Bukan perkara sulit
menemukan sosok panutan dalam hal kebaikan. Terlebih dengan keadaan zaman saat
ini. Serba canggih dan moderen. Bisa ditanyakan Om Google, iya kan? Sulitnya
jika percaya gitu saja. Apa kita tahu keseharian orang?
Sedang untuk tahu sosok
yang baik itu bagaimana, yang suka berbagi seperti apa kan butuh dilihat, tak
hanya dengan kumpulan kata yang mewakili perbuatannya, tapi ada fakta yang
dilihat. Tak cuman sekali, dua kali, musti berkali-kali dan tanpa pamrih sama
sekali.
Maka jika ditanyakan siapa sosok yang menginspirasi? Jawabannya adalah orang terdekatku, sosok
laki-laki yang sangat kukagumi.
Bapak |
Dialah Bapak.
Aku
ingin seperti Bapak. Pun masih sangat jauh dari langkah beliau. Ibarat kata,
aku merangkak sedang Bapak telah berkendara.
Kenapa Bapak? Apa yang
spesial?
Bapak adalah seorang
guru.
Dengan profesi itu
tentulah Bapak adalah panutan berbagi yang baik. Alasanku ingin menjadi guru
pun karena melihat cara Bapak selama ini yang tak hanya mengajarkan ilmu namun
juga mendidik murid-muridnya. Tentu pembelajaran dan didikan yang baik itu
dimulai pada istri dan lima anaknya.
“Kebanyakan guru
sekarang hanya mengajarkan ilmu, mendidik sebagai poin penting dilupakan,” ucap
Bapak suatu waktu.
“Padahal, mengajar
perkara mudah, mendidik yang sulit,” lanjutnya.
Begitulah, saat pulang
kampung (saat ini saya kuliah) selalu menimba ilmu dari Bapak.
“Terus bagaimana untuk
jadi pendidik, Pak?” tanyaku.
Masalah pendidikan
memang selalu jadi pembahasan yang aku sukai. Anggaplah sebagai bekal jika
kelak aku turun di lapangan buat berbagi ilmu. Terlebih karena Bapak sangat
pandai dalam menjelaskan, selalu masuk di hati (pujian ini bukan karena beliau
Bapakku.
“Mulai dari diri
sendiri.” Jeda sesaat.
“Misal, kalau mau
murid-murid tidak terlambat ke sekolah, gurunya dulu yang ngasih contoh. Datang
lebih awal. Mau anak didik rajin shalat ke masjid, gurunya dulu dong yang ke
mesjid jadi imam. Jadi teladan yang baik, dengan memulai kebaikan dari diri
sendiri dulu,” jelas Bapak.
Guru yang baik memulai
sesuatu dari dirinya sendiri. Bukan menyuruh semata.
**
Dan saat Ramadhan tiba
(saat ini) pulang kampung adalah ritual yang tak boleh aku lewatkan. Pun saat
ini tengah memasuki masa-masa sibuk di kampus. Mahasiswa tingkat akhir selalu
begitu kan?
Suatu malam, pada malam
kesekian ramadhan Bapak mengumumkan sebuah rencana.
“Bapak punya rencana
untuk keluarga kita,” ucap Beliau.
Ibu, aku, dan
adik-adikku menoleh ke arah Bapak.
“Bapak ingin melakukan
safari keluarga,” lanjutnya.
Safari ramadhan memang
sudah sering kami lakukan. Bahkan saat aku masih duduk di taman kanak-kanak.
Biasanya Bapak akan mengajak anak-anaknya, Bapak menjadi penceramah, dan salah
satu anaknya membacakan ayat suci Al-Qur’an.
“Bagaimana caranya,
Pak? Pakai mobil siapa?” tanyaku.
Mana muat motor yang
cuman dua dengan penumpang tujuh orang?
“Nah, begini, Bapak
yang ceramah, anak-anak gadis Bapak bergantian mengaji, Mifta pertokolnya, dan
si kecil Hanif membacakan terjemahan ayat-ayat Al-Qur’an.”
“Tapi kenapa musti
sekeluarga?” tanyaku lagi.
Biasanya kan salah satu
diantara kami sajan.
“Bapak ingin mengajak
masyarakat untuk turut ambil bagian dalam dunia pendidikan. Bukan hanya
melepaskan anak-anak mereka ke sekolah dan mempercayakannya pada guru. Karena
memang harusnya seperti itu, guru dan orang tua harus bekerja sama,” jeda
sesaat.
Bapak lagi :) |
Pencerahan lagi.
Maka sangat wajarlah,
ketika aku menjadikan Bapak sebagai idola. Hingga ingin sepertinya yang berbagi
dengan ilmu dan sangat peduli pendidikan.
**
Beberapa pertanyaan
lagi yang kuajukan untuk Bapak.
“Bagaimana caranya
agara bisa menjadi guru yang ikhlas dalam berbagi ilmu? Tidak sekedar karena
tuntutan profesi dan gaji?”
Jawaban Bapak,
“Pertama, tanamkan dalam diri bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat
pada sesamanya. Kedua, berilmu dan mengajarkan ilmu hukumnya wajib. Ketiga,
kebahagiaan dunia akhirat hanya bisa terwujud dengan ilmu, dan lain-lain.”
Aku bersama Bapak |
Dijawab gini, “Seorang
guru harus berbenah diri dalam mencari ilmu dan mengamalkannya pada diri
sendiri, baru kemudian bisa mengajar dengan baik, karena dilain sisi guru
adalah contoh karena ilmu dan keteladanan, prilaku, akhlak, dan lain-lain.”
Bapak, terimakasih.
Kekagumanku semakin tumbuh. Tak hanya sebagai orang tua yang baik, Bapak juga
guru terbaikku.
Sekian.
*NB: Lokasi tempat bertanya-tanyanya beda-beda. Ada
di rumah dan di kebun. Jarak dan tempat tak menjadi soal kan? Intinya, Bapakku
inspirasiku.
Bersama Kita Sebarkan Kebaikan
dengan #SemangatBerbagi. Ikuti acara puncak Smarfren #SemangatBerbagi tanggal
19 Juli 2014 di Cilandak Town Square Jakarta.
dilink ke:
https://www.facebook.com/notes/smartfren/semangat-berbagi-di-smartfrenpeduli/10152207312286546
dilink ke:
https://www.facebook.com/notes/smartfren/semangat-berbagi-di-smartfrenpeduli/10152207312286546
Yang ingin ikut lombanya ke link:
Masya Allah. Merinding dan terharu membacanya. Jadi kagum sama sosok Bapak. Salam takzim untuk beliau. Semoga ilmu dan amalnya berkah dunia-akhirat dan mengalir berkahnya kepada keluarganya.
BalasHapusDaftar ka' jadi fans-nya Bapak nah, nomor urut 1 ^__^
Makasih sudah mampir Kak :) Saya juga sangat kagum kak, sampai bilang, "Pengen jodoh yang sama kayak Bapak," heheheh.
HapusAamiin doanya Kak.
Nant kusampekan pas pulang hehehe.
Wah, Si Bapak sudah ada fansnya aja neh :)
SubhanaAllah... banyak pelajaran yang bisa diambil dari si bapak :)
BalasHapusIya mba, banyak belajar sama beliau. Terimakasih sudah mampir :)
Hapuskeren banget, sangat menginspirasi. sukses ya, titip salamku buat bapak :)
BalasHapusMoga kelka jadi orang tua yang keren juga Maulana H, minimal buat keluarga :) Makasih sudah mampir
Hapusbener juga ya, udah jarang guru yang bisa mendidik kebanyakan bisanya mengajar..
BalasHapusinspiratif banget ka..
Iya Ranii, karena mengajar emang lebih mudah. Mendidik agak sulit karena kudu dipraktekin sama diri sendiri dulu.
HapusMakasih ya sudah mampir. Ayo ikutan juga.
subhanallah cerita tentang bapak ini sungguh menginspirasi. salam hormat untuk bapak ya mbak:)
BalasHapusIya, mba makasih. Makanya saya juga selalu ngidolain beliau. Suka sekal dengar nasihat-nasihatnya.
HapusKagum pada bapak karena beliau sosok yang terhitung langka di zaman sekarang. Dunia pendidikan sering dibuat cemar oleh segelintir oknum, namun bapak Nahla sepertinay sangat kuat memegang pedoman.
BalasHapusSalam untuk bapak. makasih atdi sudah mampir ke blog saya. :)
Ngga nyangka Mba Rohyati mampir :) Makasih.
HapusIya Mba, miris dengan pemberitaan tentang tenaga pengajar yang malah merusak citranya sendiri. Padahal kan patutnya jadi teladan, penddik dan pengajar, ini malah tak jarang yang berbuat tidak baik. Semoga saya kelak bisa seperti Bapak, doakan ya Mba.
Masama :)
Subhanallah,,bapak emang hebat ya,,salut ama beliau,,,semoga diberikan kesehatan selalu oleh Allah..
BalasHapus