Brakkk!!!

***
Wawan termenung di kursi kerjanya. Hampir
tiga tahun usia pernikahannya dengan Dewi. Sudah banyak yang keduanya lalui,
namun yang paling membuatnya khawatir adalah sikap Dewi padanya yang tidak
pernah berubah. Pun saat fakta menyakitkan datang menghampiri keluarga kecil
mereka. Fakta bahwa mereka tidak akan dikaruniai anak karena Wawan mandul.
“Wi, kalau kamu minta aku bisa
menceraikanmu,” ucap Wawan suatu hari.
“Apa-apaan sih, jangan bercanda yang
aneh-aneh deh!” balas Dewi sambil tersenyum manis.
“Aku serius, Wi!”
“Tapi ... sedikit pun aku tak pernah
memikirkan hal itu,” Melihat sikap Dewi yang begitu teguh, Wawan pun tidak rela
mengambil keputusan sepihak. Terlebih lagi, ia sangat mencintai wanita yang
telah menjadi istrinya itu.
Tapi, Wawan mulai dihinggapi rasa takut.
Takut kehilangan, takut Dewi berpaling. Ia tidak ingin kehilangan cintanya. Hal
itu pula yang mendasari sikapnya berubah. Ia mulai enggan pulang ke rumah,
bukan karena benci pada istrinya sebaliknya ia menahan gejolak rindu dalam
dadanya. Jika Dewi bertanya, ia hanya akan memberikan alasan yang sama tiap
saat. Alasan pekerjaan. Lalu kejadian yang sangat ia takutkan terjadi. Tepatnya
dua hari yang lalu.
![]() |
asaljadi.com |
Malam itu Wawan sudah mempersiapkan
kejutan untuk istrinya. Wawan sadar sudah lama tidak memberikan suprise untuk
istrinya. Maka setelah pulang dari kantor ia pun singgah di toko bunga. Ia pun
mengatur segalanya. Setelah semuanya beres ia pun bergegas pulang ke rumah.
“Wah, ada apa nih Wan? Lagi seneng ya?”
tanya seorang tetangga rumahnya saat ia sudah hampir sampai. Mendengar
perkataan itu Wawan hanya tersenyum.
“Paling juga sebentar lagi dia marah,”
ucap anak tetangganya, Yani. Sudah lama gadis itu menaruh hati pada Wawan
makanya ia sering memanas-manasi laki-laki itu.
“Maksudmu?”
“Kamu itu bodoh banget yah, Wan. Ngga
bisa bedain perempuan baik-baik dan yang pura-pura baik!” ucap Yani membuat
Wawan semakin tidak mengerti.
“Apa maksudmu sebenarnya?”
“Pulang saja sana, dan lihat kelakuan
istrimu itu!” jawab Yani sinis.
Tanpa bertanya lagi Wawan pun bergegas
ke rumahnya. Tanpa mengucapkan salam ia menerobos masuk. Tidak ada siapa-siapa
di ruang tamu. Amarah semakin menguasainya. Prasangka yang paling ia hindari
mulai terpikir begitu saja.
“Hahaha ... kamu ini masih seperti dulu
ternyata, takut pada ... “
Suara tawa itu diikuti oleh kehadiran
sosok laki-laki dan istrinya yang baru saja keluar dari kamar. Kamar miliknya
dan istrinya. Wawan kalap secepat kilat di arahkan bogem mentahnya pada
laki-laki di hadapannya. Dewi menjerit, menangis memohon Wawan mendengarkan
penjelasannya. Tapi tidak dengan suaminya, ia sudah kehilangan kendali.
***
Seharusnya
kamu tahu aku. Harusnya kamu kembali dan mendengarkan semuanya. Harusnya! Tapi
kenapa kamu tidak kembali, Mas?
Aku
akan menunggu! Menunggumu kembali lagi ke sisiku, lalu menjelaskan semua
kesalahpahaman kita. Semuanya!
Satu
yang harus kamu tahu, cintaku hanya untukmu seorang, Mas. Ku mohon pulanglah!
Wah saya bingung dengan endingnya
BalasHapus"Seharusnya kamu tahu aku. Harusnya kamu kembali dan mendengarkan semuanya. Harusnya! Tapi kenapa kamu tidak kembali, Mas?"
Moga ada lanjutannya
Hehehe disengaja menggantung sih Kak,
Hapus“Hahaha ... kamu ini masih seperti dulu ternyata, takut pada ... “
kalimat itu sebenarnya menyimpan jawaban Cuman disudahin aja ceritanya :)
Dan kelanjutannya ngga ada. Segituji Kak :)