Berkali-kali
aku mendengar tangis wanita itu. Dari balik tirai pemisah. Menangis pilu.
Terisak, terdengar jelas di telinga. Jika kau tanya tentang apa. Entahlah. Aku
tak bermaksud menguping. Hanya saja, suara serak terbata-bata itu masuk dengan
sendirinya ke telingaku. Pun aku hanya diam. Di tempatku saat ini.
Episode
cinta. Ya! kembali tentang cinta. Menurutku. Cinta yang tadinya indah, kembali
menuai air mata duka. Cinta apa itu? benarkah adanya itu hanya bumbu-bumbu
semata? Apalah namanya! Aku juga tak paham. Tapi, episode cinta kali ini
semakin menggila.
Sesaat sepi,
hanya isak yang terdengar. Aku mulai menikmati. Mingikuti aliran kisah dari
balik tirai. Tapi aku tak menguping. Hanya suara itu... ah! Pilu kian
terdengar. Haruskah kuhapuskan air matamu? Sedang aku tak dapat melangkahi
tirai pemisah kita. Kau wanita, sedang aku...
Kali ini
benar-benar sunyi. Sesekali hanya suara nafas berat yang terdengar. Yang
kudengar. Hingga suara itu benar-benar hilang. Entah terlelap lelah. Atau?
Tidak!!!
Aku tak
mungkin menerobos tirai pemisah kami. Pun aku sangat ingin. Menolong, menghapus
titik-titik duka. Apalah daya. Aku hanya sepotong kayu sapu pada sudut ruang.
Kayu yang hanya bisa diam. Bergerak saat digunakan, olehnya si wanita penikmat
cinta. Penderita cinta.
Sedang suara
isak dari balik tirai itu, kembali terdengar. Memohon. Menangis. Lagi dan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)