Kisah cinta itu misteri, hari ini mungkin
mengatakan ‘Aku mencintaimu’ tapi esok hari entah ia masih sama. Cinta itu
penyakit, tatkala ia datang dengan cara yang salah. Cinta kebohongan belaka.
Cinta itu, luka...
***
Salahkah? Pertemuan denganmu adalah takdir
terindah yang pernah aku rasakan. Aku tak menyangka, kekaguman yang aku
pelihara terhadapmu berbuah rasa yang tak pernah aku duga, dan tahukah kau akan
hal itu duhai tuan?
Walau lidah tak mungkin menyebut namamu,
pandangan mata tak sanggup menghayalkanmu, namun aku tak sanggup tuk berdusta
jika rasa itu telah menguasai relung-relung sukmaku. Salahkah duhai tuan?
Aku sadar, mengharpkanmu adalah sebuah
kebodohan.Yah, kau terlalu jauh bagi seorang gadis bodoh sepertiku. Aku
memelihara penyakit yang tak aku tahu obatnya, dan itu karenamu. Akupun tak
menyalahkanmu,
Sungguh,
ini salahku, karena itu aku mohon maafkan
kebodohanku, yang menaruh rasa teramat tinggi padamu.
Tiara, menutup buku hariannya. Menaruhnya
di laci, lantas pergi ke kamar mandi. Malam itu untuk kesekian kalinya ia
menggambarkan perasaannya pada seorang leki-laki yang berada di seberang
tembok. Orang yang menyentuh hatinya dengan cinta.
***
Aku tahu, perasaanku tak akan pernah berdusta,
kata hati tak pernah mungkir. Hatiku tergelitik. Aku merasakan seluruh darahku
memanas. Hatiku deg-degan, suarnya berdentuman tak beraturan, akalku tak mampu
aku kendalikan. Aku tau ini akan terjadi, tapi aku tak mempersiapkan diri
untuknya.
Sebuah kalimat indah ia tujukan padaku, tak
ayal membutku salah tingkah di malam yang sunyi, tak ada yang melihatku, tapi
aku sungguh malu dibuatnya, bagaimana mungkin itu ia ucapkan. Ya Robb, akankah
ini ujian untukku ataukah anugrah?
Jika ini ujian, aku mohon pinjamkan aku
sedikit kekuatanMu tuk menghadapinya. Namun jika ini anugrah untukku, jangan
biarkan aku terlena padanya, aku tetap ingin cinta sejati dariMu, walau cinta di dunia ini menjadi penghiasnya,
aku tetap berharap Engkau yang pertama mengisi kekosongan cintaku ya Rob.
“I love you.”
Kata-kata itu bagiku hanya untuk mereka pemuja
cinta, awalnya. Tak pernah membayangkan akan ada yang menujukan kalimat singkat
yang membuat orang gila itu padaku. Apa lagi darinya, mustahil. Aku selalu menganggapnya jauh di atasku,
bukan berarti aku mendewakannya, sama sekali tidak. Hanya anggapan ia terlalu
sempurna, menjadikanku tak pantas mengharapkannya. Selain itu aku sangat takut
suatu saat amalnku berbelok arah karena
dirinya, aku sungguh takut akan hal itu. Tapi untuk menjauhinya aku juga tak
mampu, tepatnya tidak mau.
Kata-katanya bagai air yang aku minum kala
benar-benar kehausan, memberikan tenaga yang mampu membuatku bangkit dari
keterpurukan. Nasehatnya penuh makna, mengalir dari ilmu-ilmu yang ia dapatkan.
Aku mengaguminya. Kearifan serta bijaksananya membuatku memandang sosok
pemimpin yang baik mungkin di dunia, tapi harapanku hingga kelak di akhirat.
Tapi apakah ia pemimpin untukku? Entahlah.
Aku selalu berharap dapat yang terbaik dari
Sang pembolak-balik hati manusia, begitupun dengannya. Ungkapannya bagiku
memang membahagiakan. Tapi, aku tetap harus berpikir, berharap boleh saja,Tuhan
yang menentukan.
Aku
hanya akan berdoa untuk itu. Aku mengikuti katanya, “Suka ataupun sayang, namun
bukan berarti kita pacaran!”
“Aku tahu,
kamu anti kata-kata itu, bagiku cukup kita saling menyemangati juga menasehati.”
Senyumku mengembang, inilah perasaan itu,
datang padaku tuk kesekian kalinya, meracuni hati dan pikiranku, namun tetap
aku menikmatinya. Dia pasti bisa mengendalikan perasaannya, semoga akupun
demikian halnya. Akan ada waktunya aku menemukan pemilik tulang rusuk yang
harus aku lengkapi. Entah dia atau yang lain, tapi semoga itu Dia. Aku sungguh
berharap.
***
Namun cinta tak pernah berpihak
padanya, seakan cinta sangat membenci dirinya, ia selalu beranggapan begitu,
sebab cinta yang ia rasakan selalu berbuah kepediha yang menikam hatinya.
***
Maaf
atas kelancanganku padamu,
Itulah
diriku yang sebenarnya, wanita yang selalu berharapa pada cinta yang sesungguhnya
tak pantas aku miliki.
Aku
tahu, kau tak akan tahu maksud dari semua ini, anggap saja angin lalu yang tak
berbekas untukmu.
Bahkan
aku tak pantas untuk berharap padamu.
Setidaknya
rasa yang aku pendam telah aku keluarkan..
Maaf
sungguh aku memohon maaf padamu duhai tuan...
***
Latif,
nama laki-laki yang selalu mencuri perhatiannya. Bukan karena ketampanan,
kekayaan, justru karena ia mengagap laki-laki itu berbeda dari yang lain.
Pintar, alim itulah dua paduan yang membuat hatinya tak ingin melepaskan sebuah
selipan rasa yang ada hingga kini.
Tiga
tahun bukan waktu yang sebentar untuk menyimpan perasaan itu. sejak ia memasuki
dunia asrama, pesanteren, dari jauh ia telah sangat berharap pada laki-laki
yang dikaguminya. Semakin ia tahu tentang sang pujaan hati, samakin sakitlah
hatinya, bukan hanya ia yang menaruh hati pada sang kumbang. Bahkan
teaman-temannya sesama putri yang lebih agresif mendekati sang pujaan hati.
Dirinya,
hanya bisa memandang dari jauh. Hingga tiga tahun berakhir, tak sekalipun ia
berbicara pada laki-laki itu. perpisahan terjadi, ia hanya mampu meratapi
kepergian, tak ada kata terucap.
***
Ia
sudah memutuskan untuk tetap berada di tempat itu, hingga tiga tahun kemudian,
perubahan terjadi pada gadis pendiam
itu, ia ungkapkan perasaannya yang tak tertahankan pada laki-laki yang
ia cintai, Tiara tak berharap mereka pacaran, ia hanya ingin melegakan hatinya,
sekalipun rasa ingin memeliki juga berkecamuk dalam sukmanya.
Laki-laki
itu menghargai perasaan Tiara, namun tak ada ikatan antara mereka, pacaran
bukan hal yang ingin mereka lalui, sedangkan menikah bukan hal yang mungkin
mereka lakukan, Sekarang.
Tiara,
gadis yang selalu merasakan siksaan perasaannya sendiri, hingga berdarah-darah
sekalipun taka akan ada yang mengerti akan perasaannya itu.
***
Waktu
berputar, Latif laki-laki yang ingin mencapai cita-citanya tak akan banyak
peduli hanya karena perasaan seorang gadis bodoh pengagumnya, enam tahun
berlalu, ia tetap seperti dirinya yang dulu, dingin. Hanya mampu mengucap, “I LOVE YOU.” lalu setelahnya
mengucap kata, “Tak usah berharap.” Ia tak peranah tahu kata-katanya menebar
luka di hati sang gadis.
Perasaan
melambung tinggi, namun dalam sekejap terhempas jatuh dengan kerasnya ke dalam
kerak bumi. Perih, teriris-iris, tak
tahu melukiskan perasaannya kini, Tiara tak berucap lagi, ia mundur, membawa
luka bersama dirinya. Tak akan menoleh ke belakang lagi.
***
Aku
terluaka...
Tak
perlu kuceritakan mengapa bisa
Kaupun
tahu mengapa
Karena
tak ada selainnya
Bunga
berbau harum.
Beracun
dikemudian hari
Menikam
dalam sanubari
Mengninggalkan
luka tak terobati
Perih,
sungguh...
Kata-kata
Tiara habis kini, air mata mengalir tak ia sadari. Cinta baginya adalah luka.
Selalu itu yang ia hadirkan, cinta yang selalu menyiksa menghadirkan rasa menyiksa
yang tak ada habisnya.
Ia
berlari...
Hilang
ditelan badai cinta yang terluka.
2020...
Laki-laki
itu mencapai kesuksesannya dengan gemilang, namun ada yang selalu ia rasakan
kurang dalam hatinya, ada yang hilang.
Semakin ia mencari apa yang ia anggap hilang, semakin bingung juga ia
dibuatnya.
Angannya
kembali pada sebuah peristiwa,
“I
LOVE YOU.”
“TIDAK
USAH BERHARAP.”
Dua
kalimat yang ia ucapkan dan sangat
bertolak belakang.
Yah,
gadis itu, dimana ia kini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)