Masih masa lalunya yang tak seperti harpan
Yang akhirnya aku sadari, tak sekalipun aku bicara padanya
selama di ma’had, aku pernah semobil dengannya saat safari ramadhan, tapi itu
tak bisa dianggap pengalaman indah, aku sama sekali tak berani menoleh melihatnya.
Sungguh sebuah ketidak beranian yang memalukan. Dan aku menyasal tak
mengucapkan apapun padanya. Menyesal.
Bayangkan satu sekolah, tapi sekalipun tak pernah berbicara
padanya, hanya diam memandang dari kejauhan, menyakitkan, tatkala sadar ia sudah
tak ada lagi, pergi jauh dari pandangan mataku. Dan tak mungkin lagi
melihatnya, walau dari jarak sejauh apapun.
Selalu terulang kejadian yang sama, ia pernah kembali, tapi
dengan sungkan aku hanya melihatnya saat berbicara di atas mimbar, sungguh
memukau, ia semakin dewasa, pandai merangkai kata-kata. Memaparkan semua
pengalaman yang ia dapatkan di tempatnya menuntut ilmu. Dan sekali lagi aku
hanya melihatnya kala itu, tak berani berbicara padanya setelahnya.
Lagi...lagi...
Kembali ia pergi, berlalu dari yang bisa aku jangkau hingga
sangat sulit tuk sekedar melihatnya...
Mengapa juga aku selalu mengatas namakan malu di atas segalanya,
dan saat sadar aku sungguh menyesal karenanya, sunggyh sakit. Andaikan saja ada
setitik keberanian aku miliki, mungkin kisah yang aku tulis akan berbeda.
Sayangnya garis takdir memang harus
begini.
Aku hanya berani merangkai kata-kata dalam tulisan untuk aku
ungkapkan padanya, dan aku menangis saat ia tak paham maksud hatiku, lalu
terharu saat ia menasehatiku . Aku hanya mampu memohon dalam malam-malamku agar
kelak ada kesempatan untuk memilikinya, walau serasa tak mungkin.
Aku selalu ingin tahu tentangnya, dari teman-temannya aku
bertanya tentang dirinya, saat ada yang aku ketahui dan tak sesuai dengan yang
aku inginkan, maka hatiku berteriak nyeri, sama juga tatkala aku cerita tentang
seseorang padanya, lalu ia malah mengejekku dengan orang yang aku ceritakan,
padahal aku ingin ia paham kalau aku mengaguminya, sunggu jengkel rasanya,
walau pada akhirnya ia ngaku juga sengaja membuatku begitu.
Sesuatu berubah dalam hatiku, gejolak perasaan sakit yang begitu
menyiksa, membuatku sungguh tak berdaya karenanya. Cerita tentangnya sangat
menusuk, teman-teman yang diutus bersamanya ke jakarta memberi tahukan padaku
kalau ia sudah punya kekasih.
Waw...
Sebuah kalimat singkat penabur racun di dalam hati, aku ingat
hari itu aku menangis, marah bercampur aduk dalam hatiku. Perasaan yang sering
aku rasakan tatkala ada yang tak mengenakkan di hati. Walau aku tahu sakit itu
berbeda dari biasanya. Perasaan marah karena ia lebih memilihanya ketimbang
aku, perasaan kecewa karena aku kembali tersisihkan, perasaan campur aduk
menjadi satu yang intnya adalah sakiiiiittttt...
Saat aku tanyakan itu padanya, ia berkata tak ada hubungan antara
dirinya dengan seseorang. Di malah bilang,percaya mana aku atau mereka???
Sayangnya hati ini kembali luluh, semua berjalan normal seperti
biasanya...
Tapi semua tak selalu berjalan normal seperti yang aku inginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)