![]() |
Sementara |
Sudah menjadi
rahasia umum jika urusan akhir perkuliahan adalah masa paling sulit saat
kuliah. Terlebih jika mendapat pembimbing yang lumayan galak. Galak di sini
bukan tampa sebab, maksud si pembimbing adalah membimbing makanya rada-rada
sensi. Belum lagi kalau yang dibimbing malah bantah sana sini, atau ngga
ngerti-ngerti juga. Maka ya ... bagaimana pintar-pintarnya pasang wajah dan
kerjain skripsinya aja.
Oke, tak
usah berpanjang lebar. Aku juga bukannya mau ceramah. Baru saja skripsiku acc
dan diizinkan ikut ujian skirpsi, tak terhingga dong bahagianya gman. Secara sudah
berapa minggu, tiap hari kamis atau jum’at duduk manis depan teras rumah si
pembimbing. Syukur-syukur kalau dapat komen ngga sinis pas bimbingan, kalau
dapat? Hehehe ... muka panas, kepala berat, pengen segera meleleh atau kalau
tidak menghilang dari hadapan orang penting tersebut.
Sudahlah,
bukan itu sih yang mau aku ungkap di tulisan ini.
Aku mau
bahas tentang hikmah yang aku rasakan setelah bimbingan berminggu-minggu. Yang aku
rasakan langsung maksudnya. Sebab, rahasia di balik rahasia pastilah ada (halah
... ngga tahu nulis apa ini).
#Jadimahasiswasabar
Itulah hikmah
pertamanya. Beberapa orang yang mengenalku, maksudnya yang sangat mengenalku,
pasti sangat tahu jika aku bukan orang yang sabar. Terbukti dengan tidak
bisanya aku disuruh menunggu kalau ada apa-apa.
Maka tak
heran kalau Bapak dan Ibu di kampung selalu menekankan kalimat ini setap kali
aku mengeluh mengenai skripsiku yang tak kunjung acc, “Latihan sabar ...” atau “Yang
sabar ...” dan “Semua ada waktunya, sabar Nak ...” de-el-el.
Mau tidak
mau, suka tidak suka, rela tidak rela, aku harus menunggu dan menunggu
bimbingan dari sang dosen yang hanya sekali seminggu. Ditambah lagi dengan
perbaikan yang berkali-kali.
Maka dosen
galak tak hanya membimbing skripsi sebagai tugas akhir kuliah, beliau juga
tengah melatihku, teman-teman seperjuanganku untuk sabar. Sabar, sabar.
#Jadimahasiswaberpikiranpositif
Untungnya aku
bukan orang yang mengutuk orang lain lantaran dipersulit hehehe ...
Sebab dosen
pembimbingku demikian orangnya maka kutanamkan keyakinan dalam hati ...
Hey ...
selalu ada kemudahan dalam kesulitan.
Selalu ada
kenikmatan dalam kesulitan.
Allah tuh ngga tidur, Dia lagi ngeliat kamu
sampai sejauh mana kamu bisa bertahan.
Atau ...
Bersakit sakit
dahuli, senang-senangnya menyusul.
Lagi ...
Ya ampun
baru juga gitu, gimana kalau malah ngga ketemu dosennya.
Ada yang
lebih sulit dari kamu keles ...
Dan masih
banyak prasangka baik yang berusaha aku tumbuhkan di hatiku. Kusirami, kupupuk.
Kusayangi (yang ini aneh).
#Jadimahasiswakuat
Tahan banting
dong kite. Iyalah secara sudah berapa minggu di bantng kiri kanan. Dengar ulasan
halus sampai yang terkesan sinis. Atau kalimat-kalimat super pedas dengan cabe
yang banyak.
Mungkin karakter
si dosen memang kali yang demikian. Nah, sebagai mahasiswa yang tau posisi,
dapat dosen dengan karakter begitu menjadikan benteng pertahanan makin kokoh. Dan
imbasnya, kalau ketemu yang galak-galak, ngga kaget-kaget amat lagi.
#Jadisemakindekatdengankeluarga
Bukan berarti
sebelum-sebelumnya aku tidak dekat ya dengan keluargaku. Aku sangat dekat
dengan mereka dan dengan kesulitan ini (bimbingan skripsi) aku jadi semakin
dekat lagi.
Kalau ada
apa-apa, pasti cerita ke Ibu, minta masukan ke Bapak. Kedua orang tua juga
sangat paham dengan kebimbanganku. Keduanya sangat sering memberi nasehat yang
menerangi gelisahnya hati. Malah sama si Bapak sudah ngasih istilah saja sama
dosen pembimbingku.
Kalau Ibu
juga tak kalah membantu. Ibu dengan kelembutannya selalu menasehati. Selalu menyemangati.
Pokoke sama keluarga jadi semakin romantis deh.
Itu saja
dulu. Karena sudah acc ... melangkah lagi ke tahap selanjutnya. Perjuangan tetap
berlanjut. Semoga kelak berbuah manis. Semoga ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)