisa langsung pulang ke rumah setelah belajar di sekolah. Dan
tentu saja bisa bermain lagi.
Sudah hampir sebulan Tante Ida di rumah
kami. Adikku Wildan tentu saja sangat senang kepadanya. Tapi aku tidak. Tante
Ida mengurangi jatah mainku. Pernah aku bilang pada bunda kalau Aku tidak lagi
lama saat bermain gara-gara Tante Ida. Bukannya membelaku, bunda malah bilang itu
bagus.
Aku jadi kesal pada Tante Ida. Sekarang
sebelum azan magrib, aku sudah harus berada di rumah. Setelah itu mandi dan
pergi shalat berjamaah di masjid depan rumah. Setelah shalat aku disuruh
mengaji, sahalat isya, terus belajar. Tante Ida benar-benar tidak mengizinkanku
bermain sebelum tugas-tugasku selesai. Menyebalkan sekali bukan?
Tidak hanya saat malam. Sore-sore juga
sama saja. Tante Ida selalu melarang.
“Aku mau pergi main ya Tan?” tanyaku. Sambil
mengambil sepedaku. Sore ini aku akan pergi bermain sepeda dengan Alif,
tetanggaku.
“Memang PR nya sudah selesai, Dan?”
tanya Tante Ida.
“Belum. Nanti aku kerjakan setelah main
sepeda.”
“Mending dikerjakan sekarang. Nanti
tidak tante panggil-panggil lagi kan?”
“Aduh Tan, temanku sudah nunggu.”
“Biar tante yang bilangin kalau kamu mau
kerja PR dulu.”
Tuh kan ... Tante Ida selalu gitu. Kalau
sudah begini mau tidak mau harus ngerjain tugas dulu. Tentu saja mukaku
cemberut dan sangat jengkel. Tante Ida tentu tidak peduli. Ia terus saja
mengawasi dan mengajariku.
***
“Zidaaaaann!” suara Tante Ida
mengagetkanku.
“Kenapa belum belajar? Besok kan
ulangan!” lanjutnya lagi. Aku memang dari tadi main game.
“Nanti saja Tan,” ucapku masih menatap
layar tv.
“Baiklah, tidak usah belajar kalau
begitu.”
Setelah mengucapkan kalimat itu, Tante
Ida pun pergi. Wah, baru kali ini Tante Ida mengalah dan tidak melarangku
bermain. Aku sangat senang tentunya. Sekarang aku bisa bermain sepuasnya.
Namun sejak hari itu Tante Ida berubah.
Tante Ida tidak pernah lagi mengingatkanku soal belajar. Ia membiarkanku terus
bermain. Tante Ida tidak pernah lagi berbicara padaku, tidak juga mengajariku.
Padahal aku masih ulangan dua hari lagi. Tapi ... bagus juga, aku lebih leluasa
bermain kini. Tidak ada lagi yang melarang-larangku.
***
Aku sangat sedih sekarang. Nilai-nilaiku
di sekolah banyak yang menurun. Padahal banyak temanku yang mendapat nilai
bagus, tapi aku malah sebaliknya. Bahkan nilai matematikaku yang dulunya 95
sekarang hanya 70.
Aku jadi teringat perlakuanku pada Tante
Ida. Aku menyesal tidak mendengarkan apa yang ia katakan. Seandainya aku
mengikuti perkataannya. Seandainya aku tidak bermain terus tiap hari. Kini aku
mengerti mengapa Tante Ida selalu menyuruhku belajar dan melarangku banyak
bermain.
Aku berjanji tidak akan membantah
perkataan Tante Ida lagi. Aku janji. Aku juga akan minta maaf padanya.
“Tante Ida, maafkan aku ...” ucapku
setiba di rumah lalu memeluknya. Tante Ida memang pahlawanku.
Biodata Penulis: Nahlatul Azhar nama pena dari
Sitti Mardiyah, penulis kelahiran Madatah 4 November 1991. Merupakan Mahasiswa
PGSD Universitas Muhammadiyah Makassar dan anggota FLP Ranting UNISMUH.
Tulisan-tulisannya dapat dijumpai di http://nahlatulazhar-penuliscinta.blogspot.com/.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)