Kamis, 14 Februari 2013

Kepada Siapa Aku Bercerita?


Inginku adalah bercerita, tapi ... pada siapa?
 Sedang aku merasa tak punya siapa-siapa.
Kemana semuanya?
Berpestakah dalam ramai yang menggelora?
 Entahlah, sunggu aku mulai tak peduli mengapa.
Yang kutahu, aku kembali terpahat luka.
 Di sini pada sebuah tempat bertuliskan jiwa.
Dalam marah tangisku merona.
Mengisi tiap sudut wajah dengan air mata.
Kemana harus mengadu lara?
Sedang ibu tak ada.
Bapak pun entah ke mana.
Sahabat? Semuanya telah menjauh dari raga.
Kekasih? Oh ... aku sungguh tak berharap memilikinya.
Lantas pada siapa?
DIA?
Mungkinkah Dia menerima hamba?
Bahkan setelah caci kuperlihatkan padaNya?
Usai aku menoreh kerusakan di bumiNya.
Mungkin pula aku kan dibuangNya ke neraka ...
Karena tak mungkin mengharap syurga.
Dengan tumpukan dosa yang menggila.
Lantas benarkah hanya neraka semata?
Oh ... Pemilik dunia
Inikah akhirku berduka di dunia?
Benarkah nafas pemberianMu ini akan Engkau tarik paksa?
Dan aku ... aku telah kehabisan kata tuk bercerita.
Hatiku telah remuk tiap sudutnya.
Air mataku tumpah semuanya.
Aku ... akan mengahkhiri duka.
Dengan caraku yang tak pernah Dia suka.
Aku ... hanya akan terdiam tanpa nyawa.



5 komentar:

  1. Berhentilah mengeluh dan meratapi nasib burukmu, tidakkah kau melihat cahaya - cahaya cinta di luar sana, sedang kau tetap mengunci pintu dan tak mau melihatnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. inikah balasan kata? aku tak yakin cinta itu ada...
      bahkan jika aku harus meratapi nasib burukku, apa salahnya? tah tak ada pisau yang menancap di ulu hatiku. setidaknya ada kata yang selalu kucipta mewakili rasa. bukan nyawa yang pergi tanpa permisi.
      dan tentang cahaya2 cinta itu ... buruh keberanian tuk melebur padanya, sebab aku pun tahu ada luka selain cinta :)

      Hapus
  2. tak ada luka yang berbisa seutuhnya, semuanya pasti ada maksud baiknya. jangan salah mengartikan senyawa cinta jikalau menyentuhnya saja kau tidak berani?

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku telah masuk pusaran itu, tapi ternyata masih saja salah sangka menggerogotmu. telah kuberanikan diri ini. sungguh! haruskah engkau terus berucap sindir?
      tentang cinta yang kau maksud!

      Hapus
  3. Tak ada amarah atau kesinisan dalam cinta, Yang ada adalah kekhawatiran dan kepedulian.

    BalasHapus

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)