Aku wanita. Hanya bisa diam. Tak tercipta untuk mengungkap
kata cinta. Pun aku begitu ingin bercerita. Hingga usiaku hampir kepala tiga,
aku masih juga diam seribu bahasa. Hanya memberi isyarat saja. Agar kumbang
segera menghampiri raga. Ya, aku masih sama. Duduk menunggu penjemputku hingga
Ramadhan yang kesekian kalinya.
Enggan sudah keluargaku pada diriku. Kata mereka hendaknya
aku mencari pasangan. Tapi apa daya, aku tetap kembang hanya bisa menunggu.
Tertanam indah dalam tanah. Dan sebentar lagi berbunga layu. Itu aku. Masih
sama. Tak berubah.
Jika kau tanya, kenapa kumbang tak datang? Akan kujawab
mungkin karena di sekelilingku hanya lumpur yang ada. Hingga belum menjangkauku
saja kumbang sudah kelelahan menyebrangi lumpur. Hingga aku lelah. Menanti dan
tak juga terwujud. Sebab kata kakekku aku ibarat bunga lotus.
Esok kembali Ramadhan menjumpaiku. Aku menyambutnya seorang
diri. Keluargaku sudah mengasingkan aku. Sebab mereka malu. Mereka tak tahu aku
lebih malu lagi.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam, Siapa?”
“Maaf, saya Dani, Ramdhani tepatnya. Ehm, boleh kami menginap. Saya bersama adik perempuan saya. Kami nyasar dan saya sama sekali tidak tahu daerah ini.”
“Tentu saja boleh. Silahkan masuk.”
Ramdhani, itu namanya. Dia datang bersama Dina, adiknya. Mungkinkah Ramadhan kali ini berbeda untukku? Aku sungguh berharap.
“Maaf, saya Dani, Ramdhani tepatnya. Ehm, boleh kami menginap. Saya bersama adik perempuan saya. Kami nyasar dan saya sama sekali tidak tahu daerah ini.”
“Tentu saja boleh. Silahkan masuk.”
Ramdhani, itu namanya. Dia datang bersama Dina, adiknya. Mungkinkah Ramadhan kali ini berbeda untukku? Aku sungguh berharap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)