Ada-ada Aja

“Jadi aku harus bilang ‘waw’ gitu?” Suara serak Chery memecahkan keheningan di ruang kelas XID SMA 1 Harapan Bangsa. Gadis dengan paras cantik tersebut baru saja selesai mendengarkan cerita Tara tentang murid baru di sekolah mereka.
    “Jelaslah kamu harus bilang, asal kamu tahu selain tajir tuh anak juga pintar belum lihat saja kamu tampangnya kayak apa. Kalau lihat paling ... “ Tara diam sejenak, ia berpikir dua kali tuk melanjutkan ucapannya.
“Paling apa?” Tanya Chery.
“Pacar botakmu itu bakalan kamu disingkirin ke laut.” Jawab Tara sadis.
“Hati-hati dong kalau ngomong. Si Mamad itu ngga botak lagi tau.”
“Jijik tau dengar kamu nyebutin namanya. Rambutnya udah tumbuh? Paling di tengah doang, kayak Upin-Ipin.”
“Tara!!!”
Tanpa menunggu aba-aba Tara sudah berlari meninggalkan tempatnya duduk tentunya menghindari sengatan cubitan Chery yang super nyakitin kalau ia sudah menancapkan kuku ibu jari dan telunjuknya. Tak tinggal diam, Cheriy pun menyusul. Kedua remaja itu pun saling mengejar dalam ruang kelas mengakibatkan meja dan kursi yang tak lagi tersusun rapi semakin tak karuan saja. Tara masih berusaha menghidar tapi usaha terakhirnya sia-sia, rambut panjangnya sudah ditarik paksa oleh Chery. Tara berhenti, pasrah. Cubutan demi cubitan dilancarkan Cheriy sebelum akhirnya ...
“Hay ... eh kalian ngapain? Ngomong-ngomong bangku Heri yang mana yah?” Seorang cowok dengan seragam yang sama menatap heran padda kedua gadis yang kini hanya diam terpaku, tanpa suara dan ... hanya mampu menunjuk bangku yang ditanyakan cowok di hadapannya.
Sampai si cowok pergi, Tara maupun Chery hanya terdiam. Kaku. Cowok itu ...
“Cher, Aku tarik kata-kataku tadi.” Suara lemah Tara memecah keheningan.
“Yang mana?” Chery tak kalah lemahnya, masih terbayang cowok yang baru saja ia lihat. Tanpan sih, tapi ...
“Mendingan si cowok botakmu itu, dari pada murid baru yang ternta BANCI tadi.” Ucap Tara semakin lemah.
“Hah?! Jadi dia?” Tara yang semakin tak habis pikir hanya bisa mengangguk lemah.