Aku hanya menuliskan apa yang kulihat, kurasa, kuraba, yang terlintas di
pkiranku. Tak kutulis sesuatu yang tumbuh dan menjalar-jalar. Tidak kutulis
pula sesuatu yang bernyawa, yang kiranya dapat menyehatkan banyak orang. Atau yang
memberikan lampu-lampu di tengah-tengah orang galau? Inspirasi? Tidak! Tidak! Aku
tidak tahu menulis yang seperti itu. Aku hanya menulis, hanya penulis tanpa
ruh.
Aku penulis yang hanya mencintai dunia menulis. Dengan kosa kata yang
itu-itu saja, tanda baca belepotan, huruf-huruf yang berlebihan atau malah
kekurangan. Itulah aku yang menganggap menulis adalah caraku berbicara.
Aku biasa saja bukan?
Berlandaskan minat tanpa bakat, ah sudahlah ... sejatinya aku penulis
dengan kekurangan menggunung, perasaan minder selangit, yang beraninya hanya di
balik layar gelap.
Lalu atas dasar seperti itu apakah undangan sepert itu tetap datang
padaku?
Sekitar pukul sepuluh pagi menjelang siang, aku malas-malasan di tempat
tidur. Mata tak ingin terpejam. Aku paham betul tentang rasa sakit di kepala
jika tidur sebelum sahlat zuhur. Maka kuputuskan menekuni sebuah novel
bersampul hijau muda, warna kesukaanku. Kisah cinta tersaji di dalamnya bersama
sajian makanan restoran-restoran kota.
Waktu berlalu beberapa saat, HP yang tak pernah lepas dari pandangan mataku
berdering. Nomor baru. Kuangkat. Percakapan terjadi.
“Maaf, dengan Nahlatul Azhar?” suara di seberang sana jelas sekali suara
laki-laki. Pastinya bukan teman sekelasku di kampus, mereka taunya namaku Siti,
Diyah, Mardiyah.
“Iya, siapa ya?” tanyaku penasaran. Rasa penasaran yang begitu besar
sebenarnya adalah anugerah tersendiri. Darinya aku bisa cepat melahap novel,
namun darinya juga aku bisa jadi orang kepo yang sangat usil.
“Saya ... (lupa) Saya dapat nomorta’ dari Kak ... (amankan nama asli),”
jelas si penelpon.
“Oh iya, kenapaki’?” tanyaku. Penasaran.
“Datangki’ di acara ... (ada deh) di ... hari ... .”
Hah? Aku?
Aku bukan orang yang bisa lama nelepon jika tidak kenal dengan orang yang
menelepon.
“Oh ... iye’.”
Singkat saja. Aku tahu acara yang dimaksud sebab di FB sudah terpajang
undangannya. Aku malah semapat iseng bertanya, bisakah non penulis ikut acara
itu? Tau-tau malah dipanggil. Maka tidak salah alamatkah undangan itu?
Lagi-lagi perasaan minder muncul. Aku? Termasuk penulis? Ya ampun ...
![]() |
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10204047340637691&set=a.1396939877401.56262.1049346551&type=1&comment_id=10204057066520832&offset=0&total_comments=19 |
Temu 100 Penulis Makassar
Inilah acara yang meminta (menelepon) saya untuk datang juga. Tentunya sebagai
peserta. Acara yang di adakan di gedung Training Center Alauddin Makassar pada
hari Sabtu 25 Oktober, pastilah akan ramai orang-orang hebat se-Makassar. Kecuali
aku tentu saja.
Aku sangat berniat hadir di sana. Sebagai pecinta dunia tulisan, sebagai
orang biasa yang ingin melihat-wajah-wajah belakang layar komputer.
Pun aku bukan siapa-siapa, tapi bismillah ... semoga hari itu aku juga
bisa berada di sana. Semoga juga telepon yang barusan aku terima tidak salah
alamat. Semoga. ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)