![]() | |
Si Hanif bilang, "Masa aku bisa, Kakak tidak?" |
Hari
yang indah. Dua cerpen termuat pada koran berbeda. Bukan koran jauh, koran
lokal Makassar. Banyak apresiasi dari kawan-kawan seorganisasi, Tante, bahkan
Bapak yang siang tadi ke kota kabupaten menyempatkan diri mencari koran mnggu
lalu dan hari ini. Bukan main senangnya hati.
Yang
muncul kemudian adalah permintaan untuk membawakan materi. Entah muncul dari
mana ide mereka yang meminta itu.
Aku
tiba-tiba takut. Tentu saja, ada perasaan ‘jangan-jangan’ muncul dalam hati.
Aku
menolak.
Tentu
saja.
Aku
terlalu pandai berkelit bahwa aku tak bisa menampilkan diri dengan lidah yang
mengeluarkan berbagai jurus ampuh. Aku masih takut mencoba.
Yang
terpikr hanyalah, apa yang akan aku bagi?
Selama
ini aku hanya menulis saja. Juga sebagai pendengar jika pemateri menyajikan
materinya berkaitan dengan dunia aksara. Selebhnya, aku merasa, memandang,
menikmati, oke sesekali mengeluarkan pendapat jika diminta dengan paksa, atau
hanya berkomentar saat berada di belakang layar.
Nah,
jika kemudian diminta menyajikan sesuatu, lalu apa?
Bukan
tak ingin berbagi, hanya belum bisa karen masih takut tampil di depan umum. Beda
kalu ngajar anak-anak SD, aku tak akan takut. Hehe ...
Oke.
Untuk saat ini, mungkin akan ada ujian kenaikan kelas. Selama ini aku hanya
menerima, maka sekarang sungguh wajar jika mulai dituntut untuk berbagi. Maka dari
itu, belajar akan kembali dilakoni sungguh-sungguh. Belajar tampil di depan
umum.
Semoga
bisa.
Maka
harus bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah meninggalkan jejak :)