Delima, gadis sombong yang
bergelimpangan harta. Selalu merasa benar dengan apa yang dikatakannya. Tidak
pernah bisa akur dengan orang lain. Produk broken home dengang tingkat yang
sangat parah. Namun demikian, ia tetap bermimpi keluarganya bisa duduk bersama
pada malam hari demi menikmati masakan pembantu di rumah besar meraka.
Amel. Awalnya semua mengira gadis
yang satu ini hanya mampu diam dan mendengarkan siapapun menyumpahinya. Siapa
sangka dibalik kediamannya ia menyimpan luka yang mendalam. Gadis yang tak
punya ibu tersebut dijadikan pabrik uang oleh ayahnya. Berbekal suara emasnya,
ia berkali-kali terpaksa turun ke jalan untuk mengamen. Tak jarang pula ayahnya
memukulinya karena tidak puas dengan uang yang dihasilkan Amel. Gadis malang
yang butuh kasih sayang.
Sasy. Dengan sifat periangnya ia
bisa melelehkan kebekuan suasan. Gadis berambut panjang tersebut hidup dalam
keluarga sederhana yang bahagia. Punya kakak laki-laki kembar. Seperti tak ada
masalah dalam kehidupannya, hanya masalah cinta yang membuatnya risau. Sebab
kedua kakaknya tak membiarkannya sekalipun untuk pacaran. Hal itu pula yang
membuatnya sangat gencar mencarikan kekasih untuk kedua kakaknya tersebut. Biar
nantinya kedua kakak tampannya tersebut tak lagi risuh kalau ia punya kekasih.
Merin. Pencita kesunyian. Gadis
dingin dengan segudang rahasia. Tak banyak yang tahu tentang kehiduan
pribadinya. Hanya sedikit senyum yang ia perlihatkan saat tak ingin menjawab
pertanyaan yang dilontarkan untuknya. Misterius.
Tere. Dia lahir saat keluarganya
mengalami kebangkrutan. Tiga orang kakaknya menganggap Tere pembawa sial membuatnya
naik darah. Ia berjanji menjadi orang sukses. Sangat tidak suka pada orang yang
malas. Disiplin dalam menjalankan segala hal. Cinta lalu menyapanya, berubahkah ia?
Mimi. Aku ingin kalian. Tiga kata itu selalu ia tulis, tanpa alasan yang
jelas. Gadis cantik dengan berbagai prestasi itu selalu merasa sendiri dalam
keramaian orang yang memujinya. Senyum manisnya mampu menghipnotis setiap mata
yang memandang. Kaya? Tidak ada yang tahu, dari kecil ia sudah dititipkan di
panti asuhan. Saat mulai masuk sekolah, ia dipilihkan sekolah berasrama. Mimi
menjadi benang merah perjalanan keenam gadis tersebut. Bagai mahnet yang
menarik mereka semua hingga bertemu pada satu titik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)