Senin, 24 September 2012

Sepasang Sayap Milik Vino



Menatapmu dari jauh ...
Tanpa maksud, hanya ingin.
Wajahmu ...
"Apa-apaan sih?" Amarah masih menguasai Mia. Rasa sukanya terkikis sudah.
"Kenapa? Aku salah duduk di sini?" Vino balik bertanya.
"Salah besar! Tuh banyak tempat duduk lain, kenapa musti di sampingku?" bentak Mia lagi.
"Bukannya malah bagus biar kamu bisa mandangin wajah tampanku sepuasnya." Senyum sinis terlihat jelas di wajah Vino membuat Mia semakin ilfil.
"Ha?!"
"Bukankah kamu menyukaiku sejak dulu? Ya sudah dengan begini akan lebih mudah untukmu kan?"
Mia tak tahan lagi. Tas dan bukunya ia pindahkan. Berdebat dengan Vino tak akan ada habisnya.
Kelas itu masih sepi. Hanya ada beberapa murid yang melihat pertengkaran kecil Vino dan Mia. Bagi mereka itu hal yang biasa, hampir tiap hari keduanya bertengkar. Beberapa dari mereka juga tahu kalau awalnya Mia suka pada Vino, entah bagaimana rasa suka itu berubah benci. Berakhir dengan pertengkaran tiap kali keduanya bertemu.

Vino, walau cuek namun dia memeiliki daya tarik untuk memikat hati cewek. Cowok kelas 2 IPA1 SMA Nusantara itu hanya menanggapinya santai. Tidak ada yang menarik hatinya. Namun saat ia tahu kalau Mia menyukainya Vino sering menggoda cewek sederhana itu. Sebenarnya Vino juga kaget mengetahui kenyataan tersebut. Walau selama ini ia diincar banyak cewek, tapi Mia tak berada diantara mereka. Sebaliknya Mia hanya diam. Perihal Mia menyukainya pun diketahui setelah penaikan kelas, saat itu tanpa sengaja ia mendengar percakapan Mia dan sahabatnya, Keira.
"Aku sudah nyerah, Kei." ucap Mia. Wajahnya tampak sedih.
"Loh kok gitu? Kan belum mulai." tanya Keira. Ia sangat tahu bagaiman perasaan sahabatnya tersebut.
"Kemarin aku lihat Vino jalan sama Dela. Kamu tahu sendirikan Dela itu bintang sekolah. Mana mungkin aku ngalahin dia. Lagian aku lihat wajah Vino juga ceria banget jalan sama Dela."
"Lihat di mana? Salah orang kali."
Percakapan dua sahabat itu masih berlanjut. Mereka tak tahu sepasang mata tengah mengawasi mereka.
^_^
Pak Doni tengah mengajar di depan kelas. Matematika, itulah mata pelajaran yang ia pegang. Penghuni kelas yang rata-rata berotak encer pun dengan serius mendengarkan. Hanya Vino yang terus saja merecoki Mia yang duduk di sampingnya. Mia sudah meminta kepada teman-teman sekelasnya untuk bertukar tempat duduk dengannya. Tapi tak ada satu orang pun yang mau. Mia tidak tahu kalau Vino telah mengancam mereka. Mia pun pasrah, dan kini Vino yang duduk di sampingnya terus saja memandangi wajahnya. Mia terganggu karena hatinya kembali deg-degan sehingga konsentrasinya pun ikutan terganggu.
"Wajahmu merah, Mia. Cantik." bisik Vino. Mia tak mengubris. Sebaliknya ia malah mengacungkan jarinya agar Pak Doni melihatnya.
"Pak!" teriak Mia. Ia sudah tak tahan lagi. Vino yang duduk di sampingnya sontak mengalihkan pandangannya dari wajah Mia.
"Ya?" Pak Doni memandang Mia.
"Bisa penjelasan pada bagian itu diulang? Aku belum terlalu mengerti, Pak .” tanya Mia.
Pak Doni pun mengulang penjelasannya. Mia bersorak dalam hati mengetahui Vino sempat kaget akan tindakannya. Sedangkan Vino dengan senyum sinisnya sadar kalau dirinya dikerjai.
Pelajaran masih terus berlangsung. Kali selanjutnya pandangan Vino menatap Pak Doni serius. Pun sesekali ia mencuri pandang pada Mia. Awas kau! Bisik hatinya. Mia hanya menahan senyumnya. Ia tidak tahu sebuah rencana telah disiapkan Vino untuknya.
^_^
"Mia tunggu!" teriak Vino. Kala itu Mia hendak ke kantin saat jam istirahat, bersama Keira. Bukannya berhenti, Mia malah mempercepat langkahnya sambil menarik tangan Keira.
"Mia dipanggil tuh, kesempatan tau." ucap Keira sambil tersenyum.
"Ogah! Asal kamu tahu, selama pelajaran tadi ia terus saja menggangguku."
"Aku tahu kok. Malahan aku hampir tertawa lihatin muka kamu yang bersemu itu." ledek Keira.
"Makanya aku pindah di sampingmu yah, Kei?" pinta Mia.
"Ngga ah! Aku suka sebangku sama Rey. Lagian kamu tahu aku juga ngincar dia."
 "Parah kamu! Ngga mau bantuin teman sendiri!" ucap Mia. Keira tertawa saja, baginya ini kesempatan buat Mia.
"Hei!" Vino yang tadi memanggil namanya kini sudah berdiri tepat di hadapan kedua gadis tersebut.
"Kei! Boleh pinjam temanmu dulu kan?" tanya Vino. Tanpa menunggu jawaban Keira cowok berlabel cuek itu sudah main tarik tangan saja. Mia seakan diseret paksa olehnya. Keira hanya tersenyum melihat sahabatnya dibawa pergi. Ia sendiri punya rencana lain.
"Rey pasti sedang latihan basket!" ucapnya pada diri sendiri.
^_^
Vino masih menarik tangan Mia. Cengkramannya begitu kuat hingga Mia merasa kesakitan. Ia sudah minta laki-laki itu untuk melepaskannya, tapi sepertinya Vino benar-benar tak peduli.
“Vin! Kamu kenapa sih? Sakit tau!” ucap Mia dengan suara keras.
Vino menariknya sedari tadi utntuk ke kantin. Sesampainya di sana Vino memaksa Mia untuk duduk. Setelah itu ia pun duduk di hadapan gadis tersebut.
“Kamu kenapa sih? Kalau mau ke sini harusnya ngga usah narik-nari dong!”
“Bu, Baksonya dua, ya! Yang satu ngga pake mi!” teriak Vino pada Bu Marni, pengelola kantin di sekalah tersebut. Mia sendiri jadi kesal pertanyaannya tak dijawab sama sekali oleh Vino.
Dengn muka masam ia pun berdiri. Niatnya sih untuk pergi dari hadapan laki-laki cuek di hadapannya.
“Duduk!” perintah Vino.
“Ogah, makan saja sendiri!” balas Mia.
“Aku bilang duduk!”
Bukannya menurut, Mia malah pergi. Ia benar-benar tidak tahan lagi dengan perlakuan kasar Vino. Awalnya ia pikir Vino akan mengejarnya, nyatanya saat ia berbalik melihat cowok yang menariknya paksa tadi sudah menikmati makanannya dan ... dan ditemani Dela. Mia yang melihatnya jadi semakin marah.
Mia pun akhirnya kembali ke kelas sambil menahan lapar. Ia tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah namun gengsi untuk kembali ke kantin.
“Uhk ... lapar, Kei mana sih?” ucapnya pada diri sendiri, perih mulai terasa di lambungnya. Ia memang sudah sering terkena penyakit maag. Mamanya bahkan mengharuskannya makan tepat waktu, tapi penghuni rumahnya saat ini sedang tak ada. Makanya selain tadi pagi ia kesiangan, Mia juga tak sempat sarapan.
“Nih!”
Sesorang menyodorkan roti ke hadapannya. Melihat makanan lengkap dengan minuman di hadapannya, mata Mia jadi berbinar-binar.
“Terimakasih,” ucapnya sambil menolah, “kamu?” lanjutnya kaget melihat kini Vino sudah berdiri di sampingnya.
“Sudah, makan saja. Mukamu sudah pucat tuh, kalau sampai pingsan mana ada yang mau bawa ke uks.” Vino kembali memperlihatkan wajah sinisnya.
“Aku makan, tapi jangan kira aku akan menganggapmu hebat karena ngasih ini.” Vino tak berkata apa-apa lagi mendengar ucapan Mia, ia malah malah pergi begitu saja.
Vino tak tahu, diam-diam Mia tersenyum menikmati pemberian laki-laki tersebut
Perlahan-lahan sepasang sayap itu mulai terlihat dari tubuhmu. Bisik hati Mia.
Bersambung :)
Setelah insiden roti untuk Mia, Vino perlahan menunjukkan kehangatannya. Kehangatan yang masih diselimuti sikap cueknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)