Selasa, 28 Mei 2019

30 HRDC day 23: Bukan Mantan Biasa (bagi.1)

"Mantanku, selalu ada alasan untukku kembali padamu, sebab rindu misalkan."

Adalah pak Ahmad dan ibu Mutiara, dua sejoli yang hidup bersama kurang lebih .. tahun. Keduanya adalah pasangan romantis yang kadang kadang saling melempar candaan, teguran, nasihat. Yang tak pernah terpisah dan selalu saling mencari. Pak Ahmad yang bijak, Bu Mutiara yang ikhlas.

Dua sejoli yang sudah bercucu satu tersebut telah dikaruniai lima orang anak yang baik baik. Tak ada lagi anak mereka yang masih bayi, belum sekolah. Anak anaknya sudah pada besar. Dan dua sejoli inilah yang akan jadi pusat kisah kali ini serta anak anaknya. Untuk dikenang suatu saat nanti, jika mereka pernah ada, meninggalkan jejak di bumi Pertiwi.

Pak Ahmad. Laki laki berumur setengah abad tersebut punya perawakan tidak tinggi. Kulit tak terlalu hitam, berkumis, berjenggot. Kalau mendengar kisah Pak Ahmad, tentang masa kecilnya, sekolahnya, ada banyak hal yang bisa dipetik.
Misal, bagaimana gigihnya orang tua Pak Ahmad menyekolahkan anak anaknya dahulu kala. Padahal orang tua Pak Ahmad tidak bersekolah tinggi, ibunya berdagang, bapaknya bertani. Sedang sekolah jauh dari kampung mereka, harus mendaki dan menuruni gunung dulu baru sampai.

Sekali waktu Pak Ahmad pernah berkisah, tiba waktu pergi sekolah, Ibu pak Ahmad melepas anaknya untuk pergi belajar, pak Ahmad berangkat, disaksikan sang ibu. Namun, bukannya sampai ke sekolah, malah Pak Ahmad kecil, beserta beberapa temannya singgah bermain di atas gunung. Walhasil ibunya marah besar. Sepotong kayu mendaratlah di betis Pak Ahmad.
Di waktu yang lain, Ibu Pak Ahmad kebingungan mencari anaknya. Hampir satu kampung ditelusuri, demi mencari anaknya yang tak pulang pulang. Tetangga pun tak ada yang melihat anaknya, Pak Ahmad kecil. Ibunya mulai khawatir perihal keberadaan anaknya. Hingga putus asa dan kembali pulang ke rumah. Lalu antara bahagia dan ingin marah saat mendapati anaknya, dengan muka mengantuk, keluar dari kolom ranjang di rumahnya. Demikian Pak Ahmad kecil.

Pak Ahmad sendiri tumbuh sebagai pemuda yang pantang menyerah, peringkatnya tak jauh jauh dari tiga besar, beliau dikenal pemberani, tampil di muka umum. Kepada teman teman sekolah terkenal jago olahraga apa saja. Di kelas juga terkenal pandai menyampaikan argument. Belum lagi soal agama, walau tak terbilang terlampau alim, namun Pak Ahmad bisalah untuk mengaji dan berceramah di muka umum.

Memasuki dunia kerja, Pak Ahmad hampir saja ikut merantau dengan kawannya, namun saat itu batal, ia memilih melanjutkan sekolahnya, lalu bertani, membuka lahan untuk bercocok tanam, ditemani Bapaknya. Pak Ahmad laki laki tekun, tak berputus asa dengan pilihan yang ia ambil.
Lalu saat pak Ahmad memutuskan menikah .....

*Bersambung

Madata, 23 Ramadhan 1440H
#Day23
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
Sumber gambar: @beytal_4

2 komentar:

  1. justru dari orang2 ini malah banyak surprisenya yaa tau2 dari hasil usaha dia bisa menunjukkan pada dunia bahwa dia lebih hebat dalam menyelami kehifupan bukan sekedar omong kosong belaka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, bener. Orang orang yang banyak memberi kisah penuh hikmah.

      Hapus

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)