Bismillahirrohmanirrohiim...
Niatku
telah banyak yang keLiru. Jalanku telah banyak yeng berbelok dari tujuan
sebenarnya. Aku bagai kayu yang terombang ambing dalam lautan lepas. Tak berakar
dan tertancap di tanah lagi. Seperti kehilangan tangan untuk berpegang. Berusaha
kembali namun tak jua berhasil.
Siapa
yang peduli? Bapak dan ibuku tak tahu semua itu, sebab aku masih sama dengan
yang dulu-dulu : berkelakuan baik, dan tetap menjaga diri. Namun yang berbeda
adalah karena hati telah dipenuhi noda-noda hitam. Tak lagi sama saat pertama
kali menghirup udara bumi. Tak sama lagi.
Aku
tak lagi berada dalam genggaman bapak. Beliau berada jauh dariku. Tak ada lagi
tergurannya saat aku tak mengaji selepas shalat magrib. Tak juga ada yang
membangunkan saat subuh kian menjelma pagi. Tak pula ada nasehat yang mengalir
darinya kala selesai menyantap makan malam di rumah sederhana kami. Nasehat-nasehat
penuh hikmahnya sudah jarang kudengar karena jarak yang terlampau jauh.
Ibu.
Beliau yang selalu mendengar keluh kesahku pun tak lagi berda di sampingku. Tak
ada pula masakan sederhananya yang selalu membangunkan selera makanku. Tak ada
ceritanya yang menemani sepinya malam. Tak ada! Sebab jarak tetap tak mau
bersahabat.
Maka
lepaslah aku bagai burung yang jauh dari sangkarnya. Hanya sesekali kembali
pada yang melahirkanku ke dunia. Sesekali mendengar nasehat-nasehat penyejuk
hati. Kadang hanya kembali menyapa keduanya saat kantong tak lagi berisi.
Aku
benar-benar dilepaskan kini. Walau bukan berarti aku bebas semauku untuk
melakukan apa pun juga. TIDAK! Aku cukup tahu diri sampai mana batas-batas
langkahku. Masih kupegang pula pesan-pesan kedua orang tuaku.
Tapi
...
Sisi
lain dari diriku mulai memberontak. Tak jarang niatan baik mulai berubah buruk.
Niat muali tak berada pada jalurnya. Aku mulai goyah. Aku tahu hal itu, dan
sangat susah kembali mengokohkannya.
Kuyakini
Dia tahu isi hatiku yang pasang surut. Kuyakini Tuhan melihat apa yang
kuperbuat. Dan aku masih yakin, Ia tahu aku sebenarnya ingin selalu berbuat tuk
mencari ridahNya. Maka pintaku, pun tanpa tangan ibu dan bapakku semoga Dia
tetap menunjukkan jalan lurus untuk langkah kakiku. Lalu kemudian menghapus
noda-noda dalam hatiku, bersama tetes air mata penyesalan akan segala salah dan
khilafku.
Karena
Allah selalu ada untuk hambanya tak kenal jarak sebagai penghambatnya.
semangat ya gan. :) mampir ke blog ane gan. http://tiara-effendi.blogspot.com/
BalasHapusmakasih... sip bakal mampir kok :)
Hapus