Jumat, 03 Januari 2014

Mimpiku: Memantaskan Diri Untukmu



Umurku memasuki angka dimana pikiranku mulai bercabang-cabang, 22 tahun. Tak lagi hanya tok pada mimpi seorang diri. Mimpi menjadi diriku yang kemana mana seorang diri. Aku dengan umurku saat ini mulai berpikir, “Ntar  bakalan nikah sama siapa? Nanti dapat jodohnya siapa?” dan bermacam-macam tanya seputar dunia pernikahan.
Siapa dia?
Sudah pasti aku tak akan tahu siapa jodohku kelak. Siapa yang ditakdirkan duduk bersanding denganku. Yang memintaku pada orang tuaku. Yang dengan keteguhan hatinya menjadi imamku dunia akhirat. Lagi-lagi aku tak akan tahu sebelum ia benar-benar hadir di hadapanku.
Tapi ... tak salah kan jika aku mulai kasak kusuk memanjatkan doa tetang harapan seperti apa dia nanti. Tak akan salah kan jika pintaku pada Pemilik jagad raya bawa inginku dia seiman. Seseorang yang pengetahuan agamanya bagus. Seseorang yang bisa membimbing kebutaanku soal agama. Yang hormat pada kedua orang tuaku, yang menyayangi keluargaku seperti dia menyayangi keluarganya sendiri. Yang kaya hati juga harta (maunya). Pemilik wajah rupawan sebagaimana hatinya juga rupawan. Tak ada yang salahkan dengan harapan itu?
Sekarang yang sebenarnya. Kalau keinginan diatas belum terlalu menjurus sih, ya keinginan yang wajar lah kalau menurutku. Nah terus ... Aku yang seorang penulis pas-pasan (idenya, keinginan nulis, waktu, pas-pasan semua deh) punya keinginan bakalan nikah sama seorang penulis juga. Pengen banget duet nulis bareng belahan hati. Mmm ... atau kalau tidak minimal seorang maniak buku deh alasannya karena terasa romantis saja kalau bisa barengan baca atau nulis buku. Hehehe.
Terus, pengen si doi itu romantis. Hihihi. Maklum ketagihan nonton yang berbau bunga alias romantisnya dapat. Ngga perlu semanis madu yang masih original, cukup sedikit sentuhan gula namun ngena (apaan sih nih). Tapi sumpah, pengen banget dapat jodoh yang punya sifat romantis tis tis. Hehe... ngga apa-apa dong ngayal.
Kelak, yang jadi pendampingku kudu hapal tabiat burukku. Kudu ngerti (maksa banget). Habis kekuranganku banyak sih. Banyak baget malah. Makanya sebelum berakhir ke pelaminan orang itu harus berani nerima aku apa adanya, bukan ada apanya karena aku tak punya apa-apa. Gila kan? Pengen yang sempurna tapi kagak punya sesuatu yang menarik, yang bisa dipertukarkan (hah, makin aneh).
Yang pasti, sipapun dian nanti pastilah dia yang terbaik yang dikirim olehNya. Yang terbaik yang musti kulengkapi tulang rusuknya. Kenapa yang terbaik, sebab yang tahu yang baik untukku hanya DIA.
Maka calon imamku, mari memantaskan diri sebelum bertemu. Aku dengan kekuranganku kan memperbaiki diri sebelum dijemput olehmu. Mari memperbanyak bekal untuk surga kecil kita kelak. Aamiin ...

"Tulisan ini disertakan dalam Giveaway Novel Perjanjian yang Kuat."

13 komentar:

  1. Wah kita seumuran .. dan sama-sama mulai berpikir tentang pasangan :))

    Main main ke blogku ya : www.windacarmelita.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, ya udah waktunya kali ya. Sippp, bakal mampir.

      Hapus
  2. semoga kelak bisa romantis pas nikah ya, mba :D sampe ajal menjemput, aamiin :D

    BalasHapus
  3. Allahumma aamiin... Insya Allah orang yang baik, akan dipertemukan dgn yg baik pula.

    BalasHapus
  4. Aamiin Allahumma Aamin...semoga segera dipertemukan dengan belahan jiwanya dan segera menikah

    BalasHapus
  5. semoga ketemu jodoh yg romantis tis tis mba :)

    BalasHapus
  6. Ikut mendoakan semoga segera dipertemukan dgn sang belahan jiwa :)

    BalasHapus
  7. Aamiin.. semoga terkabul ya, Nahla :-)

    BalasHapus

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)