Minggu, 24 Maret 2013

Curhat Hati : Noda Hati


Bismillahirrohmanirrohiim...
Niatku telah banyak yang keLiru. Jalanku telah banyak yeng berbelok dari tujuan sebenarnya. Aku bagai kayu yang terombang ambing dalam lautan lepas. Tak berakar dan tertancap di tanah lagi. Seperti kehilangan tangan untuk berpegang. Berusaha kembali namun tak jua berhasil.
Siapa yang peduli? Bapak dan ibuku tak tahu semua itu, sebab aku masih sama dengan yang dulu-dulu : berkelakuan baik, dan tetap menjaga diri. Namun yang berbeda adalah karena hati telah dipenuhi noda-noda hitam. Tak lagi sama saat pertama kali menghirup udara bumi. Tak sama lagi.
Aku tak lagi berada dalam genggaman bapak. Beliau berada jauh dariku. Tak ada lagi tergurannya saat aku tak mengaji selepas shalat magrib. Tak juga ada yang membangunkan saat subuh kian menjelma pagi. Tak pula ada nasehat yang mengalir darinya kala selesai menyantap makan malam di rumah sederhana kami. Nasehat-nasehat penuh hikmahnya sudah jarang kudengar karena jarak yang terlampau jauh.
Ibu. Beliau yang selalu mendengar keluh kesahku pun tak lagi berda di sampingku. Tak ada pula masakan sederhananya yang selalu membangunkan selera makanku. Tak ada ceritanya yang menemani sepinya malam. Tak ada! Sebab jarak tetap tak mau bersahabat.
Maka lepaslah aku bagai burung yang jauh dari sangkarnya. Hanya sesekali kembali pada yang melahirkanku ke dunia. Sesekali mendengar nasehat-nasehat penyejuk hati. Kadang hanya kembali menyapa keduanya saat kantong tak lagi berisi.
Aku benar-benar dilepaskan kini. Walau bukan berarti aku bebas semauku untuk melakukan apa pun juga. TIDAK! Aku cukup tahu diri sampai mana batas-batas langkahku. Masih kupegang pula pesan-pesan kedua orang tuaku.
Tapi ...
Sisi lain dari diriku mulai memberontak. Tak jarang niatan baik mulai berubah buruk. Niat muali tak berada pada jalurnya. Aku mulai goyah. Aku tahu hal itu, dan sangat susah kembali mengokohkannya.
Kuyakini Dia tahu isi hatiku yang pasang surut. Kuyakini Tuhan melihat apa yang kuperbuat. Dan aku masih yakin, Ia tahu aku sebenarnya ingin selalu berbuat tuk mencari ridahNya. Maka pintaku, pun tanpa tangan ibu dan bapakku semoga Dia tetap menunjukkan jalan lurus untuk langkah kakiku. Lalu kemudian menghapus noda-noda dalam hatiku, bersama tetes air mata penyesalan akan segala salah dan khilafku.
Karena Allah selalu ada untuk hambanya tak kenal jarak sebagai penghambatnya.
               
 

2 komentar:

  1. semangat ya gan. :) mampir ke blog ane gan. http://tiara-effendi.blogspot.com/

    BalasHapus

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)