Kamis, 21 Juni 2012

Tangis Wanita Balik Tirai

Berkali-kali aku mendengar tangis wanita itu. Dari balik tirai pemisah. Menangis pilu. Terisak, terdengar jelas di telinga. Jika kau tanya tentang apa. Entahlah. Aku tak bermaksud menguping. Hanya saja, suara serak terbata-bata itu masuk dengan sendirinya ke telingaku. Pun aku hanya diam. Di tempatku saat ini.
Episode cinta. Ya! kembali tentang cinta. Menurutku. Cinta yang tadinya indah, kembali menuai air mata duka. Cinta apa itu? benarkah adanya itu hanya bumbu-bumbu semata? Apalah namanya! Aku juga tak paham. Tapi, episode cinta kali ini semakin menggila.
Sesaat sepi, hanya isak yang terdengar. Aku mulai menikmati. Mingikuti aliran kisah dari balik tirai. Tapi aku tak menguping. Hanya suara itu... ah! Pilu kian terdengar. Haruskah kuhapuskan air matamu? Sedang aku tak dapat melangkahi tirai pemisah kita. Kau wanita, sedang aku...
Kali ini benar-benar sunyi. Sesekali hanya suara nafas berat yang terdengar. Yang kudengar. Hingga suara itu benar-benar hilang. Entah terlelap lelah. Atau?
Tidak!!!
Aku tak mungkin menerobos tirai pemisah kami. Pun aku sangat ingin. Menolong, menghapus titik-titik duka. Apalah daya. Aku hanya sepotong kayu sapu pada sudut ruang. Kayu yang hanya bisa diam. Bergerak saat digunakan, olehnya si wanita penikmat cinta. Penderita cinta.
Sedang suara isak dari balik tirai itu, kembali terdengar. Memohon. Menangis. Lagi dan lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)