*Cernak ke-2 yang dumuat koran harian Fajar |
Oleh: Nahlatul Azhar
Baba, Bibi, dan Bubu adalah tiga ekor kucing yang
bersahabat. Mereka tinggal di hutan belantara. Baba adalah kucing jantan
tertua, sikapnya bijaksana dan bertanggung jawab. Sedangkan Bibi kucing betina yang penyayang.
Bubu sendiri adalah kucing jantan yang nakal dan suka mengganggu hewan yang
lain. Tentu saja sikap Bubu sering ditegur oleh dua sahabatnya.
Pernah suatu hari Baba, Bibi, dan Bubu bermain di
tengah hutan. Bersama dua ekor kucing yang lain. Saat bermain, Bubu sengaja
mengajak salah satu kucing bersembunyi di tempat yang gelap. Setelah itu Bubu
meninggalkan kucing tersebut. Karena ketakutan kucing itu menangis
sekeras-kerasnya. Itu semua akibat ulah jail si Bubu. Dan saat dimarahi, Bubu
hanya diam saja.
Di lain waktu Bubu sering menjaili adiknya sendiri.
Menganggu adiknya sampai menangis. Ayah dan ibu memarahi Bubu. Tapi tetap saja
Bubu hanya mendengarnya dan setelah itu ia berbuat jail lagi.
Hanya Baba dan Bibi yang jarang mendapat perlakuan
jail Bubu. Namun demikian Baba dan Bibi mulai tidak suka dengan sikap Bubu
tersebut. Apalagi banyak hewan hutan yang mengeluh pada keduanya tentang sikap
Jail Bubu.
“Baba, kayaknya Bubu sudah sangat keterlaluan deh.
Masa tiap hari ada saja yang dijailin,” kata Bibi pada Baba. Bubu memang sedang
tidak bersama mereka berdua.
“Aku juga sedang memkirkan itu. Kita harus
membuatnya sadar agar tidak jail lagi. Kasihan hewan-hewan yang lain kalau
terus dijaili. Bisa-bisa Bubu diusir dari hutan ini,” ucap Baba.
Keduanya tampak berpikir keras untuk menemukan cara
agar Bubu bisa disadarkan. Baba dan Bibi takut kalau Bubu sampai dipanggil raja
hujan karena keusilannya. Bisa-bisa Bubu diusir beneran dari hutan.
“Aha! Aku punya ide,” ucap Bibi tiba-tiba.
“Apa?” tanya Baba penasaran.
Bibi pun menceritakan idenya pada Baba. Baba
mengangguk-angguk tanda mengerti. Ia menyetujui usulan Bibi. Keduanya berharap
Bubu benar-benar bisa merubah sifat jailnya dengan cara tersebut.
***
Sore hari hutan sedang sepi. Begitu pula dengan
tempat bermain Baba, Bibi, dan Bubu. Hanya ada Bubu di tempat itu. Hewan yang
lainnya tidak tampak sama sekali. Tidak hanya itu dua sahabat Bubu pun tidak
datang. Padahal kemarin mereka berjanjin untuk bertemu di tempat itu.
“Kenapa tidak ada siapa-siapa ya, Kemana Baba dan
Bibi? Padahal kemarin mereka sudah janji untuk berkumpul di tempat ini,” ucap
Bubu pada dirinya sendiri.
Hari mulai gelap. Bubu masih tidak menemukan
siapa-siapa di hutan. Akhirnya Bubu pulang ke rumahnya. Ia ingin bercerita
kepada kedua orang tuanya. Tapi alangkah kagetnya Bubu saat ia tidak menemukan
siapa-siapa di rumahnya. Ayah dan ibunya juga tidak ada. Adiknya yang masih
bayi juga tidak ada.
“Ibu! Ayah!” teriak Bubu.
“Ibu!!!”
“Ayah!!!”
Tidak ada yang menjawab. Hutan benar-benar sepi.
Bubu merasa sendiri. Ia jadi teringat kelakuannya pada teman-temannya.
“Ternyata tidak enak kalau hidup sendiri seperti
ini. Tidak ada teman bermain, ayah dan ibu juga tidak ada,” lagi-lagi Bubu
bergumam sendiri. Ia benar-benar mulai sedih dan menyesali kelakuannya selama
ini.
“Bagaimana ini? Kemana semuanya? Apa mereka benar-benar
meninggalkana aku?” air mata Bubu mulai jatuh.
“Aku benar-benar menyesali perbuatanku. Aku ingin
minta maaf!” tangis Bubu pecah. Ia menangis sendiri.
Angin malam bertiup. Menggoyangkan pepohonan. Suasana
malam mulai mencekam. Bubu mulai takut. Ia tidak suka sendiri. Sebenarnya Bubu
jail karena tidak ingin teman-temannya tahu kalau ia juga penakut. Kalau
sebenarnya Bubu juga suka menangis.
“Bubu, kamu kenapa?” sebuah suara menghentikan
tangis Bubu. Itu suara Bibi, sahabatnya. Bubu membalikkan badan. Alangkah
terkejutnya ia saat melihat Bibi, Baba, ayah, ibu, adiknya, dan penghuni hutan
yang lain berdiri di hadapannya.
“Teman-teman, ayah, ibu!” Bubu berlari ke arah
teman-temannya.
“Maafkan aku, aku tidak akan jail lagi. Aku benar-benar takut tadi,” ucap
Bubu, “aku pikir kalian semua meninggalkanku,” lanjutnya.
“Asal kamu janji tidak nakal dan jail lagi,” ucap
Baba.
“Tentu aku akan berjanji! Karena ternyata tidak enak
hidup seorang diri tanpa teman dan keluarga,” janji Bubu. Akhirnya Bubu
menyadari kesalahannya selama ini. Ternyata rencana Bibi dan Baba untuk
menyadarkan Bubu berhasil.
Semejak itu, Bubu tidak pernah nakal dan jail lagi.
Teman-temannya pun tidak pernah mengeluhkan sikap Bubu. Mereka semua hidup
rukun di hutan belantara.(*)
Villa
Taman Madani, 7-11-2013
(Penulis
adalah anggota FLP Ranting Unismuh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)