Selasa, 12 November 2013

Penyesalan Karla (Cernak dimuat di Koran Harian Fajar)


Oleh: Nahlatul Azhar
Langit mendung pertanda sebentar lagi akan turun hujan. Sedangkan Lala masih tidak meninggalkan tempat itu. Gadis kecil itu duduk di bawah pohon mangga sejak tadi.
“Andai Karla tidak jahat padaku,” ucap Lala.
Lala hidup sebatang kara. Ayah dan ibunya sudah meninggal. Lala yang tidak punya siapa-sipa lagi akhirnya diminta oleh seorang wanita yang baik hati. Namanya Bunda Putri. Sayangnya anak Bunda Putri tidak menyukai kehadiran Lala. Tiap hari anak Bunda Putri menjaili Lala. Dialah Karla yang cantik tapi suka marah.
Tapi walau sering dijahati Karla, Lala tetap bersabar. Ia selalu berdoa agar kelak Karla menjadi baik dan mau berteman dengannya.
Hujan mulai jatuh satu-satu. Lala akhirnya berlari meninggalkan pohon mangga tadi. Ia memasuki pekarangan rumah megah. Rumah Bunda Putri dan Karla.
“Hei! Dari mana saja kamu,” hardik Karla saat Lala masuk ka dalam rumah.
“Aku dari luar ... tadi ...” suara Lala terbata-bata. Ia takut salah bicara dan membuat Karla semakin marah.
“Kamu mau enakan saja tinggal di rumahku, hah?” Karla kembali marah.
“Maafkan aku Karla,” ucap Lala.
“Kalau kamu mau aku maafkan, pergi dari sini!” peritah Karla.
Suadah lama Karla selalu mengatakan hal itu. Menyuruh Lala meninggalkan rumah mereka. Tapi Bunda Putri melarang Lala. Bunda memang memperlakukan Lala dengan baik. Berbeda dengan Karla.
 “Baiklah Karla, tapi izinkan aku pamit pada Bunda Putri,” pinta Lala. Ia menyerah pada Karla akhirnya. Air matan Lala hampir jatuh.
Karla tersenyum sisnis. Ia merasa menang. Ia akan senang jika Lala sudah pergi.
***
Bunda Putri kaget saat Lala pamit untk pergi meninggalkan rumah. bunda Putri membujuk Lala agar tetap tinggal dan tidak memperdulikan sikap Karla.
“Lala, kamu sudah tahu sifat Karla bagaimana. Tolong jangan kamu pedulikan, Nak. Tinggallah bersama kami di sini, ya?” ucap Bunda Putri.
“Tapi Bunda, aku mau Karla memaafkanku. Makanya aku harus pergi karena Karla akan memaafkanku jika meninggalkan rumah ini,” ucap Lala sambil menangis. Bunda Putri kasihan melihat Lala. Ia lalu memeluk Lala dengan penuh kasih sayang.
“Baiklah Lala. Tapi kamu harus janji untuk mengabari bunda jika kamu dalam masalah.”
“Iya Bunda. Itu pasti,” janji Lala.
Lala pun meninggalkan rumah mewah itu. Karla melihatnya dari jauh. Ia tersenyum penuh kemenangan.
***
Seminggu setelah kepergian Lala. Karla termenung di kamarnya. Sekarang dia hanya diam dan tidak melakukan apa-apa. Rumah mereka yang besar semakin sepi semenjak Lala pergi. Apa lagi selama Lala ada, ia selalu bernyanyi nyanyi saat memberiskan rumah. Tentu saja Karla selalu memarahi saat Lala menyanyi. Karla merasa kehilangan. Tidak ada lagi yang ia jahili setiap hari.
“Karla,” panggi Bunda Putri.
“Iya Bunda,” jawab Lala sambil menatap Bundanya.
“Kamu kenapa? Kok sedih?” tanya Bunda Putri setelah duduk di samping anaknya.
“Bunda aku ... sebenarnya aku ...” Karla terbata-bata. Ia malu mengakui kalau rindu pada Lala.
“Kamu merindukan Lala?” tanya Bunda Putri. Ia tahu isi hati anaknya sebab ia memperhatikannya selama ini.
Karla mengangguk. Ie memeluk bundanya.
“Aku ingin meminta maaf padanya. Aku juga tidak akan jahat lagi pada Lala,” ucap Karla.
“Baiklah ... nanti sore kita akan menjemput Lala.” Bunda Putri memeluk Karla erat.
“Benarkah Bunda? Bunda tahu di mana Lala berada?” tanya Karla dengan semangat.
“Tentu saja. Bunda tidak membeiarkan Lala pergi begitu saja, Bunda yakin kamu akan seperti ini. Kembali baik seperti dulu.”
Karla tersenyum senang ia benar-benar tidak sabar bertemu Lala. Ia berjanji akan berbagi kamar dengan Lala. Memberinya baju-baju yang bagus, bermain boneka bersama, dan selalu baik pada Lala.
***
Mobil berwarna hitam itu behenti. Tidak lama dari dalam keluar Karla yang tidak sabaran menjemput Lala. Ia berlari menyebrangi jalan tanpa tahu ada bahaya mengintainya. Sebuah mobil melaju cepat ke arahnya.
“Karla awaaaaaasss!!!” teriak Bunda Putri.
Karla kaget. Ia melihat mobil yang hendak menabraknya. Matanya dipejamkan. Ia benar-benar takut.
Bugh!
Karla ditarik seseorang. Keduanya terjatuh. Dan saat Karla membuka matanya, ia sangat kaget ternyata yang menolongnya adalah Lala.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya Lala dengan wajah cemas.
Bukannya menjawab, Karla malah memeluk Lala. Sangat erat.
“Lala maafkan aku. Maafkan aku ...” ucap Karla sambil menangis. Ia benar-benar tidak menyangka akan ditolong oleh orang yang selalu ia marahi.
“Tentu Karla. Aku akan memaafkanmu,” ucap Lala sambil memeluk Karla juga.
Bunda Putri tersenyum melihat Karla dan Lala berpelukan. Bunda Putri sangat bahagia.(*)

V. Madani, 31-10-2012



2 komentar:

  1. wah, nama tokonya ada Bunda Putri. jangan-jangan :p
    selamat ya mba :))
    kalau boleh tau syarat kirim cernak ke harian fajar gimana? alamt emailnya apa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan2 apa mba? heheheh
      Makasih ucapan selamatnya.
      Syaratnya maksimal 700 kata (karakter) kirim ke nugie.fajar@gmail.com. Tapi ngga ada honorny yah (saya senang aja sih pas dimuat ada kepusan bathinnya)

      Hapus

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)