Sabtu, 28 Januari 2012

Cacian Cacat

            Ide, mantap, judul siap, alat apa lagi. Lalu kenapa berhenti????
            Mana karyamu??
            TANYALAH PADAKU!
            Aku ingin marah ketika kau menertawakan kebodohanku. Mengapa? Ada yang salah denganku? Atau kau hanya pandai memberi kata-kata pedas?
            Aku muak dengan sejuta kata yang menikam darimu. Aku juga ingin membalas sakit hatiku. Tapi aku tak bisa, karena tak ada hal uyang bisa aku banggakan di hadapanmu. Salah memang aku ingin menulis rangkaian kata indah karena marah padamu. Tapi itu lebih dari cukup tuk menjadi cambukan bagi diriku.orang bahkan butuh waktu untuk bertaubat.
            Kau tahu, oarang butuh proses untuk mencapai kesuksesasannya. Tapi kau selalu berharap lebih. Mulutku mungkin terkunci saat kau dengan pandainya bermain lidah di hadapanku. Aku dengan lugunya menerima saja setiap untaian pedang yang menyayat-nyayat hati. Namun pedang itu masih tersimpan di hatiku. Aku ingin mempersembahkannya padamu, tapi bukan dengan lumuran darah. Sebaliknya aku dengan lumuran kemenangan. Begitu ingin aku mengalahkan kesombonganmu yang tersembunyi itu.
            Sejujurnya aku kagum padamu. Kagum pada kepiawaianmu bermain kata, dengan lidah ataupun goresan pena. Kau mungkin terlahir dengan kepercayaan diri yang sudah seharusnya ada. Oh, atau kau salah satu super hero yang tercecer? Sepertinya kau tak suka kecurangan. Yah, kau si tuan hebat.

            BERLEBIHAN?
            Itu yang aku harapkan, tak ada masalahkan dengan segala opini tentang dirimu? Bukankah ini juga ladang amal bagimu? Dan seharusnya kau berterima kasih padaku, sebagaimana aku akan berterima kasih padamu suatu saat. Bukan sekarang karena tulisanku belum jadi bundelan buku. Seperti yang kau katakan.
            “Buku hasil garapan bersama itu...”
            Menyakitkan untuk dituliskan, dan aku juga tak mau mengingatnya.
            “Cerpen itu...”
            “Cobalah untuk...”
            “Sebelum 2011 berakhir...”
            Apa perlu aku lanjutkan???
            Aku berdo’a kau membaca ini. Sebuah kelancangankah menurutmu? Bukankah aku sedang berlatih menulis seperti katamu? Dengan pedang di hatipun aku bisa menuliskan?
            Tak ada kata takut itu, justru sebaliknya, inilah bentuk usahaku. Usaha tuk kupersembahkan padamu, juga pada dunia. So, im sorry!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)