Sumpah
seumur hidup ngga pernagh rayain (semoga selamanya tak akan pernah). Sampai sempat
mikir apa sih istimewanya?
Lahir
di keluarga yang masih terbilang agamis membuatku tak tersentuh dengan hal-hal
yang berkaitan dengan valentine. Lihat orang yang ngerayain pun jarang. Makanya
saat sepupuku yang baru pulang kerja cerita kalau dapat kado valentine agak
ngerasa aneh (jangan bilang ini ngarep). Ceritanya gini, aku yang tengah duduk
manis di depan si nobu (notebook) karena tugas kuliah tiba-tiba dikagetkan
dengan suara pintu kamar yang dibuka. Memang dasar pintunya sih yang selalu
menimbulkan suara agak keras kalau dibuka.
“Kaget
aku,” ucapku sambil melirik sekilas pada yang masuk kamar.
Setelah itu
hening tercipta. Aku kembali membolak balik sebuah buku, dan sesekali menatap
layar nobu.
“Aku
dapat kadovalentine,” tiba-tiba saja sepupuku itu bicara. Tentu aku terpancing,
rasa penasaranku mencul seketika.
“Dari
siapa?” tanyaku dengan perasaan menyesal. Tentu menyesal sebab aku sudah tahu
jawabannya.
“Biasalah
...”
Setahuku
sepupuku itu memang dekat dengan seseorang. Aku juga kenal sih.
“Isi
kadonya apa?” tanyaku lagi (uhk ... tahu gini ngga usah nanya tadi, kan makin
panjang pembahasannya mana tugas belum satu halaman pun yang selesai diketik)
“Mmm
... boneka kecil, segini (sambil menunjukkan telapak tangannya), terus megang
kado. Kadonya itu dilem dan isinya adalah coklat.” Aku mangut-mangut dalam hati
saat mendengarnya.
“Yang
jadi masalah adalah, kadonya itu dilem pake lem lilin ke boneka. Nah, otomatis
kalau kado isi colatnya aku lepas maka rusak pula boneka kecilnya. Kalau ngga
dilepas coklatnya bisa rusak,” lanjut spupuku dengan wajah yang tak kumengerti
(itu wajah senang atau kesal?). Lupa nambahin, kalau ngga diambili tuh colatnya
bisa-bisa si bonekanya di serang pasukan semut.
Aku
masih jadi pendengar setia yang tak memberikan komentar. Lagi pula sepupuku itu
masih bersiap utuk melanjutkan ceritanya.
“Salah
sendiri. Biasanya tuh yang ngasih kado kan cewek dan ini malah dia yang ngasih
ke aku. Lagi pula aku kan ngga ngarep.” Kembali ia berceloteh.
Dalam
hati aku berucap, pun ngga ngarep kalau dikasih pasti senangkan? Mana mau
disia-siain. Dikasih sama sang ... ehem, ehem pula.
Valentine
memang sebuah warna untuk sebuah tanggal. Menjadikan sebuah hari menjadi
istimewa bagi orang-orang tertentu. Kalau aku tentu tidak, selain karena alasan
agama tentu saja karena aku sama sekali ngga ngerti tentang perayaan yang satu
ini dan ngga mau tahu.
Ya,
setidaknya hari ini ada satu kisah aneh yang lahir menjelang hari rabu. Untuk mengisi
rumah kecilku di dunia maya.
Tuh lihat gambar mas yang duduk di samping, sambil kedip-kedip dia bilang "STOP, ngga usah ikut-ikutan!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)