Selasa, 17 Juli 2012

Lembah yang Dinanti

Gersang. Cukup itu gambaran hidup yang terlalui, hingga waktu menjemput di kemudian hari.
Waktu yang tak bersahabat lagi. Sebab katanya Dia telah memberi batas usia, lalu mengapa tak kau pakai?
Benar adanya, waktu tak akan kembali. Waktu jua yang kelak memenggal hidup, mengakhirinya untuk hidup yang lain.
Sebuah pertanyaan mengahampiriku, akankaha siap jadi milikku?

Kutemui debu yang melekat di segala raga. Mencari cara melelehkannya.
Terlampau sulit nyatanya. Terlalu banyak noda yang menempel, apa iya masih bisa hilang?
Lantas bayi kecil menertawakan tangisku. Katanya, siapa suruh berjanji namun tak menepati.
Wanita tua memaki, salahmu sendiri bergunjing di atas penderitaan orang lain. Durhaka pada dua bidadari suci.

Tawa mereka renyah terdengar, sedang pemilik raga penuh nanah ini mengaduh penuh pilu.
Inikah balasan itu? Sungguh aku berharap memutar waktu kembali.
Berharap maaf.
Lagi.

Duar...
Aku terbangun!
Mimpi, ya! Aku menemukan ragaku di subuh ramadhan.
Lembah beramal para kaum Muhammad
Lembah memohon maaf pada Sang Pencipta, mengabdi.
Lembah penyucian diri.
Diriku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)