Oleh: Nahlatul Azhar
“Mel, minum susu dulu baru berangkat,” Bunda
mengingatkan Meli pagi itu.
“Ngga
deh Bun, ngga enak. Lagian sudah telat.” Meli menggeleng kuat-kuat.
Meli
memang sangat malas minum susu. Tiap pagi sebelum berangkat ke sekolah, Bunda
selalu mengingatkannya.
“Meli,
ayo dong Sayang ...” pinta Bunda.
“Meli
ngga suka Bunda!” ucap Meli dengan suara tnggi.
Hah
... Bunda menghela nafas melihat tingkah Meli yang sangat tidak suka minum
susu.
“Siap
Mel?” tanya Papa saat keluar dari kamar.
“Iya
Pa.”
“Loh,
kok susunya tidak diminum?” tanya Papa heran.
“Meli
ngga suka, Pa!”
Meli
akhirnya diantar Papa tanpa minum susu.
Begitulah
Meli tiap pagi berangkat sekolah tanpa menghabiskan susu buatan bundanya.
**
“Bun,
susunya ngga ada ya?” tanya Meli pagi itu.
Bunda
mengiyakan.
Meli
heran, kenapa Bunda tidak menyuruhnya minum susu lagi?
Meli
juga heran Bunda tidak banyak bicara pagi itu.
Sampai
berangkat sekolah pun Bunda hanya diam.
Di
sekolah Meli banyak berpikir tentang Bunda. Meli takut Bunda marah gara-gara ia
tidak mau minum susu.
Hingga
pulang sekolah pun Meli masih bertanya-tanya kenapa Bunda tidak banyak bicara.
“Bun,
susu buat siapa ini?” tanya Meli saat melihat segelas susu coklat di atas meja
ruang tamu.
“Oh
... itu buat Asti,” kata Bunda.
“Kok
buat Asti?” tanya Meli.
Tentu
saja Meli heran, kenapa Bunda membuat susu untuk tetangganya itu?
“Katanya
Asti mau dibuatkan ramuan ajaib dari Bunda.”
“Ramuan
ajaib?” lagi-lagi Meli bertanya.
“Iya,
ramuan ajaib. Kan bisa membuat badan jadi sehat, pintar, tumbuh tinggi ...”
jelas Bunda.
Ramuan ajaib ... pikir Meli.
**
“Susunya,
Mel,” ucap Bunda pagi hari sebelum Meli berangkat sekolah.
“Sipp
... Bunda,”
Bunda
tersenyum melihat Meli lahap meminum susu coklatnya.
Meli
memang jadi rajin minum susu. Ia menganggap susu adalah ramuan ajaib yang
disediakan Bunda tiap pagi. Lagi pula Meli merasa bersalah pada Bunda yang
selalu membuatkan susu namun tidak diminumnya.
Setibanya
di sekolah ...
“Aku punya ramuan ajaib!” ucap Meli pada sahabatnya,
Nana.
“Benarkah? Ramuan ajaib bagaimana, Mel?” tanya Nana
penasaran.
“Ramuannya bisa membuatku tambah pintar, tambah
tinggi, tambah ...” Meli memikirkan kembali apa yang pernah dikatakan Bundanya.
“Tambah apa lagi?” tanya Nana masih dengan wajah
penasaran.
“Pokoknya tambah pintar, Nana.”
“Mm ... kata siapa, Mel?”
“Kata Bundaku dong.”
“Ramuan apa?” Nana bertanya lagi.
“Mmm ... rahasia ...” ucap Meli lalu berlari ke luar
kelas.
Nana yang penasaran tentu saja mengejarnya.(*)
Penulis merupakan anggota FLP
Ranting Unismuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)