IMPIAN YANG SEBENARNYA
“Tidak
boleh!” suara itu memenuhi ruangan.
“Tapi, Ma.
Itu impianku, dan aku sangat ingin mewujudkannya.” Suara lain terdengar
memohon. Diselingi isak tangis.
“Kamu tahu,
Nana, berpuluh-puluh mata akan menikmati kemolekan tubuhmu. Kamu akan dihina
seperti mama.”
“Ma, kenapa
selelu menyamakan dengan kehidupan mama? Aku janji tak lebih dari yang
sekarang,”ucap Nana.
“Tidak!!!
Jika kamu pergi. silahkan, tapi tdak usah kembali ke rumah ini lagi!” Setelah
mengucapkan kalimat pedis itu, wanita itu masuk ke dalam kamarnya.
“Ma, Jadi
artis adalah impianku. Kenapa mama boleh dan aku tidak. Aku juga ingin dikenal
dunia. Aku ingin membawa mama kembali ke layar kaca.”Nana masih juga menangis.
Wanita itu
teringat lagi, pada luka yang belum kering di hatinya. 19 tahun silam, ia juga
artis terkenal. Karena kecantikan rupany tentu saja. Banyak yang memujanya. Tak
sedikit yang membencinya. Hingga suatu hari ketika pulang dari show di luar
kota, kecelakaan menimpanya. Wajah yang selama ini ia banggakan hilang.
Berganti rupa buruk. Ia dianggap monster. Hingga akhirnya ia terlupakan.
Dan sekarang
anaknya menginginkan hal yang sama. Ia tidak ingin anaknya bernasib sama dengan
dirinya. Makanya, dengan gigih pula ia tak mengizinkan Nana jadi artis.
“Kenapa tak
mencoba cara lain tuk meluluhkan hati mamamu?” ucap Dina kala Nana menceritakan
sikap ibunya.
“Bagaimana?”
“Gini, sebentar lagikan hari ibu, kamu bisa memberi hadiah. Lalu ngomong baik-baik. Atau, kamu tulis isi hati kamu, tapi jangan langsung dikasih ke mama kamu. Kirim ke media. Majalah, biar dimuat dan mamamu baca.”
Nana memulai aksinya. Bermain kata, mulai mengirim. Berkali-kali. Waktu berputar cepat dan ia seakan terlupa pada tujuan awalnya melukis kata. Hingga tulisannya benar-benar termuat, yang judulnya “Mama, izinkan aku.”
“Gini, sebentar lagikan hari ibu, kamu bisa memberi hadiah. Lalu ngomong baik-baik. Atau, kamu tulis isi hati kamu, tapi jangan langsung dikasih ke mama kamu. Kirim ke media. Majalah, biar dimuat dan mamamu baca.”
Nana memulai aksinya. Bermain kata, mulai mengirim. Berkali-kali. Waktu berputar cepat dan ia seakan terlupa pada tujuan awalnya melukis kata. Hingga tulisannya benar-benar termuat, yang judulnya “Mama, izinkan aku.”
Impian
berubah. Nana mendapat jalan lain. Jalan untuk memperkenalkan dirinya, mamanya
pada dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)