Sabtu, 31 Mei 2014

Ketika Kita Ditagih untuk Berbagi




Si Hanif bilang,
"Masa aku bisa, Kakak tidak?"

Hari yang indah. Dua cerpen termuat pada koran berbeda. Bukan koran jauh, koran lokal Makassar. Banyak apresiasi dari kawan-kawan seorganisasi, Tante, bahkan Bapak yang siang tadi ke kota kabupaten menyempatkan diri mencari koran mnggu lalu dan hari ini. Bukan main senangnya hati.
Yang muncul kemudian adalah permintaan untuk membawakan materi. Entah muncul dari mana ide mereka yang meminta itu.
Aku tiba-tiba takut. Tentu saja, ada perasaan ‘jangan-jangan’ muncul dalam hati.
Aku menolak.
Tentu saja.
Aku terlalu pandai berkelit bahwa aku tak bisa menampilkan diri dengan lidah yang mengeluarkan berbagai jurus ampuh. Aku masih takut mencoba.
Yang terpikr hanyalah, apa yang akan aku bagi?
Selama ini aku hanya menulis saja. Juga sebagai pendengar jika pemateri menyajikan materinya berkaitan dengan dunia aksara. Selebhnya, aku merasa, memandang, menikmati, oke sesekali mengeluarkan pendapat jika diminta dengan paksa, atau hanya berkomentar saat berada di belakang layar.
Nah, jika kemudian diminta menyajikan sesuatu, lalu apa?
Bukan tak ingin berbagi, hanya belum bisa karen masih takut tampil di depan umum. Beda kalu ngajar anak-anak SD, aku tak akan takut. Hehe ...
Oke. Untuk saat ini, mungkin akan ada ujian kenaikan kelas. Selama ini aku hanya menerima, maka sekarang sungguh wajar jika mulai dituntut untuk berbagi. Maka dari itu, belajar akan kembali dilakoni sungguh-sungguh. Belajar tampil di depan umum.
Semoga bisa.
Maka harus bisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah meninggalkan jejak :)