Senin, 24 September 2012

Bukan Girl Band Biasa



Delima, gadis sombong yang bergelimpangan harta. Selalu merasa benar dengan apa yang dikatakannya. Tidak pernah bisa akur dengan orang lain. Produk broken home dengang tingkat yang sangat parah. Namun demikian, ia tetap bermimpi keluarganya bisa duduk bersama pada malam hari demi menikmati masakan pembantu di rumah besar meraka.
Amel. Awalnya semua mengira gadis yang satu ini hanya mampu diam dan mendengarkan siapapun menyumpahinya. Siapa sangka dibalik kediamannya ia menyimpan luka yang mendalam. Gadis yang tak punya ibu tersebut dijadikan pabrik uang oleh ayahnya. Berbekal suara emasnya, ia berkali-kali terpaksa turun ke jalan untuk mengamen. Tak jarang pula ayahnya memukulinya karena tidak puas dengan uang yang dihasilkan Amel. Gadis malang yang butuh kasih sayang.
Sasy. Dengan sifat periangnya ia bisa melelehkan kebekuan suasan. Gadis berambut panjang tersebut hidup dalam keluarga sederhana yang bahagia. Punya kakak laki-laki kembar. Seperti tak ada masalah dalam kehidupannya, hanya masalah cinta yang membuatnya risau. Sebab kedua kakaknya tak membiarkannya sekalipun untuk pacaran. Hal itu pula yang membuatnya sangat gencar mencarikan kekasih untuk kedua kakaknya tersebut. Biar nantinya kedua kakak tampannya tersebut tak lagi risuh kalau ia punya kekasih.
Merin. Pencita kesunyian. Gadis dingin dengan segudang rahasia. Tak banyak yang tahu tentang kehiduan pribadinya. Hanya sedikit senyum yang ia perlihatkan saat tak ingin menjawab pertanyaan yang dilontarkan untuknya. Misterius.
Tere. Dia lahir saat keluarganya mengalami kebangkrutan. Tiga orang kakaknya menganggap Tere pembawa sial membuatnya naik darah. Ia berjanji menjadi orang sukses. Sangat tidak suka pada orang yang malas. Disiplin dalam menjalankan segala hal.  Cinta lalu menyapanya, berubahkah ia?
Mimi. Aku ingin kalian. Tiga kata itu selalu ia tulis, tanpa alasan yang jelas. Gadis cantik dengan berbagai prestasi itu selalu merasa sendiri dalam keramaian orang yang memujinya. Senyum manisnya mampu menghipnotis setiap mata yang memandang. Kaya? Tidak ada yang tahu, dari kecil ia sudah dititipkan di panti asuhan. Saat mulai masuk sekolah, ia dipilihkan sekolah berasrama. Mimi menjadi benang merah perjalanan keenam gadis tersebut. Bagai mahnet yang menarik mereka semua hingga bertemu pada satu titik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)