Siapa dia?
Dia hanya satu dari sekian orang yang aku kenal di dunia
maya tanpa pernah salin menatap. Namun demikian, tulisannya tentang alasanku
menjadi penulis sugguh sangat menganggu. Menjadikan gumpalan amarah di hatiku
bergejolak. Tahu apa dia tentang duni kata? Pikirku saat itu.
Tapi kalimat singkat dari kenalan fbku itu benar adanya.
Buktinya sangat mudah aku merasa bosan akan sesuatu termasuk menulis.
Perlahan-lahan rasa bosan mulai menjalari jari-jariku. Dulu, dengan alasan
‘kepuasan hati’ aku mulai menggoreskan pena. Mulai menggerakkan dua jariku
untuk mengetik (memang hanya dua, dua jari telunjuk). Kepuasan hati, hanya
itukah? Ternyata tidak, sesekali ada secuil hasil yang kudapatkan. Sedikit,
karena tulisanku memang standar saja. Di sisi lain, ternyata orang-orang mulai
mengenalku. Dan yang lebih membahagiakan lagi, orang-orang yang tadinya tidak
menganggapku ada, kini mulai memperhatikan. Sedikit.
Aku masih merasa ada yang kurang. Entah apa. Aku masih sama
ternyata, “Pemimpi setinggi rumput.”
Tulisan kedua kenalan fb yang menohokku adalah, “ Kalau di
suruh milh seribu atau seratus ribu, kamu pilih yang mana?”
Siapa yang tidak menginginkan sesuatu yang besar? Bahkan badan
besar pun aku terima saja. Apa lagi kalau disuruh memilih uang dalam jumlah yang kecil atau yang besar?
Fakta bahwa aku takut mengambil resiko yang besar menjadi
penghalangnya. Dan aku tahu akan hal itu. Aku sadari diriku takut melangkah,
hanya beredar dalam zona yang aman-aman saja. mungkin hal itu juga yang
membuatku sering merasa bosan.
Lantas hubungannya apa dengan menulis? Hingga pada judul
kutuliskan dua kata ‘BERHENTI MENULIS’
Ada yang harus kubenarkan. Mungkin sayapku hingga nanti bisa
terbang, tak lagi diam dan hanya berdiri setinggi rumput. Namu terbang jauh ke
mana pun aku suka, menghadapi segala rintangan yang mendatangi. Tak lagi diam
dalam tempurung kelapa. Tak menjadikan menulis sebatas pemuas hati saja, lebih
dari itu menumbuhkan keinginan untuk memberi manfaat bagi orang banyak.
Menciptakan sebuah keajaiban dengan usaha berbalutkan doa. Hingga kelak berbuah
manis, semanis madu, semanis diriku.
Berhenti menulis?
Benarkah?
Serius?
Ngga nyesal?
Yang benar?
TIDAK! HANYA ADA PENYESALAN SAAT KUHENTIKAN JEMARI INI
MENGUKIR SEJARAH, SEJARAH TENTANG KEBERADsAANKU DAN SEMUA YANG MENGELILINGIKU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)