Jumat, 24 Mei 2019

30 HRDC day 19: Hari Berduka


Tanggal 22 Mei adalah tanggal yang dinanti, adek nambah umur sebulan lagi. Jadinya sekarang sudah empat bulan. Alhamdulillah, harapan Mama' Bapaknya, semoga adek senantiasa diberi kesehatan selalu.

Ditanggal 22 kemarin pun merupakan tanggal yang dinanti seluruh rakyat Indonesia, karena merupakan hari dimana akan diumumkan siapa yang akhirnya maju memimpin bangsa Indonesi. Awalnya begitu, sampai tahu tahu hasil pemilihan sudah diumumkan dini hari, pada tanggal 21 Mei.

Saya tak bermaksud bahas politik, hanya saja salah hati kecil turut berduka cita dengan segala yang terjadi di negeri ini. Berasa ada yang ngeganjal di hati. Rasa rasanya kok segini banget ya.
Sesama kita mulai saling menghujat, menyakiti, baik lewat lisan, lalu tulisan, dan puncaknya, terjadi saling menyakiti raga. Innalilahi. Bahkan di rumah saja serasa pilu. Negeri ini benar benar berduka.

Tanggal 23 Mei menjemput, pertanda Ramadhan memasuki hari ke 18. Berita duka kembali berhembus salah satu Kiyai di Indonesia menghembuskan nafas terkhirnya, Ustadz Arifin Ilham. Beliau dikabarkan wafat di Negeri tetangga. Berjuta ummat Islam mendoakan kepergiannya. Kita berduka, walau begitu bagi beliau, ini jalan menuju Allah, bertemu dengannya.

Ya! Duka memang tengah menghantui, dampaknya tentu bagi seluruh penghuni negeri ini, dikabarkan pula jaringan internet akan melambat, tak seperti biasa. Dikarenakan demi menjaga negeri, memberhentikan berita berita tak benar, katanya begitu. Namun, tentu ini jadi berita duka bagi banyak orang. Banyak kegiatan jadi lumpuh tanpa jaringan internet. Bertebaran status status yang menyayangkan hal ini.

Lalu kabar duka pribadi kembali menghampiri saya, di tanggal 23 Mei. Kekasih hati, yang saat ini lagi di rumah mertua (orang tua suami) juga tengah sakit. Seperti sebelum sebelumnya, sakit kepala itu, yang datangnya susah diprediksi, kembali menyerang suami. Padahal, kami lagi jauhan. Walhasil tak bisa merawat. 
Sedih rasanya tak mendampingi, beruntung mertua ada, beliau yang mengobati.

Entah berita duka apa lagi yang akan mendatangi, mengetuk pintu pintu hati. Negeri kita benar benar diuji, tentang perbedaan, kehilangan, jarak, dan lainnya. Namun, semoga hati kita senantiasa kuat menghadapinya. Semoga doa doa kita tetap melangit, untuk negeri tercinta juga orang-orang terkasih.
Iman lagi diuji, semoga kita lulus ujian tersebut, dan menjadi pribadi yang lebih tangguh.
Demikian seikat tinta.

Madata, 19 Ramadhan 1440H
#Day19
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah

4 komentar:

  1. Kasian sama orang2 rumah yang ditinggal mati saudara, suami dan orangtuanya yang sedang menyuarakan hati untuk sebuah keadilan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba. Semoga Allah menunjukkan hikmah di balik kejadian kejadian yang terjadi belakangan ini.

      Hapus
  2. beberapa orang terkena dampaknya dari tanggal 22 mei kemarin. Suasana nggak kondusif memang sampai saya sendiri ikutan ngeri mau keluar rumah agak gimana. energi negatif bertebaran di langit Indonesia dan dampaknya membuat orang sakit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mama Indri tinggal di mana? Memang sih nonton di TV aja berasa banget ngeriny. Apa lagi yang bertebaran d media. Innalilahi. Semoga Indonesia tetap aman, dan semoga kembali membaik.

      Hapus

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)