Menatapmu dari jauh ...
Tanpa maksud, hanya ingin.
Wajahmu ...
"Apa-apaan sih?"
Amarah masih menguasai Mia. Rasa sukanya terkikis sudah.
"Kenapa? Aku salah duduk di
sini?" Vino balik bertanya.
"Salah besar! Tuh banyak
tempat duduk lain, kenapa musti di sampingku?" bentak Mia lagi.
"Bukannya malah bagus biar
kamu bisa mandangin wajah tampanku sepuasnya." Senyum sinis terlihat jelas
di wajah Vino membuat Mia semakin ilfil.
"Ha?!"
"Bukankah kamu menyukaiku
sejak dulu? Ya sudah dengan begini akan lebih mudah untukmu kan?"
Mia tak tahan lagi. Tas dan
bukunya ia pindahkan. Berdebat dengan Vino tak akan ada habisnya.
Kelas itu masih sepi. Hanya ada
beberapa murid yang melihat pertengkaran kecil Vino dan Mia. Bagi mereka itu
hal yang biasa, hampir tiap hari keduanya bertengkar. Beberapa dari mereka juga
tahu kalau awalnya Mia suka pada Vino, entah bagaimana rasa suka itu berubah
benci. Berakhir dengan pertengkaran tiap kali keduanya bertemu.
Vino, walau cuek namun dia
memeiliki daya tarik untuk memikat hati cewek. Cowok kelas 2 IPA1 SMA Nusantara
itu hanya menanggapinya santai. Tidak ada yang menarik hatinya. Namun saat ia
tahu kalau Mia menyukainya Vino sering menggoda cewek sederhana itu. Sebenarnya
Vino juga kaget mengetahui kenyataan tersebut. Walau selama ini ia diincar
banyak cewek, tapi Mia tak berada diantara mereka. Sebaliknya Mia hanya diam.
Perihal Mia menyukainya pun diketahui setelah penaikan kelas, saat itu tanpa
sengaja ia mendengar percakapan Mia dan sahabatnya, Keira.
"Aku sudah nyerah,
Kei." ucap Mia. Wajahnya tampak sedih.
"Loh kok gitu? Kan belum
mulai." tanya Keira. Ia sangat tahu bagaiman perasaan sahabatnya tersebut.
"Kemarin aku lihat Vino
jalan sama Dela. Kamu tahu sendirikan Dela itu bintang sekolah. Mana mungkin
aku ngalahin dia. Lagian aku lihat wajah Vino juga ceria banget jalan sama
Dela."
"Lihat di mana? Salah orang
kali."
Percakapan dua sahabat itu masih
berlanjut. Mereka tak tahu sepasang mata tengah mengawasi mereka.
^_^
Pak Doni tengah mengajar di
depan kelas. Matematika, itulah mata pelajaran yang ia pegang. Penghuni kelas
yang rata-rata berotak encer pun dengan serius mendengarkan. Hanya Vino yang
terus saja merecoki Mia yang duduk di sampingnya. Mia sudah meminta kepada teman-teman
sekelasnya untuk bertukar tempat duduk dengannya. Tapi tak ada satu orang pun
yang mau. Mia tidak tahu kalau Vino telah mengancam mereka. Mia pun pasrah, dan
kini Vino yang duduk di sampingnya terus saja memandangi wajahnya. Mia
terganggu karena hatinya kembali deg-degan sehingga konsentrasinya pun ikutan
terganggu.
"Wajahmu merah, Mia.
Cantik." bisik Vino. Mia tak mengubris. Sebaliknya ia malah mengacungkan
jarinya agar Pak Doni melihatnya.
"Pak!" teriak Mia. Ia
sudah tak tahan lagi. Vino yang duduk di sampingnya sontak mengalihkan pandangannya
dari wajah Mia.
"Ya?" Pak Doni
memandang Mia.
"Bisa penjelasan pada bagian itu diulang? Aku
belum terlalu mengerti, Pak .” tanya Mia.
Pak Doni pun mengulang
penjelasannya. Mia bersorak dalam hati mengetahui Vino sempat kaget akan
tindakannya. Sedangkan Vino dengan senyum sinisnya sadar kalau dirinya
dikerjai.
Pelajaran masih terus
berlangsung. Kali selanjutnya pandangan Vino menatap Pak Doni serius. Pun
sesekali ia mencuri pandang pada Mia. Awas kau! Bisik hatinya. Mia
hanya menahan senyumnya. Ia tidak tahu sebuah rencana telah disiapkan Vino
untuknya.
^_^
"Mia tunggu!" teriak
Vino. Kala itu Mia hendak ke kantin saat jam istirahat, bersama Keira. Bukannya berhenti, Mia malah mempercepat
langkahnya sambil menarik tangan Keira.
"Mia dipanggil tuh,
kesempatan tau." ucap Keira sambil tersenyum.
"Ogah! Asal kamu tahu,
selama pelajaran tadi ia terus saja menggangguku."
"Aku tahu kok. Malahan aku
hampir tertawa lihatin muka kamu yang bersemu itu." ledek Keira.
"Makanya aku pindah di sampingmu yah,
Kei?" pinta Mia.
"Ngga ah! Aku suka sebangku
sama Rey. Lagian kamu tahu aku juga ngincar dia."
"Parah kamu! Ngga mau bantuin teman
sendiri!" ucap Mia. Keira tertawa saja, baginya ini kesempatan buat Mia.
"Hei!" Vino yang tadi
memanggil namanya kini sudah berdiri tepat di hadapan kedua gadis tersebut.
"Kei! Boleh pinjam temanmu
dulu kan?" tanya Vino. Tanpa menunggu jawaban Keira cowok berlabel cuek
itu sudah main tarik tangan saja. Mia seakan diseret paksa olehnya. Keira hanya
tersenyum melihat sahabatnya dibawa pergi. Ia sendiri punya rencana lain.
"Rey pasti sedang latihan
basket!" ucapnya pada diri sendiri.
^_^
Vino masih menarik tangan Mia.
Cengkramannya begitu kuat hingga Mia merasa kesakitan. Ia sudah minta laki-laki
itu untuk melepaskannya, tapi sepertinya Vino benar-benar tak peduli.
“Vin! Kamu kenapa sih? Sakit
tau!” ucap Mia dengan suara keras.
Vino menariknya sedari tadi
utntuk ke kantin. Sesampainya di sana Vino memaksa Mia untuk duduk. Setelah itu
ia pun duduk di hadapan gadis tersebut.
“Kamu kenapa sih? Kalau mau ke
sini harusnya ngga usah narik-nari dong!”
“Bu, Baksonya dua, ya! Yang satu
ngga pake mi!” teriak Vino pada Bu Marni, pengelola kantin di sekalah tersebut.
Mia sendiri jadi kesal pertanyaannya tak dijawab sama sekali oleh Vino.
Dengn muka masam ia pun berdiri.
Niatnya sih untuk pergi dari hadapan laki-laki cuek di hadapannya.
“Duduk!” perintah Vino.
“Ogah, makan saja sendiri!” balas
Mia.
“Aku bilang duduk!”
Bukannya menurut, Mia malah
pergi. Ia benar-benar tidak tahan lagi dengan perlakuan kasar Vino. Awalnya ia
pikir Vino akan mengejarnya, nyatanya saat ia berbalik melihat cowok yang
menariknya paksa tadi sudah menikmati makanannya dan ... dan ditemani Dela. Mia
yang melihatnya jadi semakin marah.
Mia pun akhirnya kembali ke
kelas sambil menahan lapar. Ia tidak sarapan sebelum berangkat ke sekolah namun
gengsi untuk kembali ke kantin.
“Uhk ... lapar, Kei mana sih?”
ucapnya pada diri sendiri, perih mulai terasa di lambungnya. Ia memang sudah
sering terkena penyakit maag. Mamanya bahkan mengharuskannya makan tepat waktu,
tapi penghuni rumahnya saat ini sedang tak ada. Makanya selain tadi pagi ia
kesiangan, Mia juga tak sempat sarapan.
“Nih!”
Sesorang menyodorkan roti ke
hadapannya. Melihat makanan lengkap dengan minuman di hadapannya, mata Mia jadi
berbinar-binar.
“Terimakasih,” ucapnya sambil
menolah, “kamu?” lanjutnya kaget melihat kini Vino sudah berdiri di sampingnya.
“Sudah, makan saja. Mukamu sudah
pucat tuh, kalau sampai pingsan mana ada yang mau bawa ke uks.” Vino kembali
memperlihatkan wajah sinisnya.
“Aku makan, tapi jangan kira aku
akan menganggapmu hebat karena
ngasih ini.” Vino tak berkata apa-apa lagi mendengar ucapan Mia, ia malah malah
pergi begitu saja.
Vino tak tahu, diam-diam Mia
tersenyum menikmati pemberian laki-laki tersebut
Perlahan-lahan sepasang sayap
itu mulai terlihat dari tubuhmu. Bisik hati Mia.
Bersambung :)
Setelah insiden roti untuk Mia, Vino
perlahan menunjukkan kehangatannya. Kehangatan yang masih diselimuti sikap
cueknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)