Kamis, 23 Oktober 2014

Undangan Salah Alamat


Aku hanya menuliskan apa yang kulihat, kurasa, kuraba, yang terlintas di pkiranku. Tak kutulis sesuatu yang tumbuh dan menjalar-jalar. Tidak kutulis pula sesuatu yang bernyawa, yang kiranya dapat menyehatkan banyak orang. Atau yang memberikan lampu-lampu di tengah-tengah orang galau? Inspirasi? Tidak! Tidak! Aku tidak tahu menulis yang seperti itu. Aku hanya menulis, hanya penulis tanpa ruh.
Aku penulis yang hanya mencintai dunia menulis. Dengan kosa kata yang itu-itu saja, tanda baca belepotan, huruf-huruf yang berlebihan atau malah kekurangan. Itulah aku yang menganggap menulis adalah caraku berbicara.
Aku biasa saja bukan?
Berlandaskan minat tanpa bakat, ah sudahlah ... sejatinya aku penulis dengan kekurangan menggunung, perasaan minder selangit, yang beraninya hanya di balik layar gelap.
Lalu atas dasar seperti itu apakah undangan sepert itu tetap datang padaku?
Sekitar pukul sepuluh pagi menjelang siang, aku malas-malasan di tempat tidur. Mata tak ingin terpejam. Aku paham betul tentang rasa sakit di kepala jika tidur sebelum sahlat zuhur. Maka kuputuskan menekuni sebuah novel bersampul hijau muda, warna kesukaanku. Kisah cinta tersaji di dalamnya bersama sajian makanan restoran-restoran kota.
Waktu berlalu beberapa saat, HP yang tak pernah lepas dari pandangan mataku berdering. Nomor baru. Kuangkat. Percakapan terjadi.
“Maaf, dengan Nahlatul Azhar?” suara di seberang sana jelas sekali suara laki-laki. Pastinya bukan teman sekelasku di kampus, mereka taunya namaku Siti, Diyah, Mardiyah.
“Iya, siapa ya?” tanyaku penasaran. Rasa penasaran yang begitu besar sebenarnya adalah anugerah tersendiri. Darinya aku bisa cepat melahap novel, namun darinya juga aku bisa jadi orang kepo yang sangat usil.
“Saya ... (lupa) Saya dapat nomorta’ dari Kak ... (amankan nama asli),” jelas si penelpon.
“Oh iya, kenapaki’?” tanyaku. Penasaran.
“Datangki’ di acara ... (ada deh) di ... hari ... .”
Hah? Aku?
Aku bukan orang yang bisa lama nelepon jika tidak kenal dengan orang yang menelepon.
“Oh ... iye’.”
Singkat saja. Aku tahu acara yang dimaksud sebab di FB sudah terpajang undangannya. Aku malah semapat iseng bertanya, bisakah non penulis ikut acara itu? Tau-tau malah dipanggil. Maka tidak salah alamatkah undangan itu?
Lagi-lagi perasaan minder muncul. Aku? Termasuk penulis? Ya ampun ...
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10204047340637691&set=a.1396939877401.56262.1049346551&type=1&comment_id=10204057066520832&offset=0&total_comments=19
Temu 100 Penulis Makassar
Inilah acara yang meminta (menelepon) saya untuk datang juga. Tentunya sebagai peserta. Acara yang di adakan di gedung Training Center Alauddin Makassar pada hari Sabtu 25 Oktober, pastilah akan ramai orang-orang hebat se-Makassar. Kecuali aku tentu saja.
Aku sangat berniat hadir di sana. Sebagai pecinta dunia tulisan, sebagai orang biasa yang ingin melihat-wajah-wajah belakang layar komputer.
Pun aku bukan siapa-siapa, tapi bismillah ... semoga hari itu aku juga bisa berada di sana. Semoga juga telepon yang barusan aku terima tidak salah alamat. Semoga. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)