Kamis, 30 Oktober 2014

Hikmahnya dapat Pembimbing Galak

Sementara
Sudah menjadi rahasia umum jika urusan akhir perkuliahan adalah masa paling sulit saat kuliah. Terlebih jika mendapat pembimbing yang lumayan galak. Galak di sini bukan tampa sebab, maksud si pembimbing adalah membimbing makanya rada-rada sensi. Belum lagi kalau yang dibimbing malah bantah sana sini, atau ngga ngerti-ngerti juga. Maka ya ... bagaimana pintar-pintarnya pasang wajah dan kerjain skripsinya aja.
Oke, tak usah berpanjang lebar. Aku juga bukannya mau ceramah. Baru saja skripsiku acc dan diizinkan ikut ujian skirpsi, tak terhingga dong bahagianya gman. Secara sudah berapa minggu, tiap hari kamis atau jum’at duduk manis depan teras rumah si pembimbing. Syukur-syukur kalau dapat komen ngga sinis pas bimbingan, kalau dapat? Hehehe ... muka panas, kepala berat, pengen segera meleleh atau kalau tidak menghilang dari hadapan orang penting tersebut.
Sudahlah, bukan itu sih yang mau aku ungkap di tulisan ini.
Aku mau bahas tentang hikmah yang aku rasakan setelah bimbingan berminggu-minggu. Yang aku rasakan langsung maksudnya. Sebab, rahasia di balik rahasia pastilah ada (halah ... ngga tahu nulis apa ini).
#Jadimahasiswasabar
Itulah hikmah pertamanya. Beberapa orang yang mengenalku, maksudnya yang sangat mengenalku, pasti sangat tahu jika aku bukan orang yang sabar. Terbukti dengan tidak bisanya aku disuruh menunggu kalau ada apa-apa.
Maka tak heran kalau Bapak dan Ibu di kampung selalu menekankan kalimat ini setap kali aku mengeluh mengenai skripsiku yang tak kunjung acc, “Latihan sabar ...” atau “Yang sabar ...” dan “Semua ada waktunya, sabar Nak ...” de-el-el.
Mau tidak mau, suka tidak suka, rela tidak rela, aku harus menunggu dan menunggu bimbingan dari sang dosen yang hanya sekali seminggu. Ditambah lagi dengan perbaikan yang berkali-kali.
Maka dosen galak tak hanya membimbing skripsi sebagai tugas akhir kuliah, beliau juga tengah melatihku, teman-teman seperjuanganku untuk sabar. Sabar, sabar.
#Jadimahasiswaberpikiranpositif
Untungnya aku bukan orang yang mengutuk orang lain lantaran dipersulit hehehe ...
Sebab dosen pembimbingku demikian orangnya maka kutanamkan keyakinan dalam hati ...
Hey ... selalu ada kemudahan dalam kesulitan.
Selalu ada kenikmatan dalam kesulitan.
 Allah tuh ngga tidur, Dia lagi ngeliat kamu sampai sejauh mana kamu bisa bertahan.
Atau ...
Bersakit sakit dahuli, senang-senangnya menyusul.
Lagi ...
Ya ampun baru juga gitu, gimana kalau malah ngga ketemu dosennya.
Ada yang lebih sulit dari kamu keles ...
Dan masih banyak prasangka baik yang berusaha aku tumbuhkan di hatiku. Kusirami, kupupuk. Kusayangi (yang ini aneh).
#Jadimahasiswakuat
Tahan banting dong kite. Iyalah secara sudah berapa minggu di bantng kiri kanan. Dengar ulasan halus sampai yang terkesan sinis. Atau kalimat-kalimat super pedas dengan cabe yang banyak.
Mungkin karakter si dosen memang kali yang demikian. Nah, sebagai mahasiswa yang tau posisi, dapat dosen dengan karakter begitu menjadikan benteng pertahanan makin kokoh. Dan imbasnya, kalau ketemu yang galak-galak, ngga kaget-kaget amat lagi.
#Jadisemakindekatdengankeluarga
Bukan berarti sebelum-sebelumnya aku tidak dekat ya dengan keluargaku. Aku sangat dekat dengan mereka dan dengan kesulitan ini (bimbingan skripsi) aku jadi semakin dekat lagi.
Kalau ada apa-apa, pasti cerita ke Ibu, minta masukan ke Bapak. Kedua orang tua juga sangat paham dengan kebimbanganku. Keduanya sangat sering memberi nasehat yang menerangi gelisahnya hati. Malah sama si Bapak sudah ngasih istilah saja sama dosen pembimbingku.
Kalau Ibu juga tak kalah membantu. Ibu dengan kelembutannya selalu menasehati. Selalu menyemangati. Pokoke sama keluarga jadi semakin romantis deh.
Itu saja dulu. Karena sudah acc ... melangkah lagi ke tahap selanjutnya. Perjuangan tetap berlanjut. Semoga kelak berbuah manis. Semoga ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)