Rabu, 13 Februari 2013

Gara-gara Valentine (Ia Pun Lahir)


Sumpah seumur hidup ngga pernagh rayain (semoga selamanya tak akan pernah). Sampai sempat mikir apa sih istimewanya?
Lahir di keluarga yang masih terbilang agamis membuatku tak tersentuh dengan hal-hal yang berkaitan dengan valentine. Lihat orang yang ngerayain pun jarang. Makanya saat sepupuku yang baru pulang kerja cerita kalau dapat kado valentine agak ngerasa aneh (jangan bilang ini ngarep). Ceritanya gini, aku yang tengah duduk manis di depan si nobu (notebook) karena tugas kuliah tiba-tiba dikagetkan dengan suara pintu kamar yang dibuka. Memang dasar pintunya sih yang selalu menimbulkan suara agak keras kalau dibuka.
“Kaget aku,” ucapku sambil melirik sekilas pada yang masuk kamar.
Setelah itu hening tercipta. Aku kembali membolak balik sebuah buku, dan sesekali menatap layar nobu.
“Aku dapat kadovalentine,” tiba-tiba saja sepupuku itu bicara. Tentu aku terpancing, rasa penasaranku mencul seketika.
“Dari siapa?” tanyaku dengan perasaan menyesal. Tentu menyesal sebab aku sudah tahu jawabannya.
“Biasalah ...”
Setahuku sepupuku itu memang dekat dengan seseorang. Aku juga kenal sih.
“Isi kadonya apa?” tanyaku lagi (uhk ... tahu gini ngga usah nanya tadi, kan makin panjang pembahasannya mana tugas belum satu halaman pun yang selesai diketik)
“Mmm ... boneka kecil, segini (sambil menunjukkan telapak tangannya), terus megang kado. Kadonya itu dilem dan isinya adalah coklat.” Aku mangut-mangut dalam hati saat mendengarnya.
“Yang jadi masalah adalah, kadonya itu dilem pake lem lilin ke boneka. Nah, otomatis kalau kado isi colatnya aku lepas maka rusak pula boneka kecilnya. Kalau ngga dilepas coklatnya bisa rusak,” lanjut spupuku dengan wajah yang tak kumengerti (itu wajah senang atau kesal?). Lupa nambahin, kalau ngga diambili tuh colatnya bisa-bisa si bonekanya di serang pasukan semut.
Aku masih jadi pendengar setia yang tak memberikan komentar. Lagi pula sepupuku itu masih bersiap utuk melanjutkan ceritanya.
“Salah sendiri. Biasanya tuh yang ngasih kado kan cewek dan ini malah dia yang ngasih ke aku. Lagi pula aku kan ngga ngarep.” Kembali ia berceloteh.
Dalam hati aku berucap, pun ngga ngarep kalau dikasih pasti senangkan? Mana mau disia-siain. Dikasih sama sang ... ehem, ehem pula.
Valentine memang sebuah warna untuk sebuah tanggal. Menjadikan sebuah hari menjadi istimewa bagi orang-orang tertentu. Kalau aku tentu tidak, selain karena alasan agama tentu saja karena aku sama sekali ngga ngerti tentang perayaan yang satu ini dan ngga mau tahu.
Ya, setidaknya hari ini ada satu kisah aneh yang lahir menjelang hari rabu. Untuk mengisi rumah kecilku di dunia maya.
Aku memang tak merayakannya. Namun cukuplah ada satu kisah yang lahir karenanya. 
Tuh lihat gambar mas yang duduk di samping, sambil kedip-kedip dia bilang "STOP, ngga usah ikut-ikutan!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)