Gersang. Cukup itu gambaran hidup yang terlalui, hingga
waktu menjemput di kemudian hari.
Waktu yang tak bersahabat lagi. Sebab katanya Dia telah
memberi batas usia, lalu mengapa tak kau pakai?
Benar adanya, waktu tak akan kembali. Waktu jua yang kelak
memenggal hidup, mengakhirinya untuk hidup yang lain.
Sebuah pertanyaan mengahampiriku, akankaha siap jadi
milikku?
Kutemui debu yang melekat di segala raga. Mencari cara
melelehkannya.
Terlampau sulit nyatanya. Terlalu banyak noda yang menempel,
apa iya masih bisa hilang?
Lantas bayi kecil menertawakan tangisku. Katanya, siapa
suruh berjanji namun tak menepati.
Wanita tua memaki, salahmu sendiri bergunjing di atas
penderitaan orang lain. Durhaka pada dua bidadari suci.
Tawa mereka renyah terdengar, sedang pemilik raga penuh
nanah ini mengaduh penuh pilu.
Inikah balasan itu? Sungguh aku berharap memutar waktu
kembali.
Berharap maaf.
Lagi.
Duar...
Aku terbangun!
Mimpi, ya! Aku menemukan ragaku di subuh ramadhan.
Lembah beramal para kaum Muhammad
Lembah memohon maaf pada Sang Pencipta, mengabdi.
Lembah penyucian diri.
Diriku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)