Pelaksanaan kenaikan kelas tahun ini kembali
dilakukan. Begitupula dengan
Sekolah Dasar Tunas Bangsa. Semua murid menantikan dengan cemas. Begitupun
dengan orang tua murid.
Setelah diumumkan kembalai terdengar kabar bahwa ada beberepa murid yang
tinggal kelas. Bahakan salah seorang murid kelas satu kembali tinggal kelas.
Ternyata benar, seperti tahun sebelumnya
Ardiyansyah tidak naik kelas. Para guru sangat prihatin dengan kejadian
tersebut. Begitupun dengan kedua orang tua Ardi.
Wali kelas Ardi dan konselor SD Tunas
Bangsapun kembali melakukan pertemuan untuk menemukan cara menangani masalah
yang terjadi pada Ardi. Bu Fatimah, wali kelas satu mengundang orang tua Ardi
untuk melakukan pembicaraan serius mengenai anak mereka.
Apa yang akan menimpa Ardi selanjutnya?
Orang tua mana yang tidak kecewa bila anak nya tinggal kelas. Kadang rasa
malu juga muncul jika ada yang menanyakan. Anak yang tinggal kelas sering kali
dicap sebagai anak yang bodoh. Inilah satu anggapan yang keliru, sebab
kenyataannya tidak selalu demikian.
Anak usia sekolah tidak naik kelas tentunya ada
sebab atau alasannya, mengapa si anak tidak naik kelas. Berikut beberapa alas an
atau sebab anak tidak naik kelas.
a.
Tidak Bisa
Me-Manage Diri.
Bagaimanapun, kemampuan me-manage diri harus
dimilikai dan di pelajari anak, terlebih tatkala ia beranjak semakin besar.
Mambangun kemampuan untuk mengorganisasi diri sangat penting, agar anak dapat
mengatur semua kegiatannya. Apa saja yang harus bias dilakukan anak.
b.
Waktu.
Semakin besar anak, mestinya ia hurus mampu mengatur
waktu. Misalnya, kapan waktunya ia mengerjakan PR atau mengerjakan tugas-tugas
sekolah, kapan ia harus main atau istirahat, kapan waktunya makan, ibadah
dansebagainya. Kemampuan me-menage diri akan sangat mempengaruhi hasil yang
dicapai. Jika anak tahu kapan waktunya belajar, pasti ai siap menghadapi ujian.
c.
Peralatan
sekolah dan mainan
Jika anak tidak mampu merapikan barang-barang
miliknya, misalnya kamar, buku pelajaran, buku catatan, kertas tugas, mainan,
dan sebagainya, tentu ia juga tidak mampu mengerjakan hal-hal yang menjadi
tugasnnya.
d.
Ruangan.
Meja belajar yang berantakan adalah lading berbagai
ganguan, yang bias membuat anak jadi sulit berkosentrasi saat belajar. Anak pun
sulit menemukan menemukan barang-barang atau catatan penting yang terselip di
antara tumpukan kertas atau buku, tatkala ia membutuhkannya untuk mengerjakan
tugas-tugas sekolah.
e.
Sering Absen
Membolos atau absen akan berdampak negative pada
nilai akademik anak. Jika anak tiba-tiba enggan masuk sekolah, padahal tidak
pernah ia mogok sekolah, cari tahu apa yang terjadi. Diskusikan dengan guru
atau guru bimbingn dan konseling.
f.
Terlalu Banyak
Tugas.
Bias juga, anak yang tidak naik kelas dikarenakan
jadwal kegitan yang sangat banyak. Bagaimana
mungkin si anak bias mengerjakan PR atau tugas sekolah jika sepulang sekola ia
harus les musik, les matematika, dan yang lainnnya. Tenaganya telah terforsir
dengan jadwal lesnya. Sehingga pada malam harinya ia kecapaian dan lupa dengan
PRnya.
Jika
sudah menemukan sebab mengapa murid tinggal kelas, maka terdapat beberapa cara
penanganan murid tersebut, seperti pada kasus Ardiyansyah, diantaranya:
1. Pindah Sekolah
Evaluasi kembali apa penyebab
anak tidak naik kelas. Kalau memang pengaruh lingkungan di sekolah lama sangat
buruk, sebaiknya anak memang pindah sekolah saja. Akan tetapi bukan dengan
menaikkan ke kelas berikutnya alias dikatrol yang sama saja tidak mendidik
anak.
2. Genjot Semangat Belajar
Cari tahu dulu akar
penyebabnya mengapa anak tidak naik kelas. Apakah karena faktor kecerdasan anak
yang memang kurang, kondisi fisiologis (semisal anak punya penyakit tertentu
yang terbilang berat), pola pengajaran guru, atau pola pengasuhan orang tua
(seperti kelewat otoriter atau malah terlalu cuek). Boleh saja anak
diikutkan les ini-itu asalkan memang itu menjadi kebutuhannya untuk
meningkatkan kemampuan akademis.
3. Periksa ke ahlinya.
Yang dimaksud, dokter atau psikolog.
Anak tidak naik kelas bisa karena faktor kecerdasannya, kondisi fisik,
kematangan emosi maupun pengaruh lingkungan. Sebaiknya konsultasikan dulu ke
psikolog untuk melihat taraf kecerdasan dan kematangan emosionalnya.
4. Diskusi Dengan Guru
Meminta guru untuk memberi
kesempatan kepada anak untuk duduk di kelas yang lebih tinggi, sebaiknya tidak
dilakukan. Jika kemampuan anak memang terbatas tapi tetap dipaksakan untuk naik
kelas, bisa-bisa anak kian tertekan sementara prestasinya tetap tidak membaik.
5. Menyusun Kembali Jadwal
Harian Anak
Contohnya, main play station,
sepedaan dan nonton TV dikurangi. Untuk kasus tinggal kelas, mengurangi
kesenangan bisa saja dilakukan. Namun ada yang mesti diperhatikan, yakni tidak
memberikan hukuman fisik, dan pembenahan jadwal harus disertai dengan
penjelasan logis, dan harus ada batas waktunya. Berikan apresiasi begitu anak
melakukan hal-hal yang sesuai harapan Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)