Kisah
cinta itu misteri, hari ini mungkin mengatakan AKU MENCINTAIMU. Tapi esok
harinya kata benci yang terucap. Cinta itu penyakit, tatkala ia datang dengan
cara yang salah. Cinta kebohongan belaka, jika para pelakunya tak mangindahkan
jujur di dealam, jujur pada diri mereka, taupun jujur dengan orang-orang
disekeliling mereka.
Luka...
***
Salahkah?
Pertemuan denganmu
adalah takdir terindah yang pernah aku rasakan.
Aku tak menyangka,
kekaguman yang aku pelihara terhadapmu berbuah rasa yang tak pernah aku duga,
dan tahukah kau akan hal itu duhai tuan?
Walau lidah tak mungkin
menyebut namamu, pandangan mata tak sanggup menghayalkanmu, namun aku tak
sanggup tuk berdusta jika rasa itu telah menguasai relung-relung sukmaku.
Salahkah duhai tuan?
Aku sadar,
Mengharpkanmu adalah
sebuah kebodohan...
Yah, kau terlalu jauh
bagi seorang gadis bodoh sepertiku...
Aku memelihara penyakit
yang tak aku tahu obatnya, dan itu karenamu..
Akupun tak menyalahkanmu,
Sungguh...
Ini salahku, karena itu
aku mohon maafkan kebodohanku, yang
menaruh rasa teramat tinggi padamu..
Teruntukmu...
Pelita nan jauh di
sana...
***
Tiara, siapa yang tak
mengenalnya di sekolah itu. ketua kepengurusan putri yang terpilih tahun lalu.
Tak sepenuhnya karena kepintaran, hanya karena ia sudah enam tahun berada di
tempat itu dan juga santri putri yang terkenal alim.
Sederhana, tampak oleh
kasak mata, namun sebenarnya ia memendam
perasaan yang cukup mendalam. Baginya tak ada orang yang benar-benar
bisa dipercaya. Memendam segala sesuatu adalah hal yang selalu ia lakukan,
namun tatkala sadar apa yang ia pendam berubah jadi racun tersendiri bagi
dirinya.
Cinta. 5 huruf yang
selalu membuatnya was-was. Perasaan yang lumrah dmiliki oleh manusia itu malah
membuatnya tersiksa. Ia termasuk pemilih bahkan sangat pemilih dalam hal
mengagumi lawan jenisnya. Apalagi dalam hal suka bahkan jatuh cinta.
Namun cinta tak pernah
berpihak padanya, seakan cinta sangat membenci dirinya, ia selalu beranggapan
begitu, sebab cinta yang ia rasakan selalu berbuah kepediha yang menikam hatinya.
***
Maaf atas kelancanganku
padamu,
Itulah diriku yang
sebenarnya, wanita yang selalu berharapa pada cinta yang sesungguhnya tak
pantas aku miliki.
Aku tahu, kau tak akan
tahu maksud dari semua ini, anggap saja angin lalu yang tak berbekas untukmu.
Bahkan aku tak pantas
untuk berharap padamu.
Setidaknya rasa yang
aku pendam telah aku keluarkan..
Maaf sungguh aku
memohon maaf padamu duhai tuan...
***
Latif, nama laki-laki
yang selalu mencuri perhatiannya. Bukan karena ketampanan, kekayaan, justru
karena ia mengagap laki-laki itu berbeda dari yang lain. Pintar, alim itulah
dua paduan yang membuat hatinya tak ingin melepaskan sebuah selipan rasa yang
ada hingga kini.
Tiga tahun bukan waktu
yang sebentar untuk menyimpan perasaan itu. sejak ia memasuki dunia asrama,
pesanteren, dari jauh ia telah sangat berharap pada laki-laki yang dikaguminya.
Semakin ia tahu tentang sang pujaan hati, samakin sakitlah hatinya, bukan hanya
ia yang menaruh hati pada sang kumbang. Bahkan teaman-temannya sesama putri yang
lebih agresif mendekati sang pujaan hati.
Dirinya, hanya bisa
memandang dari jauh. Hingga tiga tahun berakhir, tak sekalipun ia berbicara
pada laki-laki itu. perpisahan terjadi, ia hanya mampu meratapi kepergian, tak
ada kata terucap.
***
Ia sudah memutuskan
untuk tetap berada di tempat itu, hingga tiga tahun kemudian, perubahan terjadi
pada gadis pendiam itu, ia ungkapkan
perasaannya yang tak tertahankan pada laki-laki yang ia cintai, Tiara tak
berharap mereka pacaran, ia hanya ingin melegakan hatinya, sekalipun rasa ingin
memeliki juga berkecamuk dalam sukmanya.
Laki-laki itu
menghargai perasaan Tiara, namun tak ada ikatan antara mereka, pacaran bukan
hal yang ingin mereka lalui, sedangkan menikah bukan hal yang mungkin mereka
lakukan, Sekarang.
Tiara, gadis yang
selalu merasakan siksaan perasaannya sendiri, hingga berdarah-darah sekalipun
taka akan ada yang mengerti akan perasaannya itu.
***
Waktu berputar, Latif
laki-laki yang ingin mencapai cita-citanya tak akan banyak peduli hanya karena
perasaan seorang gadis bodoh pengagumnya, enam tahun berlalu, ia tetap seperti
dirinya yang dulu, dingin. Hanya mampu mengucap,
“I LOVE YOU.” lalu setelahnya mengucap kata, “Tak usah berharap.” Ia tak peranah
tahu kata-katanya menebar luka di hati sang gadis.
Perasaan melambung
tinggi, namun dalam sekejap terhempas jatuh dengan kerasnya ke dalam kerak
bumi. Perih, teriris-iris, tak tahu
melukiskan perasaannya kini, Tiara tak berucap lagi, ia mundur, membawa luka
bersama dirinya. Tak akan menoleh ke belakang lagi.
***
Aku terluaka...
Tak perlu kuceritakan
mengapa bisa
Kaupun tahu mengapa
Karena tak ada
selainnya
Bunga berbau harum.
Beracun dikemudian hari
Menikam dalam sanubari
Mengninggalkan luka tak
terobati
Perih, sungguh...
Kata-kata Tiara habis
kini, air mata mengalir tak ia sadari. Cinta baginya adalah luka. Selalu itu
yang ia hadirkan, cinta yang selalu menyiksa menghadirkan rasa menyiksa yang
tak ada habisnya.
Ia berlari...
Hilang ditelan badai cinta
yang terluka.
2020...
Laki-laki itu mencapai
kesuksesannya dengan gemilang, namun ada yang selalu ia rasakan kurang
dalam hatinya, ada yang hilang. Semakin
ia mencari apa yang ia anggap hilang, semakin bingung juga ia dibuatnya.
Angannya kembali pada
sebuah peristiwa,
“I LOVE YOU.”
“TIDAK USAH BERHARAP.”
Dua kalimat yang ia ucapkan dan sangat bertolak belakang.
Yah, gadis itu, dimana
ia kini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)